30.8 C
Jakarta

Milenial Antiteror Ajak Semua Pihak Cegah Radikalisme di Kampus

Artikel Trending

AkhbarNasionalMilenial Antiteror Ajak Semua Pihak Cegah Radikalisme di Kampus
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Aksi teror merupakan kejahatan luar biasa yang harus dimusnahkan di Indonesia. Pasalnya, kejahatan teror ini sangat meresahkan masyarakat.

Di Indonesia sendiri, aksi teror masih kerab terjadi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penangkapan terduga teroris diberbagai daerah dalam beberapa bulan terakhir. Seperti di Sumatera Selatan, Jambi, Riau hingga Lumajang. Belum lagi ledakan yang sudah terjadi di wilayah Sukoharjo.

Koordinator Milenial Antiteror, Joni Satriawan, mengatakan bahwa aksi teror harus diwaspadai menjelang masuknya tahun politik 2024. Sebab, teror ini sangat mengganggu kondusifitas nasional.

Menurutnya, aksi teror kerab terjadi di beberapa negara menjelang masuknya tahun politik. Dicontohkan, ledakan bom di Pakistan terjadi saat kampanye politik.

“Bom bunuh diri juga terjadi di sebuah kantor registrasi pemilih di Afghanistan pada 2018 lalu. Kemudian di beberpa negara lain, seperti AS hingga Filipina,” ujarnya di Jakarta, Senin 24 Oktober 2022.

Ledakan bom menjelang pemilu juga pernah terjadi di Indonesia. Ada bom Sibolga Sumatera Utara hingga Surabaya dan Sidoarjo di Jawa Timur.

Joni juga menyorot terkait penangkapan Suhardin dan Aksar di Sulawesi Tengah. Keduanya merupakan bagian dari kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Meski Aksar disebut sebagai DPO terakhir yang berhasil ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri, akan tetapi ada dua kumungkinan yang patut untuk diwaspadai.

BACA JUGA  Amir Mahmud Sebut Ramadan Momen Pulihkan Kebersamaan Pasca Pemilu 2024

Pertama, jejaring kelompok ini tengah menyebar ke beberapa daerah lain. Kedua, mereka sudah memiliki generasi yang telah disiapkan untuk menyebar teror di kemudian hari.

Selain itu, Joni juga menyinggung terkait radikalisme yang telah masuk ke dalam institusi perguruan tinggi. Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian serius semua pihak terkait.

“Yang paling bahaya karena ini (radikalisme, red) sudah merambah mahasiswa,” kata Joni yang juga aktif sebagai Wasekjend PB PMII ini.

Dalam menangkal radikalsime di kelompok mahasiswa, harus ada langkah strategis pencegahan. Jangan sampai radikalisme itu menggurita di kelompok mahasiswa. Sebab, potensinya sudah nyata terlihat.

Dia mengutip data terakhir dari Alvara Research Center di 25 perguruan tinggi unggulan. Terdapat 23,4% mahasiswa dari 1.800 responden, menyatakan siap berjihad untuk menegakkan negara Islam atau khilafah.

Menurut Joni, hal tersebut sangat berbahaya. Sebab, mereka adalah mahasiswa yang notabene generasi penerus bangsa.

“Mahasiswa adalah kaum intelektual, penerus estafet kepemimpinan bangsa. Kalau mahasiswa terpapar radikalisme, mau jadi apa NKRI ini ke depan. Untuk itu mari semua pihak terkait bersama-sama kami lawan radikalisme. Lindungi generasi muda dengan strategi pencegahan yang tepat,” tukasnya.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru