34.3 C
Jakarta

Kisah-kisah Al-Qur’an dan Tujuan Pengungkapannya Menurut Said Ramadhan Al-Būṭī

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anKisah-kisah Al-Qur’an dan Tujuan Pengungkapannya Menurut Said Ramadhan Al-Būṭī
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagai kitab petunjuk bagi seluruh umat manusia Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci yang tidak akan pernah habis dibahas dan diskusikan terkait pemahaman (baca: penafsiran) yang terkandung dalamnya. Selain itu banyak sekali mukjizat-mukjizat terkandung dalam kisah Al-Qur’an yang tidak kita sadari keberadaannya, seperti penyampaian-penyampaian ajaran-Nya yang bersifat variatif serta dimodifikasi dalam bentuk kisah yang berfungsi sebagai media penyampaian pesan moral dalam rangka pembentukan umat yang diharapkan oleh Nabi Muhammad saw. Sebuah term Al-Qur’an ṣālih li kulli zamān wa makān memberikan implikasi akan prinsip-prinsip universal Al-Qur’an dapat dijadikan pijakan solusi untuk menangani problem-problem sosial keagamaan yang berkembang dimasyarakat.

Sejak dahulu sampai sekarang kisah-kisah al-Qur’an yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa Arab masih up dated, mendapatkan tempat di hati umat manusia beda halnya dengan kisah-kisah yang diungkapkan dengan bahasa lain seperti bahasa ibrani, latin, dan lain-lain yang sudah lapuk dimakan masa. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa al-Qur’an sangat sesuai dengan kondisi umat manusia tidak memandang tua atau muda, kecil atau dewasa laki-laki atau perempuan, semuanya memiliki ketertarikan akan kisah al-Qur’an.

Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap suatu memiliki tujuannya masing-masing begitu pula al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, yang mana di dalamnya terdapat firman-firman Allah yang terangkum dalam bingkai kisah umat atau nabi-nabi terdahulu, oleh karena itu menarik untuk penulis kemukakan suatu perspektif dari salah satu ulama yang mennjadi rujukan tingkat dunia, yaitu Muhammad Sa’id Ramadhan Ibn Mulla Ramadhan Ibn Umar Al-Buthi. Beliau dilahirkan pada tahun 1929 M di desa Jilika, perbatasan Turki dan Irak dari sebuah keluarga yang cerdas dan religius dan beliau wafat pada selasa pagi, tepatnya pada 15 mei 1990 M. Dalam sejarah intelektualnya Al-Buthi telah melahirkan banyak ragam karya dalam berbagai bidang ilmu. Sehingga Andreas Christmann, berkesimpulan hampir tidak mungkin melihat batasan topik dalam karya al-Buthi.

Dalam kitabnya Min Rawā’i al-Qur’an al-Buṭī menjelaskan berbagai tujuan terkait kisah-kisah al-Qur’an yang penulis rasa perlu untuk diketahui oleh para pengkaji umat Islam, menurutnya secara garis besar tujuan pengungkapan dalam Al-Qur’an memiliki dua macam yaitu tujuan pokok (ghardun asāsī)  dan tujuan sekunder (ghardun far’ī) yang dimaksud dengan tujuan pokok ialah “merealisir tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an kepada manusia” artinya menyeru, menunjukkan manusia kepada jalan yang diridhai Allah agar mereka bisa selamat baik di dunia maupun diakhirat. Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan sekunder adalah sebagai berikut:

BACA JUGA  Saat Ramadhan, Ini Waktu Utama untuk Membaca Al-Qur'an

Pertama, Membuat jiwa Nabi Muhammad tentram dan tegar dalam berdakwah. Dengan dikisahkan kepadanya berbagai bentuk keingkaran dan kedurhakaan yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu kepada para nabi dan ajaran yang mereka bawa, dengan hal itu nabi Nabi Muhammad merasa tentram bahwa apa yang dialaminya juga pernah dirasakan oleh nabi-nabi terdahulu

Kedua, Mengkritik para ahli kitab tentang keterangan-keterangan yang mereka sembunyikan tentang kebenaran Nabi Muhammad dengan mengubah isi kitab mereka

Ketiga, Memantapkan argumentasi tentang konsep kebenaran sebagaimana yang dibawa oleh seluruh misi langit, karena dengan itu pula dapat menetapkan bahwa Nabi Muhammad benar-benar menerima wahyu dari Allah bukan seperti anggapan kalangan Yahudi dan Nashrani yang berasumsi bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad yang berupa wahyu dari Allah merupakan hasil mengambil dari kitab injil dan taurat namun semua itu tidak terbukti karena tidak ada bukti yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah belajar kepada orang Yahudi atau Nashrani.

Keempat, Memantapkan pesan-pesan yang terkandung didalamnya kedalam jiwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat yusuf ayat 111: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. Melihat kisah tersebut termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar. Ini terbukti sejak empat belas abad yang lalu Al-Qur’an kisah-kisah Al-Qur’an tertera didalamnya dengan memakai bahasa Arab masih mempunyai tempat di hati hati para umatnya; padahal kalau kita melihat  bahasa-bahasa yang dipakai oleh kitab-kitab lainnya sudah banyak yang dimuseumkan.

Kelima, Memaparkan pokok-pokok pengalaman manusia dalam bentuk pelajaran berharga bagi ulul albab.  Hal ini tampak dalam dua aspek. Pertama menjelaskan kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya, serta memperlihatkan bermacam azab dan siksaan yang pernah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu akibat kesombongan, keangkuhan dan pembangkangan mereka terhadap kebenaran.

Itulah berbagai tujuan pengungkapan kisah yang terdapat dalam al-Qur’an menurut Said Ramadhan al-Būṭī, yang penulis rasa perlu untuk kita renungkan keberadaannya ketika membaca kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an, guna memantapkan keimanan kita terhadap kitab Allah SWT, selaku mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam bi ṣawāb.

Khoirul Anas, Mahasiswa S2 UIN Sunan Ampel Surabaya Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan Staf Pengajar di Ma’had aly Nurul Jadid

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru