30.8 C
Jakarta

Konflik Politik Jadi Celah Radikalisme Masuk Jelang Pemilu 2024

Artikel Trending

AkhbarDaerahKonflik Politik Jadi Celah Radikalisme Masuk Jelang Pemilu 2024
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Denpasar – Salah satu tokoh pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center tahun 2004, Ken Setiawan mengatakan, pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tidak terlepas dari adanya ancaman terorisme. Persaingan sejumlah pihak dalam kontestasi yang memicu timbulnya konflik politik, kerap dimanfaatkan dan menjadi celah bagi kelompok radikal untuk menjalankan agendanya.

Diungkapkan langsung oleh Ken kepada wartawan melalui sambungan telepon, menyebut jelang pelaksanaan Pemilu intoleransi dan radikalisme mulai sangat terlihat ke permukaan. Terlebih, saat ini ia melihat kelompok-kelompok yang tadinya anti demokrasi kali ini cenderung mendukung salah satu Pasangan Calon (Paslon) yang dianggap bisa mewujudkan keinginan mereka.

“Saya mengira bentuk-bentuk intoleransi sudah mulai terlihat saat ini. Artinya orang-orang yang tadinya berteman, gara-gara berbeda pilihan mulai renggang dan momen inilah yang dimanfaatkan kelompok radikal. Seperti beberapa waktu lalu, ada statement dari salah satu terpidana kasus bom Bali untuk memilih Capres (Calon Presiden, red.) yang bisa memfasilitasi mereka ke depan. Walaupun sebenarnya kelompok ini anti demokrasi, tapi momen kali ini mereka ikut mendukung agar kepentingan mereka bisa terpenuhi,” ungkap Ken Setiawan, Sabtu (20/1/2024).

BACA JUGA  Tokoh Lintas Agama Kalimantan Barat Perkuat Toleransi untuk Rawat Kerukunan

Selanjutnya Ken mengaku merasa sangat khawatir, dikarenakan kelompok-kelompok radikal ini sangat yakin, calon yang mereka usung bisa menang di Pemilu 2024. Sehingga dirinya berharap, seluruh masyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) jelang Pemilu 2024 mampu memberikan hak suaranya kepada Paslon yang tepat, memilih pemimpin yang benar-benar mampu menciptakan keadaan negara yang lebih baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

“Rata-rata mereka ini kan mengedepankan politik identitas, menggunakan isu-isu tegaknya syariat hukum-hukum Islam. Kebetulan tepat momennya satu abad sejak 1924 hingga 2024 mereka akan bangkit lagi, bertepatan dengan Pemilu juga di Indonesia. Kelompok-kelompok ini akan berusaha masuk ke parlemen bagaimanapun caranya, bukan mustahil cara-cara kudeta bisa saja mereka lakukan,” pungkas Ken.

Meski sepanjang 2023 tidak terjadi aksi teror apa pun alias zero attack. Menurut Ken, ancaman teror pada Pemilu 2024 tetap akan ada. Ia berharap politisi turut meminimalkan terjadinya konflik di masyarakat, termasuk tidak menggerakkan massa pendukung untuk dibenturkan dengan pendukung lainnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru