30 C
Jakarta
Array

Lakukanlah Riset Sebelum Menulis

Artikel Trending

Lakukanlah Riset Sebelum Menulis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Beberapa bulan yang lalu, penulis mengikuti konferensi panel yang diselenggarakan oleh pengelola Jurnal Sosiologi Reflektif di FISHUM UIN Sunan Kalijaga. Keynote Speaker dalam konferensi ini adalah pak Al-Makin, ia merupakan dosen di UIN Sunan Kalijaga sekaligus sebagai Editor-in-Chief Jurnal Al-Jami’ah. Dosen ini aktif dalam penelitian dan penulisan, karya-karyanya yang monumental ialah Nabi-Nabi Nusantara, Antara Barat dan Timur, Keragaman dan Perbedaan; Budaya dan Agama dalam Lintas Sejarah, Nabi Palsu; Membuka Kembali Pintu Kenabian, dan lain sebagainya.

Dimulai selepas Isya’, presentasi  pak Al-Makin banyak membongkar tentang persoalan pengelolaan jurnal, penulisan, dan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan bahwa persoalan dalam menulis dan mengelola jurnal itu meliputi ilmu pengetahuan, tradisi intelektual, riset, dan publikasi. Dari lima hal tersebut, ada satu tradisi yang baru menurutnya, yaitu tradisi riset. Tradisi ini perlu dilakukan siapapun dan diwariskan kepada generasi penerus.

Beliau menekankan tradisi riset karena tradisi ini terkadang ditinggalkan dan bahkan dianggap belum penting bagi siapapun yang ingin menjadi penulis. Kenapa demikian? Mereka hanya fokus pada teknik penulisan, baik itu outline, sistematika, dan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Makannya banyak pelatihan menulis belum membekas dalam diri peserta.

Riset Awalan, Menulis Kemudian

Sebelum kita menulis, hal yang perlu kita utamakan adalah menentukan tema dan melakukan riset. Menentukan tema yang hendak ditulis memang penting, namun ketika tema sudah ketemu, jangan segan-segan untuk riset. Riset merupakan penyelidikan terhadap persoalan secara kritis, ilmiah, sistematis, dan empiris agar kita bisa mendapatkan fakta-fakta baru serta bisa menafsirkannya. Data-data yang kita dapatkan dari riset ini kemudian kita telaah kembali dan menghubungkan dengan berbagai hal yang kita inginkan.

Riset memiliki posisi yang strategis dalam setiap penulisan, bisa dikatakan bahwa riset merupakan salah satu spirit awal untuk bisa menulis. Riset ini bisa kita lakukan di mana saja dan dalam keadaan apa saja. Misalkan ketika bersama-sama nongkrong di warung kopi, kita bisa mengamati dan menanyakan motif apa saja yang mendorong orang-orang untuk ngopi bareng. Setelah kita tahu beberapa motif dari orang-orang di warung kopi, kita bisa menjabarkan motif-motif tersebut dalam bentuk tulisan. Jadi di manapun kita berada, usahakan selalu mengamati dan memikirkan tentang fenomena-fenomena sosial yang ada di sekeliling kita, atau kita juga bisa mengamati hal-hal yang kita lihat di dunia maya.

Setelah kita mendapatkan data, baru kita berbicara tentang teknik menulis, yang hal itu bisa dipelajari dengan cepat dan dipraktikkan setiap hari.  Harus kita sadari bahwa saat ini masih banyak teman-teman kita yang masih mementingkan teknik menulis ketimbang sesuatu yang mau ditulis, sehingga masih banyak yang bingung untuk menulis. Jadi belajar menulis memerlukan proses yang panjang dan perlu mengikuti step-step yang ada.

Tradisi riset inilah yang perlu dilestarikan agar kita tetap produktif untuk menulis hal-hal yang menyegarkan bagi semua orang. Dalam melestarikan tradisi riset ini, diri kitalah yang paling dominan menentukan. Selain itu, media yang menampung tulisan juga sangat berperan untuk melestarikan riset ini, caranya dengan mengadakan lomba, mengadakan diskusi rutin, mengadakan konferensi, dan lain sebagainya.

Tentu penjabaran ini hanya sebagian kecil dari tulisan-tulisan lain yang lebih luas pembahasannya. Harapan dari tulisan singkat ini ialah untuk mengingatkan kita semua agar tetap menulis berbasis riset, sehingga tulisan kita bisa menyuguhkan fenomena-fenomena baru yang belum banyak dibahas.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru