Dengarkan artikel ini
Harakatuna.com. Ankara-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut kesepakatan Ankara dengan Amerika Serikat (AS) untuk mendirikan zona aman di Suriah timur laut. Tetapi menuntut Washington agar tidak menunda rencana itu.
Pemerintah Turki mengkonfirmasi pusat operasi bersama untuk zona itu telah beroperasi. Milisi Kurdi YPG membentuk bagian utama pasukan tempur anti-ISIS yang didukung AS, Ankara menganggap YPG sebagai kelompok teroris. Mr Erdogan berkata kepada wartawan: “Perjanjian yang telah kami capai dengan AS adalah langkah yang tepat untuk membangun zona aman dan menghapus YPG dari timur Sungai Eufrat.”
“Kami tidak akan pernah mentolerir penundaan seperti yang kami lihat di Manbij. Prosesnya harus maju dengan cepat,” desaknya, dikutip dari Express, Jumat 30 Agustus 2019.
Manbij merupakan sebuah kota di Suriah utara di mana YPG juga bertempur. Presiden AS Donald Trump mengusulkan pembentukan zona aman tahun lalu dan mengumumkan rencana menarik pasukan khusus dari wilayah tersebut.
Rencana itu ditangguhkan Trump demi memastikan sekutu Washington, Kurdi, terlindungi dengan lebih baik.
Rencana untuk segera menarik pasukan mengakibatkan pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis, yang ingin AS tetap di sana untuk memastikan ISIS tidak berkumpul kembali.
Seorang pejabat aliansi dipimpin YPG mengatakan kelompok itu akan menarik pasukan dan senjata dari perbatasan Turki. Mereka telah mengundurkan diri dari posisi di daerah perbatasan Tal Abyad dan Ras al-Ain.
Washington dan Ankara berselisih mengenai keputusan yang terakhir untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Sebelumnya Turki dibatalkan dari program manufaktur jet F-35.
Turki, seperti AS, menentang rezim Bashar al-Assad. Kedua negara menjadi bagian dari Satuan Tugas Gabungan — Operation Inherent Resolve, sebuah koalisi internasional melawan ISIS.
