27.6 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian XIII)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian XIII)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

TUNA NETRA NAMUN BISA DETAIL MENCERITAKAN MEKAH DAN MADINAH

Apakah yang bisa ditangap dari rangkaian ibadah haji dan tempat-tempat suci yang ada di sana bagi seseorang yang melakukan ibadah haji dalam keadaan buta? Mungkin semua orang berasumsi bahwa orang buta tidak akan mampu memberikan gambaran bagaimana kondisi ibadah haji apalagi sampai bisa memberikan gambaran mengenai tempat-tempat suci yang dilaluinya dalam menunaikan ibadah haji.

Senad hari itu tanpa sengaja dipertemukan oleh Allah dengan seorang laki-laki tuna netra. Laki-laki itu mendengar bahwa Senad adalah pejalan kaki menuju Allah. Karena sedang menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Rasa ingin tahu dan bertemu dengan Senad muncul di hati laki-laki ini sehingga membuat dia menanti kedatangan Senad ke kotanya. Ia ingin berbagi dengan Senad mengenai segala keunikan dan kebahagiaan yang dirasakannya selama menunaikan ibadah haji.

Di antara kerumunan masa yang menyambut Senad di kota itu, laki-laki itu dengan dipapah oleh anaknya begitu antusias menanti Senad. Ia merasakan kegaduhan orang-orang yang menanti Senad. Obrolan di antara mereka mengenai Senad, sehingga membuat dia begitu ingin secepatnya bertemua dengan Senad. Ketika Senad benar-benar sudah sampai di hadapannya, ia memeluk Senad dan Senad pun memeluk laki-laki ini seakan mereka adalah sahabat lama yang tidak pernah bersua. Senad begitu haru melihat kondisi laki-laki ini, dia ikut berbahagia menyambut kedatangannya walau pun dia tidak bisa melihat.

Senad pun berbicara dengan laki-laki tuna netra yang baru saja pulang dari Mekah itu. Dalam pembicaraan bersamanya, Senad merasa takjub, karena laki-laki itu mampu menggambarkan dengan detail segala rangkaian manasik ibadah haji yang dilakukannya. Dia begitu fasih menceritakan semua ibadah yang dilakukannya sejak dia melakukan thawaf qudum sampai kemudian mengakhiri ibadahnya dengan melakukan thawaf wada’.

Dia mampu dengan detail menceritakan bagaimana kondisi Mekah dan Madinah bukan hanya masalah suhu udaranya, tapi jalanan, tata kota, bentuk hotel, dan lain-lain pun dia ceritakan dengan detail kepada Senad seakan dia melihat semua itu.

Dan yang paling membuat Senad haru adalah manakala dia menggambarkan rupa masjidil haram dan masjid Nabawi. Ia melukiskan kedua masjid itu begitu indah dengan kata-katanya, seakan-akan dialah arsitek yang ikut serta dalam pembangunan masjid itu sehingga rupa dan lekuk-lekuk masjidnya pun tak luput diceritakannya. Sungguh ini semua merupakan sebuah karunia dari Allah SWT dan Senad merasa bahagia sekali dipertemukan oleh Allah dengan laki-laki ini.***

KU BERMIMPI TENTANGMU, SENAD!

Izmit sebuah kota yang berada di sebelah barat laut negara Turki dengan luas wilayah 3.524 m2  merupakan pusat administrasi provinsi Kocaeli. Kota ini terletak di Gulf of Izmit, di mana lautan Marmara menghiasi kecantikan kota yang berjarak sekira 10 KM dari Istanbul ini dan merupakan salah satu kota industri di Turki.

Hari itu 14 Maret 2012, Senad memasuki kota Izmit dengan memakai pakaian olahraga berwarna merah, topi Bosnia berwarna hitam, berkacamata, dan memakai celana olahraga serta sepatu kets seperti biasanya. Sejak memasuki Turki, bendera Turki berwarna merah dengan bulan sabit menghias senantiasa berkibar-kibar di sebelah kiri tasnya. Sedangkan bendera Bosnia dia pasangkan di tas sebelah kanannya.

Tiba-tiba seorang laki-laki mendatanginya sambil tergopoh-gopoh setengah berlari,

“Asalamualaikum, engkaukah Senad, pejalan kaki menuju Allah itu?”ucapnya penuh kebahagiaan.

“Walaikum salam, benar aku Senad,” ujar Senad santun sambil menjabat tangan laki-laki itu. Laki-laki yang belakangan diketahui bernama Tarhan Luthfullah itu mengajak Senad untuk singgah dan berisitrahat di rumahnya. Ia ingin sekali memuliakan Senad dalam perjalanannya menuju ke Mekah.

Senad pensaran, kenapa begitu simpatik Farhan terhadap dirinya, sehingga dia setengah memaksa agar Senad mampir ke rumahnya dan memuliakan rumah itu dengan kunjungannya. Dengan polos dan jujur Farhan menjawab,“ Aku bermimpi tentangmu, melihatmu dalam mimpiku, Senad.”

 Ujarnya dengan wajah serius. Senad terkesiap sambil mengucapkan, subhanallah. Seseorang yang tidak pernah sama sekali kenal bahkan sama sekali tidak pernah bertemu dengannya bermimpi tentangnya. Ini sungguh karunia yang agung dari Allah SWT, pikirnya di dalam hati. ***

YA ALLAH TENANGKAN ANGIN DAN HUJAN !

Hari itu, Senin 26 Maret 2012 Senad memasuki sebuah pegunungan yang cukup landai di Turki. Cuaca waktu itu begitu gelap. Kabut tebal di mana-mana dan sesekali kilat disertai petir menyambar. Cahayanya menerangi bumi bak lidah api menjulur panjang sampai kaki langit. Suasana begitu sepi. Tak ada seorang pun yang ada di sana karena cuaca memang sedang tidak menentu.

Sekitar siang hari pukul 1.00 hujan deras mulai turun, petir dan guntur bekilatan, langit mendung membuat hari menjadi hitam seperti malam, sementara salju setinggi 1.5 meter belum meleleh menyusahkan siapa pun yang berusaha melintasi gunung itu karena jalan licin dan tertutupi salju. Dalam kondisi seperti itu, Senad terus melanjutkan perjalanan terlepas dari kondisi dan cuaca yang buruk sekali pun.

Sesekali dia berpapasan dengan orang-orang yang menuruni gunung karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Mereka merasa heran melihat Senad di tengah kondisi begitu berjalan kaki sendirian dengan kondisi gelap dan ekstrim seperti ini. Senad sesekali tersenyum kepada orang-orang yang menatapnya sambil mengucapkan salam. Dalam rumus perjalanan Senad, tidak ada kata kembali, ia harus terus senantiasa melanjutkan perjalanan bagaimana pun kondisinya. Bahkan, ketika berada di dalam hutan sendirian dalam kegelapan malam sekali pun seperti hari itu ia tetap melanjutkan perjalanannya.

Karena hujan makin deras dan halilintar senantiasa bergemuruh di atas langit, Senad begitu kesulitan karena jalanan penuh salju dan gelap. Ia kuatir terpeleset untuk kemudian terjatuh dan terguling-guling ke bawah gunung. Dia melangkah begitu hati-hati dengan tongkat kayu yang dipegangnya. Bingung dengan kondisi gunung yang begitu gelap dan hujan yang deras yang tiada henti, Senad  mengangkat tangannya ke langit dan berdoa meminta kepada Allah agar angin dan hujan menjadi tenang.

Senad terus melanjutkan perjalanan sesudah dia menyelesaikan doanya, kemudian persis 30 menit sesudah ia selesai berdoa hujan pun berhenti, guntur dan petir menghilang untuk kemudian matahari menyemburkan cahayanya di langit, dan Senad pun bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikanNya. “Aku sungguh mencintai-Mu ya Allah,” gumannya pelan sesudah bangun dari sujud syukur sambil tersenyum menghadap ke langit. ***

Ikuti penulis di:

Wattpad:birulaut_78

Instagram: mujahidin_nur

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru