31.2 C
Jakarta
Array

Dasar Hukum Mencium Jempol dan Mengusapkannya Pada Kedua Mata

Artikel Trending

Dasar Hukum Mencium Jempol dan Mengusapkannya Pada Kedua Mata
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ketika mendengar nama Nabi Muhammad saw dalam azan beberapa orang langsung mencium dua jempol tangannya seraya mengusapkannya pada dua matanya. Praktek hal ini diperbolehkan. Mengingat kaedah fikih menyatakan al-ashl fi al-asyyâ’ al-ibâhah (asal hukum segala sesuatu itu boleh). Dari sini sebenarnya praktek di atas tidak membutuhkan legitimasi dalil yang memperbolehkan.

Ditemukan sejumlah riwayat yang berasal dari sahabat terbaik, Abu Bakar al-Shidiq, serta dua cucu Nabi al-Hasan dan al-Husain tentang praktek di atas. Riwayat ini disebutkan secara detail oleh al-Sakhawi dalam kitabnya al-Maqâshid al-Hasanah. Meskipun riwayatnya tidak dinilai sahih oleh al-Sakhawi namun tidak berarti serta merta riwayat tersebut masuk dalam hadis palsu. Masih memungkinkan kualitasnya hasan. Sehingga tidak selayaknya riwayat-riwayatnya diabaikan untuk dijadikan landasan hukum. Bahkan Ibnu Abidin, pakar hukum Islam bermadzhab Hanafi, dalam kitabnya al-Durr al-Mukhtâr wa Hâsyiyah Ibn ʻÂbidîn menyatakan kesunahan praktek di atas. Berikut pernyataannya;

الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) (1/ 398)

[تَتِمَّةٌ] يُسْتَحَبُّ أَنْ يُقَالَ عِنْدَ سَمَاعِ الْأُولَى مِنْ الشَّهَادَةِ: صَلَّى الله عَلَيْك يَا رَسُولَ الله، وَعِنْدَ الثَّانِيَةِ مِنْهَا: قَرَّتْ عَيْنِي بِك يَا رَسُولَ الله، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ مَتِّعْنِي بِالسَّمْعِ وَالْبَصَرِ بَعْدَ وَضْعِ ظُفْرَيْ الْإِبْهَامَيْنِ عَلَى الْعَيْنَيْنِ فَإِنَّهُ – عَلَيْهِ السَّلَامُ – يَكُونُ قَائِدًا لَهُ إلَى الْجَنَّةِ، كَذَا فِي كَنْزِ الْعِبَادِ. اهـ. قُهُسْتَانِيٌّ، وَنَحْوُهُ فِي الْفَتَاوَى الصُّوفِيَّةِ. وَفِي كِتَابِ الْفِرْدَوْسِ «مَنْ قَبَّلَ ظُفْرَيْ إبْهَامِهِ عِنْدَ سَمَاعِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله فِي الْأَذَانِ أَنَا قَائِدُهُ وَمُدْخِلُهُ فِي صُفُوفِ الْجَنَّةِ» وَتَمَامُهُ فِي حَوَاشِي الْبَحْرِ لِلرَّمْلِيِّ عَنْ الْمَقَاصِدِ الْحَسَنَةِ لِلسَّخَاوِيِّ، وَذَكَرَ ذَلِكَ الْجِرَاحِيُّ وَأَطَالَ، ثُمَّ قَالَ: وَلَمْ يَصِحَّ فِي الْمَرْفُوعِ مِنْ كُلِّ هَذَا شَيْءٌ. وَنَقَلَ بَعْضُهُمْ أَنَّ الْقُهُسْتَانِيَّ كَتَبَ عَلَى هَامِشِ نُسْخَتِهِ أَنَّ هَذَا مُخْتَصٌّ بِالْأَذَانِ، وَأَمَّا فِي الْإِقَامَةِ فَلَمْ يُوجَدْ بَعْدَ الِاسْتِقْصَاءِ التَّامِّ وَالتَّتَبُّعِ.

Disunahkan membaca Shalla Allâh ʻAlaika Yâ Rasûlullâh ketika mendengar syahadat kepada Nabi Muhammad saw yang pertama. Sedangkan pada syahadat kedua membaca Qarrat ʻAinî bika Yâ Rasûlullâh. Lalu setelah mengusapkan kuku dua jempol tangan pada kedua mata, menutup doa dengan Allâhumma mattiʻnî bi al-samʻ wa al-bashar. Insyaallah kelak Nabi saw menjadi penuntunnya ke surga. Dalam kitab al-Firdaus karya al-Dailami juga disebutkan bahwa siapapun yang mencium kuku jempolnya ketika mendengar asyhadu anna Muhammadan Rasûlullâh dalam azan, saya (Nabi saw) menuntunnya dan memasukkannya dalam barisan penghuni surga. Meskipun hadis marfu’ ini tidak sahih namun kesunahannya khusus pada syahadat azan dan tidak disunahkan pada iqamah.

Sementara al-Sakhawi menampilkan beberapa riwayat berkenaan dengan praktik ini. Berikut riwayatnya;

المقاصد الحسنة (ص: 604)

1021 – حَدِيثُ: مَسْحِ الْعَيْنَيْنِ بِبَاطِنِ أُنْمُلَتَيِ السَّبَّابَتَيْنِ بَعْدَ تَقْبِيلِهِمَا عِنْدَ سَمَاعِ قَوْلِ الْمُؤَذِّنِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّه، مَعَ قَوْلِهِ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بالله رَبًّا، وَبِالإِسْلامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، ذَكَرَهُ الدَّيْلَمِيُّ فِي الْفِرْدَوْسِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ أَنَّهُ لَمَّا سَمِعَ قول المؤذن أشهد أن محمد رَسُولُ الله قَالَ هَذَا، وَقَبَّلَ بَاطِنَ الأُنْمُلَتَيْنِ السَّبَّابَتَيْنِ وَمَسَحَ عَيْنَيْهِ، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ فَعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلَ خَلِيلِي فَقَدْ حَلَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِي، ولا يصح.

Hadis -tentang mengusap dua mata dengan ujung jari setelah dicium saat mendengar muadzin melantunkan asyhadu anna Muhammadan Rasûlullâh seraya mengucapkan asyhadu anna Muhammadan ʻabduhu wa rasûluhu radhîtu billâhi rabbâ wa bil Islâmi dînâ wa bi Muhammadin saw nabiyyâ juga disebutkan oleh al-Dailami dalam kitabnya al-Firdaus, riwayat dari Abu Bakar al-Shidiq bahwa beliau melakukan hal tersebut. Nabi saw pernah menyatakan siapapun yang melakukan seperti yang dilakukan oleh kawan dekatku (Abu Bakar al-Shidiq), maka dia akan mendapatkan syafaatku kelak– dinilai tidak sahih.    

وكذا ما أورده أبو العباس أحمد ابن أبي بكر الرداد اليماني المتصوف في كتابه “موجبات الرحمة وعزائم المغفرة” بسند فيه مجاهيل مع انقطاعه، عن الخضر عليه السلام أنه: من قال حين يسمع المؤذن يقول أشهد أن محمد رسول الله: مرحبا بحبيبي وقرة عيني محمد بن عبد الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثم يقبل إبهاميه ويجعلهما على عينيه لم يرمد أبدا،

Senada denga yang diriwayatkan oleh seorang sufi Abu al-ʻAbbâs bin Abu Bakar al-Radâd al-Yamani dalam kitabnya Mûjibât al-Rahmah wa ʻAzâim al-Maghfirah dengan sanad terputus yang juga ditemukan beberapa perawi tidak dikenal dan bersumber dari Nabi Khidir as yang menyatakan bahwa siapapun yang saat mendengar ucapan muadzin asyhadu anna Muhammadan Rasûlullâh, membaca marhaban bi habîbî wa qurrata ʻainî Muhammad bin Abdillâh saw. Lalu mencium dua jempolnya dan meletakkannya pada kedua matanya, dia tidak akan sakit mata –dengan seizin Allah swt- sampai kapanpun.

ثم روى بسند فيه من لم أعرفه عن أخي الفقيه محمد بن البابا فيما حكى عن نفسه أنه هبت ريح فوقعت منه حصاة في عينه، فأعياه خروجها، وآلمته أشد الألم، وأنه لما سمع المؤذن يقول أشهد أن محمدا رسول الله قال ذلك، فخرجت الحصاة من فوره، قال الرداد: وهذا يسير في جنب فضائل الرسول صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،

Diriwayatkan –dengan perawi sanad yang tidak ku kenal-  dari saudaraku seorang fakih Muhammad bin al-Baba. Beliau menceritakan pengalamannya suatu ketika angin berhembus kencang hingga ada sebutir kerikil masuk di matanya. Beliau pun kesulitan mengeluarkannya. Otomatis itu sangat menyiksanya. Selanjutnya ketika mendengar muadzin mengumandangkan asyhadu anna Muhammadan Rasûlullâh, dia membaca doa seperti di atas. Maka secara spontan kerikil itu keluar dari matanya. Al-Radâd mengomentari, bahwa hal ini adalah hal mudah dalam kemulian dan keutamaan Rasulullah saw.

وحكى الشمس محمد بن صالح المدني إمامها وخطيبها في تاريخه عن المجد أحد القدماء من المصريين أنه سمعه يقول: من صلى على النبي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا سمع ذكره في الأذان وجمع أصبعيه المسبحة والإبهام وقبلهما ومسح بهما عينيه لم يرمد أبدا،

Muhammad bin Saleh al-Madani menceritakan dalam buku sejarahnya dari al-Majd salah satu ulama klasik Mesir pernah mengatakan bahwa siapapun yang bershalawat kepada Nabi saw saat mendengar nama beliau saw dalam azan. Lalu mengumpulkan dua jari telunjuk dengan jempolnya untuk dicium dan diusap pada kedua mata mata, maka ia –dengan seizin Allah swt- tidak akan menderita sakit mata.

قال ابن صالح: وسمعت ذلك أيضا من الفقيه محمد بن الزرندي عن بعض شيوخ العراق أو العجم أنه يقول عندما يمسح عينيه: صلى الله عليك يا سيدي يا رسول الله يا حبيب قلبي ويا نور بصري ويا قرة عيني، وقال لي كل منهما: منذ فعله لم ترمد عيني، قال ابن صالح: وأنا ولله الحمد والشكر منذ سمعته منهما استعملته فلم ترمد عيني، وأرجو أن عافيتهما تدوم، وأني أسلم من العمى إن شاء الله،

Ibnu Saleh pernah mendengar praktek hal ini dari seorang fakih bernama Muhammad bin al-Zarnadi yang berujung pada beberapa syaikh di negara Iraq dan negara non-Arab lainnya. Saat mengusap kedua mata membaca Shallâ Allâh ʻAlaika Yâ Sayyidî Yâ Rasûlullâh Yâ Habîba Qalbî Wa Yâ Nûra Bashrî Wa Yâ Qurrata ʻAinî. Beliau menegaskan, semenjak aku melakukannya mataku tidak pernah sakit. Begitu juga Ibnu Saleh mengatakan hal yang sama dan berharap kesehatan matanya bisa awet dan terbebas dari kebutaan insyaallah.

قال وروي عن الفقيه محمد بن سعيد الخولاني قال: أخبرني الفقيه العالم أبو الحسن علي ابن محمد بن حديد الحسيني أخبرني الفقيه الزاهد البلالي عن الحسن عليه السلام أنه قال: من قال حين يسمع المؤذن يقول أشهد أن محمدا رسول اللَّه: مرحبا بحبيبي وقرة عيني محمد بن عبد اللَّه صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ويقبل إبهاميه ويجعلهما على عينيه لم يعم ولم يرمد،

Diriwayatkan dari bernama Muhammad bin Said al-Khaulani yang dapat riwayat dari Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Hadîd al-Husaini dari al-Bilali dari al-Hasan cucu Rasulullah saw yang menyatakan siapapun yang saat mendengar muazin mengucap asyhadu anna Muhammadan Rasûlullâh, membaca doa; Marhaban bi Habîbî wa Qurrata ʻAinî Muhammad bin Abdillâh saw seraya mencium dua jempolnya dan meletakkan pada kedua matanya, dia tidak akan buta dan sakit mata.  

وقال الطاوسي: إنه سمع من الشمس محمد ابن أبي نصر البخاري خواجه حديث: من قبل عند سماعه من المؤذن كلمة الشهادة ظفري إبهاميه ومسهما على عينيه وقال عند المس: اللَّهم احفظ حدقتي ونورهما ببركة حدقتي محمد رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ونورهما لم يعم، ولا يصح (1) في المرفوع من كل هذا شيء.

Al-Thawusi pernah mendengar dari Muhammad bin Abu Nashr al-Bukhari Khawajah sebuah hadis, siapapun yang saat mendengar kalimat syahadat, mencium kedua kuku jempolnya dan menyentuhkannya pada kedua matanya. Saat menyentuh membaca Allahumma ihfazh hadaqatayya wa nawwirhumâ bi barakati hadaqatay Muhammad Rasûlillâh saw wa nawwirhumâ, maka dia tidak akan buta. Menurut al-Sakhawi semua riwayat marfu’ ini dinilai tidak sahih. Namun sekali lagi menurut hemat penulis tidak tepat menyalahkan orang yang melakukan praktek ini. Terlebih lagi membid’ahkannya. Wallâhu Aʻlam.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru