Harakatuna.com. Serang-Sekjen Kemenag Nizar meminta para sarjana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk aktif dalam menyebarkan pemahaman dan sikap keagamaan yang moderat, tidak ekstrim dan tidak liberal. Hal tersebut menjadi kewajiban emosional dan tanggung jawab moral para sarjana kepada almamater dan masyarakat untuk menjadi agen moderasi beragama.
“Sarjana PTKI sudah seharusnya menjadi agen moderasi beragama,” pesan Nizar di hadapan 541 mahasiswa yang mengikuti Wisuda Sarjana XXIX dan Pascasarjana XV UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, di Serang, Selasa (08/12).
“Di era revolusi industri ini, moderasi beragama menjadi keniscayaan dan modal utama membangun peradaban, serta merawat kerukunan, kesetiakawanan, serta toleransi masyarakat,” lanjutnya.
Kepada wisudawan, Sekjen berpesan untuk terus menjaga, merawat dan memelihara nama baik almamater dan para dosen yang telah berjasa dalam mengantarkan perjalanan mereka hingga menjadi sarjana. Peran para alumni juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas almamater. Apalagi, di era revolusi industri 4.0, PTKI dituntut dapat mengelola seluruh potensi yang ada untuk membangun perguruan tinggi yang bisa berdaya saing secara nasional, regional maupun internasional. Salah satu tanggungjawab akademisi adalah menjadi agen moderasi beragama di lingkungannya masing-masing.
“Peluang kerja ke depan tidak hanya pegawai negeri sipil, tapi juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Menjadi tenaga pengajar TPQ atau majelis taklim juga bagian dari profesi,” tuturnya.
Kepada civitas akademika UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Nizar menggarisbawahi pentingnya meningkatkan daya saing nasional ditentukan, dan itu ditandai dengan kualitas akreditasi, baik institusi maupun program studi. Menurutnya, akreditasi institusi tidak akan memperoleh nilai unggul atau A, jika program studinya juga tidak mayoritas A.
“Karena itu, mulailah perbaiki tata kelola akreditasi ini, sejak program studi sebagai inti akademik dan inti administrasi sehingga mampu mencapai prestasi maksimal,” tuturnya.
Menurut Nizar, akreditasi juga sangat menentukan minat publik untuk menguliahkan anaknya. Prodi dengan akreditasi A, tentu berbeda dengan B, apalagi C. Sebab, kualitas akreditasi juga berdampak pada alumni.
“Biasanya, persyaratan berkarir di beberapa lembaga, instansi, atau perusahaan, salah satunya adalah akreditasi perguruan tinggi yang minimal B,” tegasnya.
Nizar yakin UIN Sultan Maulana Hasanuddin bisa memperoleh akreditasi unggul. Syaratnya, civitas akademika harus berkomitmen dalam penyelenggaraan tata kelola perguruan tinggai yang baik.