35.1 C
Jakarta

Dugaan Penistaan Alquran di Pakistan Picu Pembakaran Gereja

Artikel Trending

AkhbarInternasionalDugaan Penistaan Alquran di Pakistan Picu Pembakaran Gereja
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Islamabad – Dua warga Kristen dituduh melakukan penistaan terhadap kitab suci Alquran. Hal ini kemudian memicu sekelompok orang menyerang setidaknya dua gereja di Jaranwala, Provinsi Punjab, Pakistan, Rabu (16/8/2023).

Dugaan penistaan terhadap Alquran bermula setelah ditemukannya robekan Alquran dengan tulisan berisi penistaan di dekat wilayah penduduk Kristen. Kemudian, robekan halaman Alquran itu dibawa ke pemuka agama setempat.

Ia lalu mendesak warga Muslim melakukan protes dan meminta pelaku penistaan terhadap Alquran segera ditangkap. Ratusan orang memblokade jalan bebas hambatan memprotes dugaan penistaan terhadap Alquran itu.

Polisi mengumpulkan bukti atas dua warga Kristen yang diduga menistakan Alquran dengan penemuan halaman Alquran dengan tulisan penistaan dengan tinta merah. Di Pakistan kasus penistaan dapat dikenai hukuman mati.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan, ratusan orang bersenjata tongkat menyerang Salvation Army Church dan Saint Paul Catholic Church, lalu membakarnya. Sedangkan yang lainnya menyerang rumah pribadi, memecahkan jendela dan membakarnya.

Pemimpin Kristen, Akmal Bhatti, menyatakan massa menyulut lima gereja dan menjarah barang berharga dari rumah yang ditinggalkan pemiliknya. Ia mengecam insiden ini dan massa menggunakan undang-undang penistaan untuk membenarkan tindak kekerasan.

’Ketegangan terlihat, keluarga di sana mulai meninggalkan Jaranwala ke rumah saudara mereka di desa terdekat atau Kota Faisalabad yang berjarak 40 km dari Jaranwala,’’ kata ketua Minorities Alliance Pakistan kepada Aljazirah.

BACA JUGA  Menlu AS Sebut Gencatan Senjata di Gaza Tergantung Hamas

Seorang sumber pemerintah mengatakan, massa digerakkan ulama lokal, terutama yang berafiliasi dengan parpol Islam, Tehreek-e-Labaik Pakistan (TLP). Namun, TLP menolak tuduhan bahwa mereka yang memicu kekerasan.

Justru, kata mereka, TLP bersama polisi mencoba mendinginkan suasana yang memanas. Shahid Mehmood, warga Jaranwala yang memiliki toko keliling berada 50 meter dari Salvation Army Church, menyaksikan peristiwa tersebut.

‘’Saya sampai ke toko sekitar pukul 10.00 dan sudah ada ratusan orang berkumpul di luar gereja. Melihat situasi seperti itu, saya memutuskan menutup toko setelah buka hanya sepuluh menit,’’ katanya kepada Aljazirah.

Warga lainnya, Shakil Masih menyatakan mendengar pengumuman untuk berhimpun kemudian ia melihat kerumunan massa menuju wilayah penduduk Kristen. ‘’Saya bersama keluarga meninggalkan rumah, juga beberapa keluarga lainnya.’’

Inspektur polisi Provinsi Punjab, Mohammed Naved menyatakan pihak berwenang telah berupaya mengendalikan massa di Jaranwala, sekitar 115 km dari ibu kota provinsi, Lahore. ‘’Kami mengambil semua langkah legal untuk mengendalikan situasi,’’ katanya.

Pejabat Perdana Menteri Pakistan Anwar ul Haq Kakar menyerukan agar hukuman setimpal dijatuhkan kepada mereka yang bertanggung jawab memicu kekerasan pada Rabu. ‘’Saya sedih dengan gambar-gambar yang beredar mengenai aksi kekerasan ini.’’

Centre for Social Justice, kelompok independen yang mengadvokasi hak minoritas mengompilasi data kasus penistaan di Pakistan. Data menunjukkan lebih dari 2.000 orang dituduh melakukan penistaan sejak 1987, sebanyak 88 di antaranya terbunuh karena tuduhan itu.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru