30 C
Jakarta

Memonitor Radikalisme di Indonesia

Artikel Trending

EditorialMemonitor Radikalisme di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Secara telak radikalisme sampai sekarang bisa terjadi secara luas dan terjadi ke siapa saja. Virus ini tidak memandang status sosial. Di Indonesia, virus radikalisme menjangkiti para ulama, tokoh masyarakat, selebritas, guru, politisi, dan aktivis.

Hanya ada beberapa pelindung untuk memutus radikalisme, yaitu deradikalisasi, meningkatkan moderasi beragama, dan meninggikan layanan ekonomi pemerintah terhadap masyarakat. Akan tetapi, masih saja selama ini terlihat bahwa virus ekstrem ini bersumber dari yang lain, yaitu permainan politik Timur Tengah (Agama).

Yang lebih memperihatinkan adalah apabila radikalisme menjadi suatu agenda politik praktis. Ia yang tiap saat dikipasi dengan narasi kenceng seolah-olah ada dan semerbak radikalisme bersarang di semua tempat, tetapi kenyatannya situasinya sangat berbeda.

Kini, di tengah merebaknya narasi tentang radikalisme, sudah semestinya masyarakat kembali melihat bagaimana sumber itu datang. Jangan sampai masyarakat terpancing pada isu-su murahan, tetapi minim fakta, ahistoris bahkan berbentuk konspirasi.

Mempercayai konspirasi tentang fenomena suatu hal adalah merupakan gejala sikap yang kontraproduktif. Alih-alih dapat memperbaiki keadaan, sebaliknya malah membuat kerusakan dan membuat masyarakat bingung akan terjadi dan bahayanya dari radikalisme itu sendiri.

Misalnya, tentang bagaimana radikalisme memang menyusup ke tempat-tempat pendidikan, seperti kampus, madrasah, dan pondok seperti rumah-rumah tahfiz. Untuk kasus tersebut sebagian lain sangat tidak percaya adanya kasus tersebut, namun sebagian yang lain sangat percaya.

Mengapa demikian? Karena kabar dan bukti riil di lapangan sangat simpang siur. Di satu sisi kabar tersebut dikapitalisasi dengan aroma politik dan hanya sekadar untuk menghajar kelompok liyan untuk memudarkan citranya. Di sisi lainnya sangat percaya karena mereka keluarganya mengalami langsung bahkan mengetahui sebarapa bobot bahayanya.

BACA JUGA  Mitigasi Radikalisme Setelah Perang Iran-Israel

Lebih jauh, adanya ketidakpercayaan atau kepercayaan terhadap konspirasi bersumber dari bias koginitif yang pada akhirnya menimbulkan distorsi penilaian terhadap gejala realitas yang sebenarnya. Dengan pikiran yang telah dirasuki konspirasi akan tertanam kuat kepercayaan meski banyak bukti yang telah membantah kepercayaan tersebut.

Ketika diminta pertanggungjawaban, umumnya yang memainkan narasi tersebut tidak menjawab. Bahkan apabila berani menjawabnya, pasti keluar daripada pembicaraan yang berlangsung. Oleh sebab itulah, dari berbagai kajian akademis menyimpulkan bahwa orang yang percaya pada hal-hal tersebut, sebenarnya telah terjangkiti penyakit pendangkalan.

Orang atau kelompok ini nantinya tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi bahkan yang ia jelaskan sebentar lalu itu. Dengan sikap tersebut, sungguh sangat mencerminkan bahwa ia tidak memiliki kemampuan, kapasitas, kapabilitas, bahkan tidak mampu untuk mencerna bagaimana keadaan dirinya sendiri. keadaan ini bisa disebut sebagai apologetif dan defensif belaka.

Dalam konteks isu radikalisme mutakhir di Indonesia, juga bisa mengarah ke sana. Gejala konspirasi ini sangat perlu untuk dimonitoring. Bahkan tingkat keterpaparan, dan bahayanya juga perlu diperlihatkan kepada publik luas, lebih-lebih di pelosok sana. Agar masyarakat tahu bagaimana radikalisme sebenarnya hanya sekadar permainan politik agama, atau kedangkalan dalam memahami agama dan politik.

Dengan cara demikian, maka bakal mengikis ketidakpercayaan orang terhadap isu radikalisme yang sebenarnya nyata-nyata ada bahkan ada di sekeliling kita. Tanpa adanya kerja monitoring radikalisme itu, Indonesia tidak bakal bebas dengan radikalisme yang semakin mencekam.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru