27.4 C
Jakarta

Menepis Tudingan Islam sebagai Agama Teroris dan Menyeramkan

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMenepis Tudingan Islam sebagai Agama Teroris dan Menyeramkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Manifesto Islam Cinta, Penulis: Haidar Bagir, Penerbit: Mizan, Cetakan: I, April 2022, Tebal: 164 halaman, ISBN: 978-602-441-273-9, Peresensi: Muhammad Muzadi Rizki.

Harakatuna.com – Ironi, ketika pemahaman keberagamaan kita memiliki kecenderungan nggladrah kemana-mana (politik, sosial budaya, hingga ritual personal). Makin ke sini Islam telah tergerus oleh kelompok yang kian rakus, egois, dan dipenuhi nafsu menjadi sarana untuk menyalurkan formalisme-lagalisme yang mencekik dan kebencian antarkelompok. Menabur dan menampilkan citra agama yang menyeramkan dengan tindakan destruktif, hingga menghilangkan nyawa. Islam dianggap agama teroris.

Melalui buku Manifesto Islam Cinta yang ditulis Haidar Bagir, ia memberikan pemahaman dasar yang dibangun yakni menyadarkan akan pentingnya rekonstruksi ajaran Islam yang berorientasi cinta. Hal ini sebagaimana tertera pada sampul buku yang diilustrasikan dengan tangan macho dan mengepal bunga mawar.

Artinya penanda simbol perjuangan, simbol jihad tetapi mengajak dengan nuansa penuh cinta, keindahan, dan kebaikan hati. Haidar Bagir percaya dengan acara inilah agama (Islam) akan menjadi daya pikat umat dan tidak terjadi konversi agama, apalagi lari menuju ateisme agnostisisme.

Secara keseluruhan, buku setebal 164 halaman memberikan reunderstand untuk kembali ke substansi pokok ajaran agama dan tujuan diutusnya Nabi Muhammad Saw, yakni sebagai rahmatan lil ‘alamin. Haidar Bagir juga memberikan penekanan dengan menukil Sabda Nabi “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia”.

Sorotan paradigma Islam cinta, tertera dalam bab pertamanya “Spiritualitas dan Orientasi Cinta: satu-satunya masa depan Agama”. Uraian yang diulas mengkritik ketika agama dilibatkan pada kubangan soal-soal yang sejatinya profan, misalnya politik. Maka, lama-kelamaan akan tiba pada jurang yang melahirkan kotak eksklusivisme.

Lebih lanjut, Haidar Bagir kemudian memberikan penyegaran dengan memberikan ajaran Nabi Saw untuk bisa diikuti oleh kita semua sebagai pengikutnya. Ajaran Nabi berbentuk “Ibadah paling utama adalah memasukan bahagia di hati sesama”. Membahagiakan orang lain tentu mencakup segala jenis amal kebaikan untuk membantu orang yang kesusahan atau membutuhkan bantuan (hlm. 46).

Memelihara rasa kasih sayang terhadap semuanya termasuk dalam diri sendiri harus mutlak dijalankan tanpa pengecualian. Memang, umat Islam diajarkan untuk “menanamkan dalam diri mereka sifat-sifat ketuhanan (takhallaqu bi akhlak Allah)”. Namun, yang mesti diingat, Allah Swt diatas segalanya, adalah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemurah terhadap ciptaan-Nya. Karena itu, kita harus mencintai dan berbelas kasih karena semua makhluk merupakan ciptaan-Nya.

BACA JUGA  Penanganan Terorisme di Indonesia: Perspektif Kebijakan Hukum Pidana dan Non-Pidana

Pendiri Gerakan Islam Cinta lebih spesifik mendedah bahwa Sang Khaliq (Allah Swt), makhluk uswatun hasanah (Nabi Muhammad Saw), Syariat dan kesemuanya, sebenarnya telah terbingkai dengan spektrum kasih sayang, ditujukan untuk cinta damai (memanusiakan manusia).

Tuhan kita, Allah Swt, mempunyai sifat yang paling utama yakni Rahman Rahim بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. Kata-kata Rahman Rahim, keduanya merupakan sifat belas kasih. Dalam perbedaannya, sifat Rahim menandakan bentuk belas kasih secara khusus (terhadap hamba-Nya yang beriman), sedangkan kata Rahman meliputi kasih sayang secara umum (terhadap semua ciptaan, baik itu beriman atau tidak beriman) (hlm 60).

Nabi kita (Nabi Muhammad Saw), pondasi kepribadian dan ajarannya meletakkan cinta dan kasih sayang. Dhawuh Nabi “Cinta adalah asas agamaku”. Pada gilirannya, Nabi juga mengajarkan kepada para ummatnya bahwa kasih sayang Tuhan akan dicapai dengan menebarkan kasih sayang kepada sesama manusia. Nabi Saw bersabda “Jika kamu mengasihi semua yang ada di bumi, kamu akan dicintai oleh yang ada di langit” (hlm. 68).

Bahkan makhluk yang sudah kadung dianggap “paling” kejam, dan menyeramkan yaitu Neraka, jika ditelisik lebih dalam sebenarnya terkandung makna yang mendalam. Neraka lahir dari rasa cinta-Nya, supaya hamba bisa merasakan kualitas surga dengan penuh kenikmatan. Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman ayat 43-45 Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya”.

Namun, Allah menutupnya dengan ayat فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ ࣖ “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Hal ini menunjukan bahwa neraka adalah manifestasi kebaikan Allah Swt, yakni untuk meningkatkan kualitas hamba-Nya. Ya, secara material memang membuat menderita, tapi secara teologis dan spiritual ia pada akhirnya akan mematangkan atau menyempurnakan (hlm. 136).

Kehadiran buku ini menjadi kritik konstruktif sekaligus reflektif guna dalam membaca fragmen-fragmen ayat al-Qur’an, hadits-hadits serta yang terkait dengannya diarahkan melalui paradigma Cinta. Karena, memang orientasi dari Islam sejatinya adalah agama yang penuh cinta, rahmatan lil ‘alamin. Dari sudut pandang paradigma cinta inilah, agama (Islam) akan memiliki masa depan, dan memberi kontribusi positif bagi kemaslahatan dalam kehidupan yang lebih damai sejahtera.

Muhammad Muzadi Rizki
Muhammad Muzadi Rizki
Senang berliterasi, membahas persoalan moderasi, keberagaman, dan kebangsaan.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru