Harakatuna.com. Bandung. Beberapa minggu silam terjadi beberapa kali kasus penganiayaan terhadap ustaz dan ulama. Hal itu sampai saat ini masih menimbulkan tanda tanya dan keresahan di benak masyarakat. Kondisi demikian mendorong Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) yang dibentuk oleh aktivis Ratna Sarumpaet untuk meminta Presiden Joko Widodo membuat Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) terhadap kasus tersebut.
Ratna Sarumpaet mengungkapkan pembentukan TGPF perlu dilakukan supaya masalah teror dan penganiayaan terhadap ustaz dan ulama bisa diselesaikan dengan tuntas dan terbuka.
“Kita menuntut dibentuk TGPF independen dan bekerja dengan yang benar. (Pembentukannya) diserahkan ke Presiden,” ujarnya disela sela acara Bandung Informal Meeting yang diselenggarakan GSI di Hotel Savoy Homan, Kota Bandung, Ahad (18/3) seperti dilansir Republika.co.id.
Dia menjelaskan, secara teknis, tim akan melakukan pengusutan terhadap kasus itu dan menginvestigasi siapa saja yang terlibat. Menurutnya, orang-orang yang masuk pada TGPF tersebut diharapkan adalah sosok yang memiliki kemampuan yang mumpuni sehingga bisa dipercaya oleh masyarakat.
Selain mendorong pembentukan TGPF, pihaknya juga akan mengumpulkan rekomendasi dari berbagai lembaga yang terlibat dalam kegiatan Bandung Informal Meeting terkait kasus di atas. Rekomendasi tersebut akan diserahkan kepada presiden.
“Saya tidak mengatakan polisi belum bekerja, tapi di tengah pekerjaan itu, saya menangkap ada penyangkalan. Polisi tidak boleh menyangkal, tapi mengungkap,” katanya.
Dirinya mencontohkan, pernyataan kepolisian yang mengatakan hanya ada tiga kasus penganiayaan terhadap ustaz dan ulama. Sementara yang lainnya hoaks. “Itu tidak boleh. Itu hanya boleh dibuka dihadiri oleh banyak orang. Saya merasa ada ketidaksungguhan. Ini kan meneror masyarakat di wilayah kejadian itu,” katanya.
Sumber : Republik.co.id