Dengarkan artikel ini
Sebagai Muslim, kita wajib meyakini adanya Allah swt. Keyakinan itu harus diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati, dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Begitulah hakikatnya iman.
Kita tidak lagi perlu bertanya tentang kewujudan Allah., sebab akal manusia terbatas, tidak bakal mungkin sampai untuk memikirkan Dzat al-Khaliq. Memikirkan tentang makhluk saja tidak akan pernah ada usainya.
Tetapi, jika ada orang yang mendesak bertanya empat hal tentang Allah swt., maka Syaikh Nawawi al-Bantani mengajukan jawabannya.
Jika ada orang yang bertanya, “Di mana Allah swt.?”, maka jawabannya, “Allah swt. tidaklah bertempat, dan tidak melewati masa.”
Jika seseorang bertanya, “Bagaimana Allah?”, maka jawablah “Allah swt. tidak ada yang serupa dengan-Nya.”
“Allah adalah awal tanpa permulaan dan akhir tanpa ujung,” begitulah jawaban atas pertanyaan “Kapan Allah?”.
“Allah Mahaesa,” begitu jawabnya saat ditanya, “Berapa Allah?”.
Jika masih ngotot meminta bukti keberadaan Allah, maka tampar atau cubit orang tersebut sekeras mungkin. Minta kepada orang tersebut untuk menunjukkan sakitnya. Jika ia berseloroh dengan menunjukkan warna merah, lebam, atau berdarah, misalnya, maka sungguh itu bukan sakit. Itu hanya tanda bukti sakit. Begitupun adanya makhluk itu bukti adanya Allah swt.
