31.2 C
Jakarta
Array

Jamaah Islamiyyah

Artikel Trending

Jamaah Islamiyyah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Selama ini, semua serangan terorisme dalam tujuh tahun terakhir ini telunjuk terarah ke JAD, maupun ke tanzhim yang berafiliasi ke ISIS lainnya. Tudingan ini benar. Termasuk penyerangan terakhir di Surabaya adalah jaringan ISIS.

Tapi ada pertanyan, ke mana Jamaah Islamiyyah (JI)? Apakah tanzhim jihadi yang bertanggung jawab terhadap serangan teror paling parah di Indonesia (bom Bali I, bom Bali II, Kedutaan Australia, Bom Marriott I dan II) tiba-tiba langsung lunak? Apakah organisasi jihad bawah tanah yang melahirkan nama-nama sangar seperti Ali Ghufron, Imam Samudera, Amrozi, Dulmatin, Dr Azhari, Noordin Mohd Top sekarang sudah jadi ormas biasa?

Sekitar lima tahun lalu, menyusul gelombang penangkapan sejumlah pentolannya oleh Densus 88 dan perubahan mindset sejumlah mantan tokohnya, Amir JI mengeluarkan fatwa. Ada sejumlah poin. Yang pertama, jihad di Indonesia bukan (belum) menjadi jihad fardliyah (jihad yang mengikat perorangan). Kedua, aksi amaliah yang dilakukan lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Terbukti dari banyaknya janda-janda ikhwan JI yang tak tertangani oleh anggota JI yang ada. Ketiga, Indonesia bukan darul harbi, meski juga bukan darul hijrah.

Fatwa inilah yang kemudian membuat publik tak pernah mendengar lagi aksi terorisme yang dilakukan oleh JI dalam kurun tujuh tahun terakhir.

Yang jadi pertanyaan: adakah jaminan bahwa JI tidak akan melakukan penyerangan lagi? Jawabannya mencemaskan: tidak ada satupun yang bisa menjamin.

Isi fatwa memang mencegah aksi, tapi hanya dalam waktu terbatas. Jika, JI sudah mempunyai kapasitas dan sumber daya untuk mengelola para janda-janda yang ditinggalkan dan kecukupan lainnya, siapa yang bisa menjamin. Selain itu, Indonesia bagi mereka adalah darul abu-abu. Bukan darul harbi juga bukan darul hijrah. Sehingga ketika dirasa sudah saatnya, bukan tak mungkin para JI ini beraksi kembali.

Yang saya tahu, muncul generasi baru di dalam JI dengan tingkat kekerasan hati dan pemikiran sama seperti senior-seniornya yang melakukan aksi. Generasi yang disebut neo JI itu kabarnya juga sudah mendapatkan pelatihan dari senior-seniornya yang combatant hebat.

Jika ini yang terjadi, maka kita perlu merasa lebih khawatir. Sebab, kemampuan tempur JI jauh lebih tinggi dibandingkan JAD cs. Mereka menyiapkan aksi dengan lebih cermat dan selalu menargetkan demolisi (penghancuran) yang besar.

Selain itu, ilustrasi keadaan juga makin seram. Selalu dihantui aksi-aksi serampangan kecil-kecil setiap saat oleh tanzhim-tanzhim pro ISIS, ditambah dengan potensi serangan para neo JI ini.

Di luar Timur Tengah, Indonesia tampaknya menjadi salah satu negara terburuk yang dicengkeram oleh terorisme.

Dan kalian masih berdebat apakah aksi ini hanya settingan atau bukan? Dan percaya jika Dita hanya disuruh saja, lalu diledakkan oleh jarak jauh oleh konspirator tingkat tinggi? Kenapa kalian tidak bayangin diri anda (yang percaya teori ini), mau dititipin barang aneh, dengan cara sebagian dari barang itu dililitin ke anak-anak anda?

Opo ngenteni bom-bomo iku mbledhak nang manukmu lagek percoyo, jika ancaman terorisme ini nyata?

*Kardono Ano Setyorakhmadi, Analis Keagamaan, tinggal di Surabaya

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru