28.1 C
Jakarta

Guru Harus Paham Bahaya Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalGuru Harus Paham Bahaya Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Seorang kepala sekolah maupun guru harus memahami mengenai bahaya radikalisme dan terorisme. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah masuknya paham tersebut kepada para muridnya maupun terhadap lingkungan masyarakat di sekitarnya.

“Tentunya bahaya radikalisme dan terorisme ini sangat penting untuk dipahami oleh para guru, karena guru bisa menjadi pintu masuk sekaligus pintu keluar radikalisme di kalangan remaja ataupun pemuda para generasi Z atau generasi milenial,” ujar Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (19/12/2021).

Sebelumnya, Ahmad memberikan pembekalan pencegahan paham radikalisme dan terorisme kepada 1.054 kepala sekolah dan guru tingkat SMA /SMK se-Provinsi Lampung secara daring dan luring dalam acara Dialog Kebangsaan Harmonisasi Bangsa. Acara berlangsung di Aula Kantor Gubernur Provinsi Lampung, Bandar Lampung, Sabtu (18/12/2021).

Lebih lanjut Ahmad menjelaskan, bisa menjadi pintu masuk radikalisme kalau para guru atau kepala sekolah justru menamankan dan mengajarkan hal-hal yang intoleran, radikal, hate speech, antipemerintah dan sebagainya kepada para siswanya.

“Tetapi bisa menjadi pintu keluar dan menjadi vaksin secara ideologis kalau para guru dan kepala sekolah ini menanamkan hal hal yang moderat, hal yang mendinginkan, mendamaikan, mempersatukan cinta Tanah Air dan bangsa, menanamkan akhlakul karimah, mencintai Pancasila sebagai ideologi negara dan lain sebagainya. Sehingga sangat relevan dan sangat penting untuk mereka pahami,” kata alumni Akpol 1989 ini.

BACA JUGA  Merajut Rekonsiliasi di Bulan Suci, Ormas Keagamaan Berperan Penting

Hal ini, menurutnya, perlu dilakukan karena berdasarkan hasil survei, 12,2% yang merupakan indeks potensi radikalisme, sebanyak 85% di antaranya merupakan generasi milenial yaitu generasi berumur antara 20 sampai 39 tahun. Kemudian yang kedua adalah generasi Z yang berumur antara umur 14 sampai 19 tahun.

“Kebetulan para kepala sekolah SMA dan SMK ini bisa hadir untuk mengetahui seperti apa ciri-ciri orang yang terpapar radikalisme dan terorisme, Hal ini sangat relevan supaya apa yang saya sampaikan tadi bisa disosialisasikan kepada para siswanya. Karena ini juga merupakan bagian dari pada kesiapsiagaan nasional sekaligus juga menanamkan moderasi berbangsa dan beragama,” ujar mantan Kabagbanops Densus 88 Antiteror Polri ini.

Dikatakan, radikalisme dan terorisme merupakan virus yang dapat menyerang siapa saja. Virus tersebut tidak memandang suku, agama, pendidikan, dan sebagainya.

Ahmad mencontohkan Dr Azhari yang merupakan orang pintar atau insinyur dapat menjadi teroris. Selain itu, Ahmad menekankan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama. Namun, teroris terkait dengan pemahaman agama yang menyimpang.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru