27.8 C
Jakarta

Narco-Terrorism (II): Fadli Sadama, Teroris Indonesia dan Kesadisannya

Artikel Trending

Milenial IslamNarco-Terrorism (II): Fadli Sadama, Teroris Indonesia dan Kesadisannya
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam tulisan sebelumnya saya menyebut bahwa narkoba, mafia dan teroris bisa bersatu di dalam satu kepentingan dan ideologi tertentu. Mafia bergerak dalam kepentingan bagaimana dagangannya berhasil dan mendapatkan pundi-pundi uang yang banyak. Sedang teroris, gerakannya berbasis pada paham ideologi radikal, yaitu untuk biaya bagi kebutuhan mereka dalam menjalankan aksi-aksi terorismenya. Teroris dan mafia duduk bersatu dalam segelas narkoba.

Narco-Terrorism: Fadli Sadama

Dalam perkembangannya hari ini memang demikian. Narco-terrorism ini kemudian menggunakan kemajuan teknologi untuk menyebarkan pengaruh sehingga muncullah apa yang disebut cyber-narco-terrorism. Ini sangat mengerikan karena menyatu menjadi sebuah kekuatan yang mengancam dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia telah banyak beberapa contoh tindakan narco-terrorism ini. Yang paling viral adalah kasus tentang Fadli Sadama. Kita masih ingat betul kajadian teror Fadli Sadama yang menewaskan banyak orang hanya untuk merampok sebuah bank.

Pada 18 Agustus 2010, Fadli Sadama mencoba melakukan perampokan Bank CIMB Niaga di Medan. Perampokan ini ternyata untuk kebutuhan aksi terorismenya kelompok Fadli. Dia dan kelompoknya tidak segan-segan membunuh siapa saja yang mencoba menghalangi tindakan brutal tersebut.

Fadli Sadama dan gerombolannya menggunakan senjata api dan telah menewaskan beberapa orang, salah satunya seorang anggota Brimob dan Satpam. Banyak orang terkejut dengan kejadian ini, karena sebelumnya tidak mungkin ada seseorang ingin merampok dengan cara-cara brutal membunuh korban.

Menyebut Fai

Ternyata usut punya usut, Fadli Sadama dan kelompoknya memakai cara-cara seperti yang telah dilakukan oleh Pablo. Dia dan kelompoknya berbisnis narkotika untuk kegiatan terorisme di Aceh Indonesia. Siapa yang berani menghalangi aksi dan bisnisnya, kematian menjadi jawabannya.

BACA JUGA  Sistem Khilafah Tidak Berkah Bagi Muslim-Muslimah Indonesia

Yang menarik, Fadli Sadama ternyata telah lama menjalankan aksi keji untuk mendanai kelompok teroris yang melakukan kegiatan pelatihan di Aceh itu. Fadli melakukan serangkaian kegiatan perampokan dari hasil bisnis narkotika, dan beberapa senjata yang dimilikinya berasal dari jejaring teroris wilayah Thailand Selatan.

Anehnya, seorang teroris seperti Fadli Sadama kok bisa-bisanya mendanai teroris dengan dana yang diambil dari barang kotor, seperti merampok bank dan jualan narkoba? Ternyata bagi mereka, memperoleh dana dengan cara merampok bank dan menjual narkoba ini dianggap sebagai “fai”.

Fai ini dalam konteks jihad adalah barang-barang atau harta rampasan yang boleh dan halal dimiliki asal untuk kepentingan melakukan serangkaian kegiatan terorisme. Paham inilah yang kebanyakan dipegang oleh sekelompok teroris atas nama jihad abal-abal di Indonesia.

Kembali lagi ke judul di atas, memang narco-terrorism ini bentuk kejahatan yang berbeda dari sekadar terorisme. Kelompok yang menjalankan narco-terrorism lebih kepada gerakan bagaimana bisa membiayai aksi teroris dari hasil apa saja, seperti mengedarkan narkoba.

Kedua aksi mereka lebih kepada bagaimana ingin merusak generasi bangsa dengan cara-cara jahat, brutal dan penuh kekerasan seperti di film-film itu. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemerintah lebih giat dan taktis lagi dalam menangkal gerakan narco-terrorism ini. Jika tidak, maka generasi bangsa dan Indonesia ini akan lumpuh sempurna.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru