30.1 C
Jakarta

FKDM Tulungagung Cegah Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarDaerahFKDM Tulungagung Cegah Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tulungagung – Kabar tertangkapnya terduga teroris di Desa Boro, Kecamatan Kedungwaru, membuat masyarakat waspada. Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Tulungagung mendeteksi adanya empat komponen yang dapat menangkalnya. Komponen tersebut harus ditanamkan pada anak-anak agar ke depannya bisa menyaring informasi yang diterima.

Ketua FKDM Tulungagung, Herry Widodo mengungkapkan, empat komponen itu di antaranya pendidikan, kampanye kebaikan Islam, keluarga, dan pemerintah atau ulama. Lantaran radikalisme atau terorisme merupakan sebuah ideologi yang bertentangan terhadap pandangan masyarakat dan negara, maka harus ada upaya sistematis dari pemerintah untuk mencegah paham tersebut.

Pertama melalui pendidikan. Ini penting sekali sebagai fundamental awal dalam menangkal radikalisme. Namun, perlu dilakukan pendekatan karakter sebagai budaya tanah air terkait bangsa yang ramah serta antikekerasan.

“Dalam pendidikan, karakter bangsa yang antikekerasan dan santun bisa diaplikasikan dalam mata pelajaran agama atau PPKN. Bila di sekolah Islam juga bisa dengan mata pelajaran akidah akhlak,” ujar Herry, sapaan akrabnya.

Selain itu, komponen kedua yakni kampanye kebaikan agama Islam, lantaran selama ini radikalisme dan terorisme tidak lepas dengan latar belakang orang Islam. Dengan demikian, harus ada kampanye bahwa agama Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, atau Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta.

Bahkan, harus ditekankan bahwa Islam itu memiliki karakter yang ramah, substantif, dan santun agar orang-orang mengerti bila Islam tidak seperti yang dilakukan oleh teroris. Bahwa perilaku seperti teroris berarti bukan Islam yang dimaksud dalam Alquran. Kampanye kebaikan Islam ini bisa melalui media sosial (medsos) yang bertujuan sebagai dakwah atau organisasi masyarakat.

BACA JUGA  Rektor UIN Datokrama Minta Masalah Terorisme di Sulteng Segera Dituntaskan

Peran keluarga menjadi komponen ketiga yang tidak bisa ditinggalkan dalam menangkal radikalisme. Keluarga harus membina dan dapat menerjemahkan kebijakan pemerintah, ajaran ulama, dan guru. Selain itu, keluarga harus mampu menciptakan suasana sakinah mawadah, warahmah sehingga tidak ada kekerasan.

“Bila dalam keluarga terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka anak-anak akan memiliki sikap keras dan pendendam. Selain itu, orang tua harus ketat untuk membatasi tontonan dari anak-anaknya. Sehingga tidak diizinkan atau dilarang menonton video yang berbau kekerasan,” terangnya.

Anak-anak jangan sampai menonton film-film yang berbau perjuangan terhadap sesuatu yang belum pasti kebenarannya. Orang tua harus melakukan filterisasi terhadap hal yang berhak ditonton oleh buah hati.

Bila anak dibiasakan dengan pola-pola kekerasan, suka melihat film kekerasan atau action, melihat KDRT, maka bisa membuat anak terinspirasi berperilaku keras atau dendam. Akhirnya, begitu ada dogma terkait penghalalan suatu kekerasan akan bisa mudah dimasuki. “Jika seseorang memiliki sifat dasar santun dan melihat konten yang mendidik, maka tidak akan muncul bila ada dogma teroris atau jihad, karena ada filter dari pengalamannya. Bahkan terdapat solusi tanpa kekerasan,” tuturnya.

Hal terakhir yang paling penting yaitu peran dari ulama dan pemerintah. Peran mereka untuk mencarikan pemahaman terkait dengan tata cara beragama yang benar dan bagaimana mencintai tanah air. “Empat komponen itu jika dikuatkan bisa dapat menangkal radikalisme dan terorisme,” pungkasnya.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru