27.2 C
Jakarta
Array

Berdua Menjadi Sempurna (Bagian II-Habis)

Artikel Trending

Berdua Menjadi Sempurna (Bagian II-Habis)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Al-Baihaqi pernah meriwayatkan suatu hadis yang bisa dibalang cukup masyhur mengenai pernikahan. Meskipun kualitas hadis tersebut kurang kuat, namun bisa digunakan sebagai motivasi kaum beriman yang belum mempunyai pasangan. Hadis tersebut berasal dari sahabat yang dikenal sebagai khadim Rasulullah saw, yakni Anas bin Malik (w. 93 H).

مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ دِيْنِهِفَليَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

Orang yang telah menikah, telah menyempurnakan separuh agamanya. Hendaknya ia bertakwa untuk separuh sisanya.

Al-Munawi dalam kitabnya Faidl al-Qadiir (1972:6/103) mengomentari hadis di atasNabi Muhammad saw menjadi takwa dalam dua bagian: dalam nikah dan selain nikah. Sebab dalam nikah syahwatperut dan kemaluan akanterjaga. Hal inisejalan dengan pandangan al-Qurthubi (w. 671 H) dalam tafsirnyaal-Jâmiʻ li Ahkâm al-Qurân(2006: 12/75) bahwa pernikahan dapat menjaga seseorang dari larangan Allah berupa zina.Ini dikuatkan dengan redaksi berbeda pada riwayat lain yang menggunakan‘faqad Ahraza Syathra Dînih’, maka ia telah menjaga setengah agamanya.Dengan kata lain terjaga dari larangan berarti separuh kesempurnaan agama dapat digapai. Menurut riwayat lain yang disempurnakan dan dijaga adalah separuh keimanan. Bagaimanapun agama dan keimanan adalah satu paket yang tidak bisa dipisah. Seorang yang beragama pastilah ia mempunyai keimanan. Akan lebih mudah lagi mencapai kesempurnaan agama dan iman saat mendapatkan isteri yang salehah sebagaimana dalam satu riwayat, Orang yang diberi oleh Allah swt rezeki berupa isteri salehah, ia telah ditolong oleh Allah swt dalam separuh agamanya.

Dalam konteks kesempurnaan separuh agama, sebagian ulama memahaminya bahwajika seseorang telah menikah maka pahala ibadahmaupun kualitas agamanya akan meningkat.Pahala ibadah yang didapatkan tidak seperti sedia kalasebelum berumah tangga.Pasangan suami-isteri, yang ‘mau tak mau’ ke mana-mana harus bersama-sama, akanlebih mempunyai porsi untuk saling mengingatkan baik dalam ibadah murni maupun ibadah sosial.Sehingga dalam prakteknya dapat dilangsungkan secara bersama-sama sebagai contohdengan berdua akanlebih mudah untuk shalat secaraberjamaah dan bagi perempuanmelaksanakan ibadah haji pun tidak perlu didampingi oleh keluarganya yang muhrim.

Al-Quran saat berbicara tentang pasangan suami isteri, tidak lepas dari dua term kata, Zawj dan Imraah. Sejatinya Zawj dalam Al-Quran setidaknya mempunyai tiga arti: pasangan hidup, macam, dan teman.Ketika term zawj dalam Al-Quran berkenaan dengan arti pasangan maka yang dimaksud adalah pasangan yang sefaham dalam ideologi, misalnya azwaajika untuk kontek Nabi saw. Berbanding terbalik dengan kata Imraah yang sering digunakan untuk menunjukkan pasangan yang tidak sefaham dalam akidah, seperti Imraatu Luth, Imraatu Nuh, dan Imraatu Fir’aun yang kesemuanya berbeda kepercayaan dengan pasangannya masing-masing.

Yang perlu digarisbawahi oleh pasangan suami-isteri adalah memahami dan memaklumi setiap kekurangan pasangannya. Hal ini yang seringkali terhapus dari ingatan masing-masing pasangan. Sehinggacekcokperselisihan dalam rumah tangga tidak dapat terhindarkan. Yang mana pada puncaknya akan bermuara pada perkara halal yang paling dibenci oleh Allah swt, yakni perceraian.

Jika berbicara mengenai kekurangan sesuatu, seketika benak kita teringat pada sebuah peribahasa masyhur yakni ‘tak ada gading yang tak retak’.Analogi dalam peribahasa ini menggambarkan cukup jelas bagi kita bahwa hal kekurangan adalah suatu keniscayaan. Sebaik-baik seseorang pasti ada yang tidak menyukainya. Sesempurna-sempurna hasil usaha pastilah ada yang mengkritik.Suatu untaian hikmah Arab menyatakan:

لِكُلِّ حَسَنٍ عَائِبٌ

Setiap segala kebaikan pasti ada yang mencelanya.

Laki-laki berharap jodohnya adalah sesosok wanita sempurna. Sebaliknya, Perempuan berangan-angan suaminya adalah suami yang sempurna. Mereka semua tidak tahu jika mereka diciptakan untuk saling melengkapi, memahami, dan mengerti sehingga menjadi sempurna.

Hadis yang bersumber dari Anas bin Malik di atas bisa menjadi referensi bahwa seorang manusia taka da yang sempurna. Seseorang bisa menuju kesempurnaan salah satunya adalah dengan menyatukan dua insan yang keduanya jauh dari kesempurnaan. Dengan menikah kesempurnaan agama akanlebih mudah diterima.Dengan menikah kesempurnaan ibadah akan menjadi ringan digapai.Dengan menikah kebahagian sempurnadi dunia akandicapai. Dengan menikahkesempurnaan menjadi manusiaakan dilalui. Dengan menikah kesempurnaan-kesempurnaan lainnya tidak akan berat untuk diwujudkan.

Memang semua makhluk di jagat raya ini diciptakan berpasang-pasangan agar menjadi sempurna. Kesempurnaan mereka semua dapat diwujudkan dengan berdua. Campur tangan para pasangan maupun bantuan orang lain mutlakdibutuhkan untuk menuju kesempurnaan. Hanya Allah swtsemata yang mampu sempurna sendiri tanpa pasangan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru