30 C
Jakarta

Jaga Keseimbangan Keindonesiaan, Muhammadiyah Akan Selalu Moderat

Artikel Trending

AkhbarNasionalJaga Keseimbangan Keindonesiaan, Muhammadiyah Akan Selalu Moderat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta-Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir mengatakan, kehadiran dan peran serta Muhammadiyah dalam urusan keindonesiaan adalah menjaga kewarasan, objektivitas, keadilan, dan nalar pikir dan sikap moderat.

“Oleh karena itu Muhammadiyah selalu menyuarakan suara moderat untuk jaga keseimbangan,” katanya pada Launching Universitas Siber Muhammadiyah (SiberMu) pekan lalu yang digelar blended di Kantor PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta.

Prof Haedar menjelaskan, Indonesia jika diletakkan secara sibernetika seharusnya berada di dalam posisi integrasi. Sibernetik sebagai ilmu sosial, khususnya ekonomi yang berbicara tentang kehidupan manusia yang saling terkait.

“Maksudnya kita tidak boleh meletakkan aspek-aspek kehidupan itu saling mencengkram, politik menghancurkan ekonomi atau sebaliknya ekonomi menghancurkan dan mendominasi politik yang melahirkan oligarki,” tuturnya dilansir dari laman muhammadiyah.or.id.

Dikatakan Prof Haedar, keduanya tidak boleh saling mendominasi melainkan harus saling beradaptasi, integrasi, dan punya tujuan untuk kesejahteraan hidup manusia baik rohani maupun jasmani. Oleh karena itu Indonesia jika diletakkan dalam sibernetika harus berada di posisi integrasi.

Membangun ekonomi dan politik dimaksudkan untuk menuju satu kesatuan yaitu agar Indonesia selamat. Belajar dari dua titik sejarah Indonesia yang hegemonic, di era Orde Lama dan Orde Baru. Pada Orde Lama, Haedar menyebut Indonesia terlalu Hegelian yang mengedepankan dan serba ide, serta gagasan, sehingga ‘keteteran’ mengurus rakyatnya.

“Sebaliknya muncul Orde Baru, lalu paradigmanya serba ekonomi di atas paradigma developmentalisme. Tapi akhirnya juga pemerataan tidak terjadi, kemudian terjadi konglomerasi itu lahir di zaman Orde Baru,” tambahnya.

BACA JUGA  BNPT Lawan Konten Radikal Melalui Narasi Moderat

Menurut dia, zaman reformasi harusnya belajar dari sejarah itu, akan tetapi masih ada yang ingin kembali ke zaman tersebut. Di tengah tarikan nostalgia masyarakat yang ingin kembali ke era hegemonik, Muhammadiyah diminta hadir untuk menjaga kewarasan dan objektivitas, serta menyuarakan suara moderat.

“Inilah sesungguhnya kenapa Muhammadiyah selalu menyuarakan suara-suara yang moderat dalam berbangsa, bernegara, dan beragama agar kita tidak terjebak pada radikalisme, ekstrimisme apapun,” tegasnya.

Menyinggung tentang usaha memberantas radikalisme dan ekstremisme, Prof Haedar menyebut, kelompok tersebut baik secara sadar dan tidak sadar terjebak di posisi radikal ekstrem yang lain. Sebab mereka tidak mengambil posisi moderat dalam mengentaskan masalah radikalisme maupun ekstremisme.

Radikalisme tersebut yang menjangkiti dalam bidang politik misalnya menyebut demokrasi hanya untuk demokrasi, dan lupa aspek demokrasi yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kemudian ekonomi hanya fisik, lupa pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Apa lagi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, serta Persatuan. Sekarang persatuan kita diambang problem besar sebenarnya ketika setiap kelompok dan golongan itu selalu ingin merebut hegemoni yang paling diyakini oleh dirinya. Lupa pada kepentingan kita bersatu dan bersama,” ungkapnya.

Prof Haedar menyarankan, perbaikan dalam urusan kebangsaan harus dimulai dari pendidikan, lebih-lebih pendidikan tinggi. Pendidikan diharapkan bisa memajukan dan meluruskan yang bengkok dari Indonesia.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru