26.6 C
Jakarta
Array

Jawa Timur dan Wacana “Markas Baru” ISIS di Indonesia

Artikel Trending

Jawa Timur dan Wacana “Markas Baru” ISIS di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Masih teringat betul di benak kita tentang tragedi bengis pengeboman tiga Gereja di Surabaya 1 tahun silam yang telah memakan korban baik nyawa, luka fisik maupun trauma psikologis. Tak pernah disangka nasib sosok Dita Oepriarto beserta Isteri dan keempat anaknya akan berakhir miris di GKI Diponegoro, Gereja Santa Maria Tak Bercela dan Gereja Pantekosta, Surabaya. Nah, ulasan ini akan membahas jaringan teror tersebut dengan ISIS.

Jaringan teroris satu keluarga ini menjadi sebuah catatan baru dalam sejarah terorisme di Indonesia, bahkan di dunia. Tragedi ini kemudian menjadi alarm peringatan bagi Indonesia, khususnya Jawa Timur bahwa meskipun di Suriah dan di berbagai Negara ISIS ditumpas habis, namun di Indonesia mereka masih tetap eksis, terbukti dengan keberhasilannya melumpuhkan Surabaya.

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, bisa dikatakan jaringan teroris mulai banyak terdeteksi di Jawa Timur. Belum lama ini, tepatnya Kamis 22 Agustus 2019, Densus 88 berhasil mengamankan 6 terduga teroris di lokasi berbeda. Keenamnya berinisial HS, BL, KJW, S, IPS, dan YT. Mereka masuk dalam jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berencana melakukan teror di pos-pos Polisi. Sebelumnya, penggrebegan markas teroris besar-besaran di Jawa Timur terjadi sepekan setelah tragedi bom Surabaya. Polisi berhasil menangkap 31 terduga terlibat jaringan Teroris di Jawa Timur.

Munculnya jaringan teroris di Jawa Timur ini perlu mendapatkan perhatian lebih pemerintah, khususnya BNPT dan juga aparatur Negara seperti Polri dan TNI. Sebab sebagaimana banyak kita tahu bahwa Jawa Timur adalah “Jantungnya” Islam Moderat di Indonesia. Jika terorisme sudah mulai masuk ke Jawa Timur, maka ini bisa menjadi alarm peringatan serius bagi bangsa Indonesia.

Rencana Pemindahan Markas ISIS

Beberapa tahun lalu kita mendengar berita adanya rencana ISIS memindahkan markasnya yang terletak di Marawi, Filipina. Ada kemungkinan besar ISIS memindahkannya ke Indonesia yang memiliki basis cukup kuat terkait gerakan terorisme. Dilansir dari artikel tirto.id, Kementerian Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dalam sebuah wawancara menyampaikan ihwal rencana pemindahan markas ISIS.

“Dalam perintah dari Kabul (Afganistan), mereka akan memindahkan Marawi ke sini (Indonesia). Artinya mereka sudah persiapkan benar, matan, harus jadi. Ini perintah mereka yang saya tangkap. Ini disiapkan saja begini, enggak nanggung,” Ujar Ryamizard di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Kenapa Indonesia?

Pengamat Intelijen Wawan Purwanto mengatakan, ISIS yakin bahwa orang Indonesia memiliki jiwa militansi yang tinggi, sehingga lebih mudah untuk berafiliasi. Dibuktikan dengan banyaknya simpatisan ISIS yang tersebar luas di Indonesia.

Selain itu, ISIS mudah masuk ke Indonesia sebab adanya faktor pendorong yang kuat dari sebagian kelompok pemeluk agama yang memiliki ideologi dan pemahaman yang sama dengan ISIS. Orang Indonesia juga dinilai memiliki keinginan yang kuat untuk mendirikan Khilafah atau Daulah Islamiyah.

Belakangan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang bekerjasama dengan berbagai pihak gencar melakukan kampanye de-radikalisasi kepada eks-kombatan ISIS dan narapidana kasus Terorisme, mengkampanyekan narasi-narasi kontra radikalisme dan kontra terorisme kepada seluruh kalangan masyarakat. Namun sayangnya kampanye ini belum sampai ke tingkatan pelosok. Sehingga mereka yang di pelosok masih rentan terpapar paham radikalisme dan gerakan terorisme.

Selain itu, peran serta masyarakat dan tokoh agama sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi masuknya paham-paham yang melenceng baik dari tatanan beragama maupun bernegara. Masyarakat tanpa terkecuali diharapkan untuk senantiasa mewaspadai gerakan, kajian, atau hal-hal yang berbau provokasi dan teror, utamanya kepada penganut agama lain, pemerintah beserta aparat Negara.

*Vinanda Febriani, Penulis adalah Mahasiswa semester 1 UIN Syarif Hidayatullah Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin yang gencar mengkampanyekan narasi perdamaian antar umat beragama, kontra-khilafah HTI, kontra-radikalisme dan Kontra Terorisme.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru