30.8 C
Jakarta
Array

Mahfud MD: Salah Beragama Jika Hidup Tidak Damai

Artikel Trending

Mahfud MD: Salah Beragama Jika Hidup Tidak Damai
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta. Ketua Mahkamah Konstitusi 2008-2013 Mahfud MD mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kasus penyerangan tokoh agama yang terjadi dalam kurun waktu dua minggu lalu. “Bisa saja kelompok umat sendiri untuk membangun solidaritas bersama. Bisa. Bukan tidak bisa. Itu juga bagian langkah sistemik.” Biar teman-teman kita marah menuduh yang lain itu sangat bisa,” katanya seperti dilansir NU Online, Rabu (14/2).

Hal lain yang mungkin terjadi, menurutnya, adalah orang yang anti terhadap kelompok agama tertentu dan kelompok politik tertentu. Kemungkinan lainnya adalah intelijen asing karena proxy war, misalnya.

“Oleh karena itu, ini tidak bisa dijatuhkan kepada institusi tertentu. Juga tidak mudah,” katanya.

Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu juga mengungkapkan janggalnya kegilaan pelaku penyerangan terhadap kiai di Bandung. Ia menyampaikan pesan pendek yang ia terima dari dokter. Ia mengatakan bahwa ada dua tanda orang gila, yakni melihat ke atas sembar tertawa-tawa dan jika berjalan tegak berputar-putar.

“Tidak mungkin dia (orang gila) memukul memilih sasaran dan memilih waktu, itu buatan,” katanya.

Mengutip pernyataan Din Syamsuddin yang dikutip oleh Zulkarnin, nampaknya ada skenario yang sistemik, Mahfud menyatakan agak tepat. Ada kemungkinan operasi intelijen sebagai state terrorism guna menakut-nakuti masyarakat.

Namun setelah melihat Kapolri, nampaknya sungguh-sungguh kewalahan. Artinya, ada kemungkinan bukan operasi intelijen seperti dugaan pertama.

Mahfud mengutip pernyataan Imam Ghazali, bahwa kerusakan rakyat merupakan akibat kerusakan pemerintah, dan kerusakan pemerintah disebabkan oleh kerusakan cendekiawan. Kerusakan cendekiawan karena mengharapkan harta dan kedudukan.

“Sering membuat pendapat-pendapat pesanan, sering memberi masukan-masukan yang dimanipulasi,” katanya.

Mahfud juga menegaskan bahwa sangat berbahaya jika permasalahan tersebut tidak segera diselesaikan. “Kalau kita sudah tidak percaya aparat, nanti orang kan mengambil jalan sendiri-sendiri,” katanya.

Oleh karena itu, dalam beragama, menurut Mahfud, jangan terlalu ekstrem, sebab perbedaan itu fitrah. Kalau Allah mau, katanya mengutip ayat Alquran, semua manusia itu sama. “Tapi kata Allah, Saya sendiri yang menciptakan kamu berbeda agar maju bersama, bukan mau bertengkar,” ujarnya.

Melihat Alquran, Allah juga sangat toleran. Allah menyebut diriNya ‘Allah’ di hadapan orang beriman, sedangkan kepada orang yang tidak iman menyebut diriNya Tuhan, Rabb. “Ini yang harus disadarkan kepada orang-orang ekstrem,” tegasnya.

Agama sebenarnya pembawa damai. Oleh karenanya, “Adalah salah anda itu beragama kalau hidup anda tidak damai,” pungkasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru