27.2 C
Jakarta
Array

Fenomenal: UAS Datangi Tiga Ulama Senior Indonesia

Artikel Trending

Fenomenal: UAS Datangi Tiga Ulama Senior Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta-Dalam beberapa hari lalu, Ustaz Abdul Somad (UAS) melakukan kunjungan ke tiga tokoh sepuh Nahdlatul Ulama (NU). Mereka adalah Rais Aam Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya; pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen); dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah).

Belakangan, muncul tafsiran-tafsiran politis, meskipun sesungguhnya silaturahim demikian wajar. Sebab, UAS sendiri berasal dari tradisi Nahdliyin.

Tidak hanya kultural. Mubaligh kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara, itu pernah merasakan kiprah di ranah struktural sebagai sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il NU Provinsi Riau periode 2009-2014.

Sowan ke Habib Luthfi

UAS bertamu ke kediaman Habib Luthfi di Pekalongan, Jawa Tengah, pada Jumat (8/2) lalu. Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal JATMAN, KH Mashudi, mengungkapkan, sudah menjadi kebiasaan sang tuan rumah untuk menyambut setiap tamu dengan ramah.

“UAS datang di (rumah) Habib Luthfi itu silaturahim biasa,  seperti tamu lainnya. Sebab, siapapun yang hadir silaturahim, beliau (Habib Luthfi) sangat welcome,” kata Kiai Mashudi dalam pesan singkat kepada media, Sabtu (9/2).

Media telah menerima foto-foto dari UAS. Tampak di banyak gambar, yang bersangkutan bersalaman hangat dengan Habib Luthfi. Keduanya kemudian berbincang-bincang akrab.

Di tengah-tengah obrolan, Habib Luthfi bahkan menyebut UAS tidak lagi sekadar ustaz. Gelarnya sudah menjadi “Syekh”, yakni Syekh Abdusshamad.

“Jangan panggil ustadz, panggil Syaikh Abdusshamad.’ Ungkapan Habib Luthfi bin Yahya itu saya anggap cara beliau mengangkat nama saya,” kata Ustaz Abdul Somad saat dihubungi media dari Jakarta, Sabtu (9/2).

Kata-kata Habib Luthfi itu boleh jadi bukan pujian semata. Pemimpin JATMAN tersebut pastinya telah mengenal betul profil UAS.

Untuk diketahui, dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu merupakan keturunan Syekh Abdurrahman bin Nakhoda Alang bin Nakhoda Isma’il. Tuan Syekh Silau Laut, demikian gelarnya, lahir pada 1858 di Kampung Rao, Batubara (Sumatra Utara). Sepanjang hayatnya, mursyid Tarekat Syatthariyah itu pernah menuntut ilmu hingga ke Pattani (Thailand) dan Tanah Suci.

“Hubungan Abdul Somad dengan Syekh Abdurrahman, yakni Abdul Somad anak dari Hajjah Rohana, yang anak dari Siti Aminah, yang anak dari Syekh Abdurrahman,” kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu via sambungan telepon.

UAS meneruskan, Tuan Syekh Silau Laut pernah mengirim seorang anak laki-lakinya ke Makkah. Namanya, Syekh Muhammad Ali. Di Tanah Suci, dia belajar antara lain pada Sayyid Alawy al-Maliki, ulama ahlus sunnah wa al-jamaah (Aswaja) terkemuka.

“Dia (Syekh Muhammad Ali) wafat pada 1990. Sekarang, Silau Laut dipimpin Tuan Haji Ibrahim, anak Syekh Muhammad Ali,” terang UAS.

Dalam kesempatan ini, UAS tampak menyetor hasil bacaannya atas buku karya kakeknya, yang menurutnya telah di-tahqiq muqabalah dengan beberapa kitab tasawuf. Di hadapan Habib Luthfi, UAS alias Syekh Abdusshamad kemudian mencocokkan nama-nama sanad tarekat.

UAS mengaku kagum dengan Habib Luthfi yang sangat hafal sanad hingga kepada Rasulullah SAW. Silsilah tarekat Naqsyabandiyah Habib Lutfi bin Yahya diungkapkannya sebagai berikut. Habib Lutfi bin Yahya memeroleh talqin zikir dari Syaikh Abdul Malik. Syaikh Abdul Malik dari Syaikh Muhammad Ilyas. Selanjutnya, Syaikh Muhammad Ilyas dari Syaikh Sulaiman Zuhdi.

“Syaikh Sulaiman Zuhdi ini titik pertemuan silsilah zikir ulama-ulama Naqsyabandiyah Indonesia,” kata UAS.

Kentalnya nuansa keilmuan dari silaturahim itu kian jelas ketika Habib Luthfi menyarankan UAS supaya mengamalkan wiridan Tarekat Naqsyabandiyah. Selama ini, alumnus S-2 Darul Hadits (Maroko) itu telah diakui dalam dua tarekat, yakni Naqsyabandiyah dan Syatthariyah—seperti kakek buyutnya, Tuan Syekh Silau Laut.

“Lautan itu luas. Ada perahu Qadiriyah yang dibawa Syaikh Abdul Qadir al-Jilani; ada perahu Naqsyabandiyah; tapi, lautannya tetap, (yakni) La-ilaaha-illallah,” UAS mengulangi kata-kata Habib Luthfi kepadanya.

Pertemuan itu ditutup dengan nasihat Habib Luthfi. Intinya, sang habib akan selalu mendukung UAS dalam jalan dakwah Aswaja.

“Beliau (Habib Luthfi) melanjutkan agar (UAS) tetap menjadi benteng Ahlussunnahwaljama’ah. Silaturahim ke kediaman Habib Luthfi bin Yahya. Masya Allah, menyejukkan, zahir dan batin. Mohon ijazah zikir, doa, dan nasihat,” kenang UAS.

Sehabis pertemuan itu, muncul wacana memasukkan UAS ke kepengurusan JATMAN. Hal itu dibenarkan Mudir Am JATMAN Kiai Wahfiuddin saat dikonfirmasi terpisah. Namun, realisasinya belum mewujud sekarang.

“Habib Luthfi menawarkan Syekh Abdusshamad (UAS) untuk masuk dalam jajaran pengurus aliyah (nasional) JATMAN. Tapi, belum ada realisasinya, masih sedang dipertimbangkan untuk masuk di posisi mana,” ujar KH Wahfiuddin dalam pesan singkat, Sabtu (9/2).

Sowan ke Mbah Moen

Keesokan harinya, Sabtu (9/2) pagi, UAS dan rombongan melanjutkan perjalanan dalam rangka safari dakwah di Jawa Tengah.

Kepada media, Ustaz Abdul Somad menuturkan jalan cerita pertemuannya dengan Mbah Moen. Semua bermula dari niat, yang menguat pada Oktober 2017 lalu. Saat itu, UAS diundang salah seorang sahabatnya, Gus Awis, ke acara haul Gus Dim (KH Dimyathi Romly).

Sebagai informasi, Kiai Dimyathi Romly merupakan tokoh Nahdliyin dan juga mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Almarhum yang wafat pada 18 Mei 2016 itu berasal dari Jombang, Jawa Timur. Dia dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso.

Adapun Gus Awis merupakan putra dari Kiai Dimyathi. Antara Gus Awis dan UAS sudah terjalin persahabatan terutama sejak sama-sama belajar di Universitas al-Azhar, Mesir.

Kini, setelah undangan Gus Awis itu dipenuhi, muncul keinginan UAS untuk mewujudkan niatnya sowan ke ulama-ulama legendaris di Jawa Tengah.

“Nanti sekalian sowan ke Mbak Moen, Gus Mus, Habib Luthfi bin Yahya, dan ulama-ulama sepuh. Janji ini pada 16 bulan lalu. Janji itu baru terwujud hari ini,” kata Ustaz Abdul Somad saat dihubungi media, Sabtu (9/2) petang.

Perjumpaannya dengan Mbah Moen pun diakuinya tidak disangka-sangka. Memang, awalnya UAS dan rombongan hendak meneruskan ke Pondok Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang.

“Namun, takdir berkata lain. Dari Pati (Jawa Tengah) pukul 06.00 subuh, selanjutnya kami mesti sampai di kediaman Gus Yasin, Wakil Gubernur Jawa Tengah, pada pukul 08.00. Sementara, Mbah Moen sendiri dari info yang saya dapat akan ke Jakarta,” kata UAS.

Ternyata, agenda dapat dimodifikasi. Bermula dari perbincangannya dengan KH DR Fadholan dan KH DR Afifuddin. Dua sosok itu kemudian berhasil mempertemukan Ustaz Abdul Somad dengan Mbah Moen.

“Alhamdulillah,” ujar mubaligh yang alumnus Universitas al-Azhar (Mesir) itu mengenang kejadian Sabtu pagi itu.

Dalam foto-foto yang diterima media, tampak UAS mencium tangan KH Maimoen Zubair dengan penuh hormat. Mbah Moen pun menerimanya dengan hangat.

Pertemuan yang berlangsung singkat di rumah dinas Wagub Jateng itu ditutup dengan doa bersama. UAS menuturkan, dirinya mendapatkan banyak nasihat dari Mbah Moen.

“Nasihat tentang cara membaca hikmah di balik takdir. Ketetapan Allah itu indah. Kami juga belajar ilmu tawadhu’. (Mbah Moen sempat mengatakan) ‘Saya ini bukan kiai, saya ini awam.’ Masya Allah,” kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu.

Tidak seperti pertemuannya dengan Habib Luthfi. Bagaimanapun, tafsiran politik menguat dari pertemuannya dengan Mbah Moen, yang tidak lain tokoh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Menanggapi hal itu, UAS menegaskan tidak elok bila silaturahim antar-sesama Muslim selalu dikait-kaitkan dengan kepentingan politik praktis. Apalagi, yang dikunjungi adalah alim ulama yang terbukti merupakan pengayom seluruh umat Islam di Indonesia, tanpa memandang preferensi politik apa pun.

“Silaturahim ke ulama-ulama merupakan tradisi baik. Maka itulah dilaksanakan UAS di manapun berada,” kata dia. “Semoga kita diselamatkan oleh Allah Ta’ala dari isu, hoaks, dan kepentingan manusia yang tidak baik.”

Terpisah, pernyataan UAS juga ditegaskan kembali oleh tuan rumah, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen alias Gus Yasin. Putra Mbah Moen itu menekankan, tidak ada pembicaraan politik apa pun dalam pertemuan antara Kiai Maimoen Zubair dan UAS alias Syekh Abdusshamad.

Sowan ke Gus Solah

Menurut Gus Yasin, pertemuan itu mestinya ditafsirkan sebagai salah satu perjalanan spiritual UAS yang kian dekat dengan NU.

“Sudah lama beliau (UAS) ingin ke NU, namun karena ada catatan-catatan dari teman-teman di NU, dan itu yang membuat beliau tidak bisa masuk. Tapi, karena banyaknya teman beliau yang aktivis NU, akhirnya menjadikan beliau seperti ini. Sudah lama kami tidak mendengar ceramah beliau yang seperti dulu,” kata Gus Yasin kepada Antara di Semarang, Sabtu (9/2).

Gus Yasin menuturkan, pertemuan antara keduanya berlangsung dalam suasana santai. UAS lebih banyak menyimak penjelasan Mbah Moen, semisal tentang sanad dan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara.

“Tujuan beliau adalah meminta silsilah keilmuan (sanad) dari Mbah Moen yang sampai kepada Rasulullah,” ujarnya.

Usai pertemuan, UAS mengucapkan terima kasih dan bersyukur ke hadirat Allah karena bisa bertemu dengan Mbah Moen. Gus Yasin pun berkesimpulan, sowan UAS kepada Mbah Moen tidak perlu dimaknai secara politik praktis, apalagi dikait-kaitkan dengan Pilpres 2019.

“Meski sempat punya pemikiran berbeda, namanya orang kan pasti berubah. Nah sekarang sudah sama, ya mari dirangkul, kalau itu baik ya harus kami terima. Bukan karena politik lima tahunan, tapi untuk menjaga NKRI,” tegasnya.

Selanjutnya, UAS dan tim mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Tampak di foto-foto yang diterima media, para pimpinan dan santri Tebuireng menerima UAS dalam suasana yang akrab.

UAS pun mengaku bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk terus menyambung silaturahim dengan tokoh-tokoh umat, terlebih yang sudah sepuh.

“Alhamdulillah, silaturrahim dengan Gus Solah dan keluarga-keluarga,” kata UAS saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (9/2) petang.

Sebelum usai acara, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) mewakili lembaga pendidikan tersebut sempat menyerahkan cinderamata kepada sang tamu.

“Pesan beliau (Gus Solah), agar tetap menjaga persatuan. Lihat titik-titik persamaan. Perkecil perbedaan. Selain itu, beliau juga berpesan supaya kita melanjutkan perjuangan Hadratus Syekh Hasyim Asya’rie,” jelas UAS.

Masih di lokasi yang sama, UAS lalu berziarah ke makam KH Hasyim Asya’rie dan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Makam keduanya memang terletak di kompleks Ponpes Tebuireng.

Demikianlah. Segenap pertemuan UAS dengan tiga tokoh tersebut semestinya dimaknai sebagai silaturahim biasa antara murid dan guru. Yang muda mengunjungi yang tua untuk meminta doa dan nasihat-nasihat.

Diterimanya UAS oleh Habib Luthfi, Mbah Moen, dan Gus Solah kian meneguhkan posisinya sebagai ulama yang Aswaja. Prinsipnya pun semakin selaras dengan NU, terutama dalam mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Akhirnya, semoga tidak ada lagi kabar buruk persekusi atau upaya menghalang-halangi dakwah sang Syekh Abdusshamad di tengah masyarakat.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru