31.2 C
Jakarta
Array

Agar Tidak Mabuk Informasi

Artikel Trending

Agar Tidak Mabuk Informasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sesak dengan pilihan yang tak memberikan kebenaran sebagai solusinya mungkin hal ini begitu terasa ketika kita memasuki dunia media sosial kita belakang ini. Informasi tersebar secara cepat dan pesat perdetik ke lapisan setiap individu, Perihal kondisi kita yang semakin menyebarnya informasi dan berita palsu  yang penuh dengan kebencian menjadi kegelisahan semua pihak. bahwa informasi sekarang bukan menjadi suatu hal yang sulit untuk didapatkan, tidak seperti zaman dahulu yang belum ditemukan berbagai medium dari penyebaran informasi itu sendiri.

Tapi, sekarang bukan lagi era mencari informasi, akan tetapi era dimana kita kebanjiran informasi yang terkadang semua jenis informasi berseliweran dimana-mana. Sekarang yang kita butuhkan ialah memilih dan memilah dengan cara memfilter segala informasi yang ada disekitar kita. Terkadang semakin banyaknya informasi yang kita serap, menjadikan kebingunan dalam hal verifikasi kebenaran informasi tersebut. Kecanggihan teknologi yang semakin merajalela telah memjadikan kebenaran informasi menjadi blur , sehingga diperlukan ketelitian dalam mengecek kebenaran informasi yang ada.

Budaya membaca menjadi hal yang paling dasar dalam mengecek kebenaran suatu informasi. Dalam rangkaian untuk mendapatkan informasi yang benar dan sesuai, diperlukan budaya baca sebagai landasan untuk mencari kebenaran tersebut. Kebanjiran informasi telah membuat diri kita mungkin merasakan bagaimana keseharian kita dibuat mabuk dengan segala jenis dan macam informasi, kemudian yang terjadi ialah sesuatu informasi tersebut terkadang tidak begitu kita butuhkan sama sekali.

Akan tetapi kejelian kita dalam memfilter informasi belum sekali tersadarkan, maka dari itu keperluan untuk memilih informasi secara baik dan benar sangat diperlukan di tengah zaman yang penuh dengan bertebaranya informasi ini. Beberapa yang mungkin menjadi langkah yang perlu kita perhatikan untuk memberikan modal awal dalam pemilihan informasi bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut ini.

Pertama, kembalikan kebiasaan founding father kita yang menggeluti dunia buku yang sampai dujuluki maniak baca. Kita kenal dengan Soekarno dan Muhammad Hatta, beliaulah bapak bangsa kita yang mendirikan dan memprakarsai pendirian bangsa ini. Ide, gagasan, pikiran dan ucapan mereka sangat berpengaruh saat itu. Segala orasi publik mereka menjadi cambuk motivasi masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kebiasaan membaca menjadi awal pemicu kecerdasan mereka diranah diplomatik, kecerdikan dan kecerdasan dalam lobi-lobi dan berargumenatasi menjadi ciri khas yang mereka lakukan pada saat itu. Maniak baca yang sudah dicontohkan oleh pendiri bangsa harus kita kembalikan dengan pengenalan kepada publik bahwa membaca sangat begitu penting, bukan hanya untuk menambah wawasan, akan tetapi juga untuk merawat nalar kritis kita di era banjir informasi seperti sekarang.

Kedua, galakan literasi disemua lini keseharian. Masih banyaknya berita bohong (hoax) di keseharian kita mencirikan bahwa bangsa kita belum begitu akrab dengan dunia literasi dalam budayanya. Kehilangan jatidiri sebagai bangsa yang pembelajar menjadikan kita sering termakan dengan berbagai informasi yang berisi kebencian antar sesama. Seno Gumira Ajidharma pernah menulis kutipan  saat menerima penghargaan SEA Write Award pada tahun 1997, mengatakan bahwa “Saya berasal dari sebuah negeri yang resminya sudah bebas buta huruf, tapi yang bisa dipastikan masyarakatnya sebagian besar belum membaca secara benar yakni membaca untuk memberi makna dan meningkatkan nilai kehidupannya.”

Kutipan tersebut mewakili era terkini bangsa kita, kegelimangan informasi tidak sama sekali mencerdaskan akan tetapi membingungkan kita bersama. Langkah untuk menggalakkan literasi di keseharian haruslah dimulai dari kesadaran setiap individu melalui pembiasaan. Setiap budaya berawal dari kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus, sehingga ketika literasi sudah menjadi budaya wajah bangsa kita, bukan hal yang sulit untuk kita memberangus informasi dan berita hoax yang berisi kebencian terhadap sesama.

Ketiga, perbanyak pojok baca di semua instansi publik. Buku belum sama sekali menjadi sahabat baik bagi masyarakat kita. Selain harga buku yang terbilang masih begitu mahal, terkadang setiap daerah di tempat kita juga tidak menyediakan buku secara merata melalui toko buku atau perpustakaan. Kekuranganya sumber bacaan juga menjadi salah satu dasar untuk sulitnya menjadikan buku sebagai sahabat terbaik masyarakat kita. Padahal, Cicero, filsuf ternama, pernah berujar, “A room without books is like a body without a soul.” Keluasan suatu perspektif tidak akan pernah terwujud jika segala instansi publik di negeri ini bahkan tidak memiliki koleksi buku yang memadai dan tak membuat masyarakat bersinggungan secara akrab dengan beragam referensi. Maka dari itu, perluasan sumber referensi bacaan dengan memanfaatkan segala instansi publik baik yang berada di pusat maupun di setiap desa terpencil untuk menyediakan pojok baca.

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru