Dengarkan artikel ini
Harakatuna.com. Jakarta – BNPT mengharapkan para penyintas yang sudah terlatih dapat memberikan pendampingan dan dukungan psikologis kepada penyintas lain lainnya sesaat setelah aksi tindak pidana terorisme hingga tahap pemulihan.
Hal itu disampaikan Kasubdit Pemulihan Korban Tindak Pidana Terorisme atau BNPT, Rahel dihadapan 31 orang penyintas Bom Bali I dan Bom Bali II yang mengikuti kegiatan di Kuta, Badung 13-14 September 2023.
Kegiatan digagas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) bekerja sama dengan Himpunan psikologi Indonesia (HIMPSI) Bali dengan memberikan peningkatan kapasitas psikologi bagi penyintas Bom Bali I dan II.
Kata Rahel, korban tindak pidana terorisme yang mendapatkan pengetahuan psikologis diharapkan dapat melaksanakan pendampingan terhadap korban tindak pidana terorisme yang lainnya.
Mereka bisa memberikan psychological first aid (dukungan psikologis awal), dapat juga membantu korban mengakses program-program lain yang dibutuhkan.
Dalam proses pemulihan korban terorisme, pemberdayaan penyintas melalui pendampingan psikologis ini dinilai efektif.
Para penyintas terorisme masa lalu dapat memberikan dukungan emosional, pengalaman dalam mengatasi trauma dan kesulitan, serta motivasi kepada korban terorisme lainnya untuk pulih secara fisik dan psikis.
“Tidak hanya dilatih memberikan pendampingan psikologis, para penyintas yang telah dilatih juga mampu mengatasi trauma yang mereka dapatkan di masa lalu,” sambung Rahel.
Korban tindak pidana terorisme yang mendapatkan pengetahuan psikologis diharapkan dapat mampu beradaptasi dan mengatasi trauma yang mereka ingat di peristiwa masa lalu.
Untuk itu, kedepan program pendampingan psikologis ini akan dikembangkan ke berbagai wilayah agar proses pemulihan korban berjalan dengan efektif dan efisien.
