27.2 C
Jakarta
Array

Para Sufi Bicara Tentang Tasawuf

Artikel Trending

Para Sufi Bicara Tentang Tasawuf
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Para Sufi Bicara Tentang Tasawuf

Asal kata tasawuf para ulama sementara ini belum menemukan kata sepakat. Mengingat istilah tasawuf belum ditemukan akar katanya secara pasti. Setidaknya ada tiga pandangan mengenai akar kata tasawuf. Al-Shûf (kain wol/bulu domba), al-Shafâ(kejernihan, kemurnian) dan al-Shaff (barisan). Yang pertama lebih mendekati kesesuaian dalam akar kata bahasa Arab, namun kain wol tidak ada hubungannya dengan tasawuf dan bukan menjadi atribut khusus para sufi. Yang Kedua, lebih dekat dalam makna namun beda jauh dari struktur katanya (isytiqâq al-Sharfî). Yang ketiga, benar dalam makna, seakan-akan hati para sufi berada pada shaf pertama. Namun sangat tidak ada keterkaitan antara barisan (shaf) dengan tasawuf dalam tatanan bahasa. Alhasil, tasawuf dan sufi merupakan sesuatu istilah yang menyerupai gelar. Ini bisa dilihat pada makna definisinya yang beragam sesuai dengan keadaan yang dialami oleh para sufi sendiri, demikian jelas al-Qusyairi dalam risalahnya. Berikut kami sajikan segelintir pandangan sufi mengenai tasawuf.

Ma’ruf al-Kurkhi: “Tasawuf adalah meraih hakekat dan melepaskan segala yang dimiliki manusia. Orang yang belum meraih hakekat dengan kefakiran, dia belum bertasawuf”.

Abu Turab al-Nakhsyabi: “Tasawuf itu tidak bisa dikotori oleh apapun dan apapun akan menjadi jernih karenanya”.

Sahl bin Abdullah al-Tustari: “Sufi (ahli tasawuf) adalah orang yang bersih dari kekeruhan, mengisi akalnya dengan tafakur, hatinya hanya ingat kepada Allah swt bukan manusia, dan bagianya tidak ada bedanya antara emas dengan tanah liat”.

Dzu al-Nun al-Mishri: “Sufi (ahli tasawuf) adalah orang yang tidak dilelahkan oleh permintaan dan tidak dirisaukan oleh perampasan. Mereka lebih mementingkan Allah swt dari segala sesuatu hingga Allah swt memprioritaskan mereka dari yang lain”

Samnun: “Tasawuf itu saat engkau (merasa) tidak memiliki sesuatu apapun dan tidak ada siapapun yang memilikimu selain-Nya”

Al-Junaid: “Tasawuf adalah penjernihan hati hingga kekotorannya tidak kembali lagi dengan menghindari sifat umum manusia serta menjauhi gejolak nafsu sehingga tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah”

Al-Jailani: “Sufi adalah orang yang bersih dari penyakit hawa nafsu, senantiasa menapaki jalan hakekat tanpa mencondongkan hatinya kepada makhluk Allah swt. Sedangkan tasawuf ialah bersungguh-sungguh jujur kepada Allah swt dan berakhlak santun kepada semua makhluk-Nya”.

Abu Ali al-Daqqâq: “Tasawuf adalah jalan khusus bagi orang-orang yang Allah swt telah menyapu kotoran dalam jiwa mereka”.

Menurut al-Qusyairî, istilah tasawuf ini bermula dari salah satu riwayat yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw oleh al-Tabhrânî dalam al-Mu’jam al-Kabîr,

ذَهَبَ صَفْوُ الدُّنْيَا وَبَقِيَ الكَدَرُ، فَالمَوْتُ اليَوْمَ تُحْفَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Kejernihan dunia telah hilang, tinggal kekeruhannya saja. Saat ini kematian menjadi persembahan berharga bagi setiap insan Muslim. (Ali Fitriana)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru