31.7 C
Jakarta

Paham Salafi-Radikalis dan Bahayanya terhadap Eksistensi Negara Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPaham Salafi-Radikalis dan Bahayanya terhadap Eksistensi Negara Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sudah lama beberapa ustadz berdarah NU melakukan kontra-dakwah terhadap salafi. Salah seorang tokoh yang dimaksud, selain Prof. Dr. Said Aqil Siradj, adalah Buya Arrazy Hasyim. Kontra-dakwah yang dilakukan oleh Buya Arrazy tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia dari pengaruh paham salafi.

Pertanyaannya, seberapa pentingnya melakukan kontra-dakwah terhadap paham salafi? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan beberapa sudut pandang: Pertama, pesatnya informasi tersebar di media sosial. Media sosial memiliki kekuatan yang cukup tinggi, karena jangkauannya cukup luas. Dakwah yang disampaikan di media sosial akan dapat menjangkau seluruh orang di penjuru dunia. Terus, bagaimana jika dakwah itu dibalut dengan pemikiran salafi yang bertentangan dengan paham moderasi yang berkembang di Indonesia?

Kedua, salafi memiliki paham yang berbeda dengan Indonesia. Salafi cenderung mainstrem, sedangkan Indonesia lebih cederung berpaham moderat (moderat). Salafi biasanya menolak praktik keagamaan yang berkembang di Indonesia. Sebut saja, Maulid Nabi, pembacaan tahlil, ziarah kubur, dan masih banyak yang lain. Salafi memandang sederetan praktik keagamaan tersebut dengan bid’ah atau perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad.

Stigma bid’ah secara tidak langsung menyalahkan atau menganggap praktik keagamaan tersebut tidak benar. Karena, disebutkan dalam sebuah hadis yang cukup populer: Al-Bid’ah dhalalah wakullu dhalalin fi an-nar. Maksudnya, bid’ah itu sesat, dan segala perbuatan sesat itu tempatnya di neraka. Stigma negatif yang dialamatkan oleh salafi pasti membahayakan eksistensi karakteristik keagamaan di Indonesia. Karena, Islam yang berkembang di Indonesia tidak dapat disamakan dengan Islam yang berkembang di Arab Saudi dan beberapa negara yang lain.

BACA JUGA  Momen yang Tepat Kelompok Radikal Refleksi di Malam Lailatul Qadar

Sebagai agama yang relevan Islam yang masuk ke Indonesia tidak dapat menutup diri dari budaya yang berkembang di dalamnya. Maka, kemudian Islam yang berkembang di Indonesia disebut dengan Islam Nusantara. Model Islam semacam ini bukan lantas dipahami keliru dengan Islam yang baru dan bertentangan dengan Islam Nabi Muhammad. Percaya atau tidak, Islam Nusantara tetaplah Islam yang dibawa Nabi Muhammad, tapi modelnya lebih keindonesiaan.

Salafi cenderung tidak menerima model Islam yang dipopulerkan oleh NU tersebut. Salafi tetap bersikeras menghadirkan Islam yang fundamentalis dan kaku itu. Islam gaya salafi tidak relevan dihadirkan Indonesia. Pasti akan menghadirkan banyak pertentangan di tengah-tengah masyarakat. Keagamaan masyarakat akan terusik dengan pembid’ahan praktik keagamaan yang telah berjalan semenjak nenek moyang mereka. Masyarakat akan membid’ahkan balik pembid’ahan salafi.

Lebih dari itu, bahaya paham salafi di Indonesia tidak dapat diremehkan. Paham ini sangat mungkin mengantarkan warga Negara Indonesia menjadi radikal, baik dalam berpikir maupun berbuat. Aksi terorisme yang telah merugikan sebagian besar warga sebenarnya bibitnya dari paham salafi. Mulanya pelaku perbuatan terkutuk ini membid’ahkan dan menghkafirkan segala sesuatu yang bertentangan dengan pemikiran dan keimanan mereka. Kemudian, mereka mulai melakukan aksi-aksi terorisme.

Maka dari itu, penting melakukan kontra-dakwah di media sosial sebagai bentuk menangkal bibit salafi tumbuh di Indonesia. Sangat disayangkan negara yang terbuka akan perbedaan dikuasai kelompok salafi-radikalis yang tertutup pemikirannya. Kontra-dakwah yang kita lakukan, meski tidak segetol Buya Arrazy, pasti bernila positif dalam menjaga eksistensi Indonesia. Menjaga Indonesia dari paham salafi-radikalis merupakan bentuk syukur terhadap luas nikmat Tuhan yang Maha Esa.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru