27.3 C
Jakarta

Terduga Teroris Terung Berulang, Program Penanggulangan Perlu Mendesak

Artikel Trending

AkhbarNasionalTerduga Teroris Terung Berulang, Program Penanggulangan Perlu Mendesak
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Penangkapan terduga teroris terus berulang di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Forum Masyarakat Sipil Cirebon Raya atau Formasina pun mendesak pemerintah daerah segera menetapkan rencana aksi daerah untuk penanggulangan ekstremisme dan terorisme.

Kasus teranyar, Detasemen Khusus 88 Antiteror meringkus seorang terduga teroris berinisial AT (28) di Desa Kubang, Kecamatan Talun, Selasa (7/2/2023) pagi. Warga asal Palembang, Sumatera Selatan, itu tinggal di Cirebon sejak Agustus 2021. Ia diduga termasuk jaringan teroris.

Penangkapan AT menambah daftar orang yang diduga terlibat terorisme di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan atau Cirebon Raya. Yayasan Satu Keadilan (YSK) bersama Formasina mencatat, sekitar 60 orang pernah ditangkap di Cirebon dan sekitarnya karena dugaan terorisme.

”Pada semua kecamatan di Kota Cirebon, terdapat warga yang pernah terlibat jaringan terorisme. Di Kabupaten Cirebon, terdapat 17 kecamatan yang warganya pernah ditangkan Densus 88,” ujar Sekretaris YSK Syamsul Alam dalam pernyataan tertulis Formasina yang diterima Kompas, Minggu (12/2/2023).

Formasina merupakan forum gabungan sejumlah organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan media yang fokus untuk rehabilitasi dan reintegrasi mantan pelaku kekerasan berbasis ekstremisme. Anggota forumnya, antara lain, YSK, Fahmina Institute, hingga Gusdurian Cirebon.

BACA JUGA  Pakar Kajian Terorisme UI Minta Pemerintah Perkuat Sinergi Penanggulangan Pendanaan Terorisme

Inisiator Formasina, Marzuki Wahid, menilai, para terduga teroris yang ditangkap di wilayah Cirebon tidak selalu beraksi di Cirebon. ”Mereka memang terlibat dalam jaringan terorisme di sejumlah daerah di Indonesia. Cirebon hanya menjadi tempat persinggahan pelaku,” ujarnya.

Marzuki menilai, para terduga teroris memilih tempat persinggahan di Cirebon karena sejumlah faktor. Selain lokasi Cirebon yang relatif dekat dengan ibu kota negara, para terduga teroris juga dinilai memanfaatkan karakter masyarakat Cirebon yang toleran.

Karakter toleran itulah yang menyebabkan banyak warga Cirebon tidak menaruh curiga terhadap terduga teroris yang tinggal di wilayah tersebut meski mereka berasal dari luar daerah.

Kondisi itulah yang terjadi pada AT. Terduga teroris itu telah berbaur dengan warga setempat. Bahkan, dia menjual kerupuk Palembang di warung-warung.

”Waktu penangkapannya, warga kaget karena orangnya tidak terlalu mencurigakan. Dia setiap hari ke masjid. Orangnya sopan,” ujar Kepala Urusan Umum Desa Kubang Aa Nurkasim.

Marzuki menyebut, kasus AT menunjukkan lemahnya sistem peringatan dini terkait terorisme. ”Belum adanya formulasi yang efektif untuk mengidentifikasi ancaman terorisme di lingkungan masyarakat,” ungkap Rektor Institut Studi Islam Fahmina itu.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru