32.1 C
Jakarta

Azyumardi Azra dan Moderasi di Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanAzyumardi Azra dan Moderasi di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Moderasi Islam itu merupakan istilah yang diterjemahkan dari bahasa Al-Qur’an, ummatan wasathan yang tertulis dalam surah al-Baqarah ayat 143: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), ummatan wasathan, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Sebagai istilah yang memiliki kesan dan pesan positif, tak sedikit orang dan kelompok tertentu yang menggunakan istilah ini untuk membenarkan argumentasinya.

Penyalahgunaan istilah moderasi ini menjadi pukulan keras terhadap agama Islam. Karena, seringkali kelompok radikalis menyebut dirinya paling moderat, sedang mereka melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam semisal aksi teror, sikap fanatik, dan mengkafirkan orang lain. Karena sikap picik mereka, image Islam menjadi buruk di mata non-muslim, sehingga muncul opini publik bahwa Islam adalah agama yang menghendaki kekerasan (radikal).

Untuk meluruskan stigma negatif—karena bisa jadi misunderstood, kesalahpahaman—saya menghadirkan cendekiawan muslim Azyumardi Azra untuk memberikan gagasan terkait moderasi di Indonesia. Azyumardi Azra melihat keberagamaan di Indonesia itu berbeda dengan di tempat lain. Di Indonesia sangat menonjolkan hal-hal yang bersifat inklusif, termasuk juga moderasi dalam beragama. Sikap moderasi ini lebih banyak menyentuh kalangan umat Islam. Sebab, umat Islam di Indonesia itu jumlahnya 88,2 persen dari 260 juta penduduk.

Azyumardi Azra menambahkan, moderasi di Indonesia sebetulnya terlihat di tengah umat Islam, lebih-lebih di tubuh para tokohnya, seperti ulama, kyai, dan ustaz.  Mereka bisa menerima Indonesia tidak berdasarkan Islam dan Indonesia bukan menjadi negara Islam, bahkan mereka bersedia menerima Indonesia berdasarkan Pancasila. Itu tidak mungkin terwujud kalau tidak ada moderasi dari umat Islam.

BACA JUGA  Shalat Tarawih dan Hikmah yang Tersirat di Dalamnya

Azyurmadi Azra memperlihatkan keheranan pengamat di Eropa, maupun di Amerika yang meneliti Indonesia. Pengamat ini terheran-heran mengapa Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim tidak menjadi negara Islam, sementara di Eropa sendiri banyak sekali negara yang berdasarkan agama, terutama agama Kristen.

Oleh karena itu, Azyumardi Azra menduga baik secara historis dalam pembentukan negara Indonesia sejak 17 Agustus 1945 sampai sekarang terlihat sekali bahwa moderasi itu kelihatan dalam keberagamaan, khususnya dalam hal ini Islam sebagai umat yang terbesar dan menerima Pancasila dan empat prinsip dasar negara bangsa Indonesia yaitu UUD 45, NKRI, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Itulah moderasi yang diperlihatkan sepanjang sejarah di Indonesia.

Berkat moderasi itu Indonesia bisa bersatu di tengah perbedaan, baik suku, budaya, maupun agama. Kata Azyumardi Azra, keterbukaan Indonesia bisa terlihat di berbagai lapangan kehidupan di mana para pemimpin kalangan non-muslim bisa menjadi pejabat publik, menteri, gubernur, bupati dan walikota. Tidak ada halangan bagi mereka. Tidak ada di konstitusi kita, misalnya, presiden dan wakil presiden itu harus muslim. Fenomena seperti ini menentang sikap beberapa kelompok Islam yang mengharamkan pemimpin diangkat dari kalangan non-muslim.

Melalui gagasan Azyumardi Azra tersebut, saya melihat pentingnya menanamkan nilai-nilai moderasi di tengah-tengah negara Indonesia. Dengan moderasi persatuan akan terwujud dan “legowo” terhadap perbedaan. Penting diingat, bahwa nilai-nilai moderasi ini akan hilang begitu orang Islam sendiri mulai melupakannya atau menggunakannya demi kepentingan sesaat.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari argumentasi Prof. Azyumardi Azra yang disampaikan di akun YouTube Kemenag RI dengan tajuk “Moderasi Beragama dalam Pandangan Azyumardi Azra”

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru