32.5 C
Jakarta

Kajian Tafsir Tahlili Surah Al Baqoroh ayat 34

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsirKajian Tafsir Tahlili Surah Al Baqoroh ayat 34
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. – Al-Quran kitab yang mulia yang diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi manusia, tidak henti-hentinya diteliti dan dikaji, terus digali kandungan yang ada dalam kitab yang disucikan tersebut, oelh para pembaca dari berbagai kalangan dengan kacamata yang beragam.

Senantiasa para pengkaji para mufassirin berusaha merumuskan rangkaian pertanyaan dalam rangka menguji keabadian relevansi al-Quran yang dianggap tidak terikat oleh batas ruang dan waktu, sebagai Rahmatan lil ‘aalamiin

Muhammad Rasulullah SAW sebagai Nabi terakhir, al-Quran menjadi ciri khas tersendiri bagi kemujizatan Muhammad, yang tidak dimiliki oleh utusan manapun, dimana  al-Quran dapat disebut juga sebagai sebuah sastra kebenaran untuk menyentuh kesadaran akan kebenaran, kemukjizatan al-Quran dari keteraturan bahasa yang diwujudkan dalam sistematika ayat dan makna. Mulai dari susunan bahasa, isi kandungan, serta aspek makna dan lafadz-lafadz yang ada.Al-Quran mampu mengungkapkan dan melantunkan makna-makna yang paling indah, dan telah dimaklumi bahwa membuat semua makna dan lafadz tersebut dalam susunan yang teratur adalah suatu yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia dan mampu menakjubkan para pembaca alQuran.

Kemukjizatannya inilah yang terus dikaji dari setiap untaian ayat dengan perkatanya, dengan asbab nuzulnya, dengan ada munasabah dengan ayat yang lain, serta implementasinya serta kontekstualitasnya di zaman sekarang.

Menjadi sebuah keharusan lebih mendalami alQuran dengan penafsirannya dari berbagai metode , terutama metode Tahlili pada al Quran Surah al baqaroh ayat 34 yang membahas tentang penciptaan manusia Adam yang diberi nikmat oleh Allah dengan meninggikan derajatnya sebagai kholifah, namun tak luput dari dosa akibat godaan syaithan dan janji Iblis yang bersifat sombong angkuh. AlQuran menuntun kita ummat manusia untuk senantiasa bertaubat kepada Allah.

Sebagaimana dari awal dipahami bahwa, suatu kewajiban bagi seluruh Ummat Islam menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup karena alquran itu merupakan kitab suci yang dijamin oleh Allah Ta’ala keaslian serta kemurniannya, maka suatu keharusan sebagai seorang muslim adalah mengerti dan memahami apa yang ada di dalam Al-Quran. Salah satunya dengan bersumber kepada alQuran dengan pembahasan al Baqoroh ayat 34ini bisa membawa pengertian untuk memahami siapa manusia Adam, Iblis dan Malaikat.

Hal pertama yang dibutuhkan dalam mempelajari ilmu al-Quran adalah mengetahui ilmu lafazh-lafazh al-Quran (al-‘Ulum al-Lafziyyah), dan diantara ilmu lafazh al-Quran adalah meneliti perbendaharaan lafazhnya (al-alfazh al-Mufradah) sehingga dapat menghasilkan makna-makna mufradat lafazh al-Quran bagi orang yang ingin mengetahui maknanya mulai dari perangkat paling dasar hingga akhirnya bisa dikembangkan pemahaman dengan merujuk kepada pendapat mufassirun tentang penanfsiran dari ayat ayat tersebut, sehinga bisa diambil manfaat dan pelajaran untuk kehidupan sehari hari, dimana alQuran itu tak pernah ketinggalan sampai akhir zaman dengan mukjizatnya tersebut. Dengan demikian bisa semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhaanahuu wa ta’alaa sebagai Kholik Sang Pencipta makhlukNya.

  • Ayat dan terjemahannya

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ

مِنَ الْكَافِرِينَ

Artinya:“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada  para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.

  • Uraian Tafsir

Adam diberi kemulyaan oleh Allah  yang juga dianugerahkan kepada anak keturunannya. Di mana Dia Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam termasuk di dalamnya menyuruh Iblis untuk melakukan perintah tersebut, meskipun bukan dari golongan malaikat, namun Iblis sudah menyerupai Malaikat termasuk perilakunya, jadi harus patuh perintah Allah, jika melanggar itu adalah perbutan tercela.

Dalam Sanad yang Shohih, Riwayat Ibnu Jarir dari Al-Hasan Al-Bashri berkata bahwa “Iblis bukanlah dari golongan malaikat, namun dari bangsa jin, sebagaimana manusia itu bukan dari golongan malaikat.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Abd ar-Rahman bin Zaid bin Aslam. Qatadah mengatakan, ketaatan itu untuk Allah Ta’ala sedangkan sujud ditujukan untuk Adam. Allah menuliakan Adam dengan menyuruh Malaikat bersujud kepadanya.

Sebagian ulama menafsirkan bahwa sujud tersebut adalah bentuk penghormatan, penghargaan dan pemuliaan, seperti dalam QS Yusuf ayat 100. Hal ini pada ummat terdahulu sebagai syariat (sebelum umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam). Di dalam Agama Islam Zaman Rasulullah cara memuliakan seperti ini dihapuskan. Seperti Mu’adz pernah bercerita, “aku pernah datang ke Syam, setibanya di sana aku menyaksikan mereka bersujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu kukatakan, “Engkau Ya Rasulullah, lebih berhak untuk dijadikan tempat bersujud.” Maka beliau bersabda:

BACA JUGA  Tafsir Ayat Perang: Melihat Konteks Qs. al-Taubah [9]: 29 dalam Tafsir Buya Hamka

“لَا لَوْ كُنْتُ آمِرًا بَشَرًا أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا


“Tidak, seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku perintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya karena besarnya hak suami atas dirinya.” (HR. Abu Dawud, Al-Hakim, At-Tirmizi dengan Sanad Hasan, makna tersebut ditarjih oleh Ar-Razi)

Dari Firman Allah pada QS al Baqoroh 34 ini sangat menjelaskan bahwa Iblis iri terhadap Adam atas kemulyaan yang Allah berikan kepadanya. Menurut Tafsir Qatadah, menjelaskan kecemburuan Iblis, hingga lalu Iblis itu berkata, “Aku diciptakan dari api sedang ia (Adam) diciptakan dari tanah.”

Dosa yang pertama kali terjadi adalah kesombongan Iblis yang merasa enggan bersujud kepada Adam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ


“Tidak dapat masuk Syurga seseorg yang dalam hatinya terdapat sifat takabbur sombong sekalipun hanya sebesar biji.”

Kesombongan inilah yang membuat hati Iblis masuk dalam keingkaran dan kekufuran ketaatan kepada Allah, sehingga terusir dari Rahmat Allah Subhaanahuu wa ta’alaa. Seperti dalam akhir ayat (وكان من الكافرين) , dimana menurut mufassir Iblis termasuk dalam golongan orang kafir karena menolak sujud kepada Adam.

Berdasarkan Tafsir Jalalain, Iblis itu ialah yang tidak mau sujud kepada Adam, berasal dari bangsa Jin. Iblis menyombongkan diri dan menyatakan ia lebih mulia daripada adam, Iblis termasuk golongan yang kafir.

Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain mengatakan, sujud yang dimaksud tidak seperti sujud yang kita mengerti hari ini, tetapi membungkuk sebagai bentuk penghormatan untuk Adam AS. Sedangkan Iblis adalah pemuka bangsa jin yang berada di Tengah malaikat. Iblis, bersikap takabur dan tidak mau sujud kepada Adam, dan berkata “Aku lebih baik dari Adam AS.” Sehingga sikap Iblis yang mengingkari ini, dalam Ilmu Allah Azali, maka Iblis tercatat sebagai kelompok kafir.

Imam Al-Baghowi dalam karya tafsirnya Ma’alimut Tanzil fit Tafsiri wat Ta’wil mengatakan, sujud yang diperintahkan pada Surat Al Baqarah ayat 34 mengandung makna ketaatan kepada Allah. Sujud yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 34 adalah sujud takzim dan penghormatan, bukan sujud ibadah sebagaimana sujud anak-anak Yakub kepada Yusuf sebagaimana Surat Yusuf ayat 100. Sujud pada Surat Al-Baqarah ayat 34 ini tidak sampai meletakkan wajah di atas bumi. Namun sujud seperti ini dibatalkan ketika Islam datang dengan perintah ucapan salam.

Imam Al-Baghowi mengutip sebagian ahli tafsir bahwa perintah sujud ini ditafsirkan sebagai Adam hanya sebagai kiblat, sementara sujud diniatkan karena Allah semata, sebagaimana kedudukan Ka’batullah sebagai Kiblat.

Nama Iblis AS dalam bahasa Suryani adalah Azazil dan dalam bahsa Arab adalah  Al-Harits. Ketika bermaksiat kepada Allah, berubahlah nama dan bentuknya menjadi Iblis, karena ia berputus asa dari Rahmat Allah (Ablasa). Demikian menurut Imam al Baghowi, menurut Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa Iblis termasuk bangsa Jin, tercipta dari api, Iblis berketurunan, jadi beda dengan golongan malaikat, yang dari cahaya dan tidak berketurunan.

Iblis termasuk golongan Jin, dengan berperan sebagai Malaikat penjga Syurga. Menurut Said bin Jubair, Iblis termasuk Malaikat yan beribadah di Syurga, yang mewarnai perhiasan ahli Syurga, sekelompok Malaikat inilah yang diciptakan dari api, disebut golongan jin ( tertutup), karena tersembunyi dari pandangan mata. Disinilah Iblis masuk golongannya.

Jelaslah bahwa seccara umum menurut Imam al- Baghowi bahwa QS al Baqoroh ayat 34 ini adalah perintah sujud yang diujukan kepada Malaikat dan di dalamnya ada Iblis.

Oleh : Ritawati

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru