27.2 C
Jakarta
Array

Mengukur Kecerdasan Logis-Matematis

Artikel Trending

Mengukur Kecerdasan Logis-Matematis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Mengukur Kecerdasan Logis-Matematis

Oleh: A. Halim Fathani*

SUATU ketika saya bertanya kepada salah seorang siswa SD, “Apakah kamu senang pelajaran matematika?” Ia menjawab “Tidak suka”. Lalu saya teruskan, “Mengapa kok tidak suka?” Siswa tersebut kemudian menjawab, “Matematika itu rumit, bikin pusing, hitung-hitung terus”. Mendapat jawaban seperti itu, mendorong saya saya untuk bertanya lagi “Kalau begitu, apakah kamu suka menghitung uang”. “Wah … ya.. suka sekali”, jawaban anak tersebut secara spontan.

Dari percakapan di atas, ada satu kata yang perlu kita perhatikan, yakni “menghitung”. Dari dialog di atas, kita tahu bahwa anak tersebut tidak suka pelajaran matematika, namun –ternyata- anak tersebut memiliki kesenangan lain, yaitu “menghitung uang”. Kita ketahui bahwa menghitung adalah salah satu keterampilan dalam belajar matematika. Dengan demikian, berarti anak tersebut dapat juga kita sebut sebagai anak yang memiliki tanda-tanda bahwa kecerdasan logis-matematis bersemayam dalam dirinya. Ia mengatakan tidak suka belajar matematika, namun ia senang menghitung uang.

Berpijak pada cerita di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap anak yang memiliki kecenderungan kecerdasan logis-matematis itu belum tentu memiliki karakteristik yang sama. Banyak sekali tanda-tanda anak yang bisa dinamakan sebagai orang yang memiliki kecerdasan logis-matematis. Karena, selain kecerdasan logis-matematis, masih ada tujuh kecerdasan lainnya yang ada dalam setiap diri manusia. Sehingga perkembangan setiap kecerdasan itu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan memiliki saling keterkait-pengaruhan antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan lainnya. Bisa saja, anak di atas memiliki kecenderungan di bidang kecerdasan logis-matematis dan spasial. Karena, ia bisa senang menghitung, jika menggunakan wasilah uang. Berbeda dengan suasana di kelas, yang mengharuskan ia menghitung di dalam sebuah buku, yang kadang kering akan gambar dan warna.

Secara umum, kecerdasan logis matematis melibatkan keterampilan, mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan ketika menciptkan hipotesis dan dengan tekun mengujinya dengan data eksperimental. Ini juga merupakan kecerdasan yang digunakan akuntan pajak, pemrogram komputer atau ahli matematika. Tentu saja, orang awam sekalipun akan memerlukan jenis kecerdasan ini untuk –sekedar- menghitung saldo bank, melakukan praktik jual beli, merencanakan kebutuhan rumah tangga, dan sebagainya.

Untuk dapat mengetahui ada dan tidaknya kecerdasan logis-matematis pada setiap anak, kita dapat mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini (deretan pertanyaan berikut dikutip dari Neni Utami Adiningsih, 2008. Permainan Kreatif Asah Kecerdasan Logis-Matematis Balita, Bandung: Semesta). Terdapat dua puluh dua tanda yang dapat menunjukkan bahwa sang anak memiliki “potensi” kecenderungan kecerdasan logis matematis. Karena, kecerdasan merupakan sesuaru hal yang sangat kompleks, maka tidak menutup kemungkinan banyak tanda-tanda lainnya yang belum ter-cover di sini.

Berikut merupakan dua puluh dua pertanyaan yang dapat menunjukkan bahwa kecerdasan logis-matematis mulai tumbuh dalam dirinya.

Apakah anak itu:

  1. senang dengan angka-angka?
  2. menyukai ilmu pengetahuan?
  3. mudah mengerjakan perhitungan.?
  4. mudah memahami pola-pola dan hubungan-hubungan?
  5. senang memecahkan misteri?
  6. senang mengajukan dan menguji hipotesis?
  7. senang menghitung, misalnya senang menghitung mainan?
  8. senang memperkirakan atau menerka jumlah, misalnya jumlah uang logam dalam sebuah wadah?
  9. senang perhitungan algoritma?
  10. senang menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik, tabel, atau gambar?
  11. senang menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan objek maupun konsep secara nyata atau konkret?
  12. senang bermain dengan penalaran sederhana, misalnya senang menuangkan air ke dalam gelas dan berhenti menuang sebelum gelas itu penuh?
  13. mudah memahami konsep yang bersifat kuantitas?
  14. mudah memahami konsep waktu?
  15. mudah mengingat angka-angka serta statistik
  16. senang melakukan permainan yang menggunakan strategi seperti catur, monopoli, kartu, dan sejenisnya?
  17. senang memperhatikan hubungan antara perbuatan dengan akibatnya?
  18. senang mengisi teka-teki silang?
  19. tertarik dengan komputer, lebih dari sekedar bermain?
  20. senang berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan, danmembuat argument-argumen yang kuat?
  21. senang menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis?
  22. senang menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam atau matematika?

Apabila dalam menjawab berbagai pertanyaan di atas, menjawab dengan jawaban “YA”, maka hal ini merupakan tanda-tanda kecerdasan logis-matematis sang anak sudah mulai muncul. Sehingga, sebagai orangtua maupun guru harus peka untuk memberikan stimulus atau dorongan positif agar kecerdasan logis-matematis yang telah muncul dalam diri anak tersebut dapat terus berkembang. Tentunya, cara mendorongnya pun harus dilakukan secara benar dan manusiawi. Tidak boleh memaksa sang anak.

Karena, jika kita salah dalam memberikan stimulasi, maka akan berakibat fatal. Bisa-bisa kecerdasan logis-matematis yang sudah mulai berkembang, justru melemah dan menghilang. Akibatnya, kecerdasan logis-matematis sang anak akan sulit untuk ditumbuh-kembangkan kembali.

* Penulis adalah motivator muda di Quantum Learning Center

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru