34.3 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian XXXIII)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian XXXIII)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

SERBIA : MENGENANG SEBRENICA

***

DIA BISA SAJA MENINGGAL DALAM PERJALANAN

Hari itu Senad baru saja melewati patroli perbatasan Sastavci yang merupakan desa kecil yang menjadi salah satu daerah terluar antara negaranya dengan negara Serbia. Sastavci sebuah desa kecil dengan mayoritas komunitas orang Bosniak ini, banyak mendapatkan bantuan dari pemerintah Serbia. Di samping pembangunan sekolah dasar yang didanai oleh Serbia, banyak sekolah di sana juga yang dijalankan dengan biaya dari pemerintah Serbia, termasuk aliran listeriknya. Sehingga membuat Sastavci seperti desa yang diperebutkan dan diperhatikan oleh dua negara.

Sesudah melewati Sastavci, sebentar lagi dia sudah akan memasuki negara kedua dari tujuh negara yang akan dilaluinya. Sebuah perjalanan yang pastinya menguras emosi, tenaga, penuh dekapan kesedihan, tetesan air mata, bahkan bisa saja meninggal dalam perjalanan yang sangat ekstrim itu dan penuh dengan kesendirian.

Namun Senad adalah seorang muslim militan yang benar-benar menyandarkan segala hajat dan kehidupannya kepada Allah semata, tidak dengan selainNya. Sehingga, di dalam hatinya hanya keindahan, rasa manis, semangat, dan segala hal yang menentramkan jiwa selama perjalanan panjangnya untuk Allah SWT.

Sesudah melewati tapal perbatasan, jauh di depan sana, terlihat di sebelah kanan jalan papan besi dengan dasar warna biru tua bertuliskan “Republic of Serbia” Senad terus aja berjalan melewati jalanan beraspal dengan rerimbunan pohon menghijau di kanan kiri jalan. Lengang sekali jalan itu, sehingga Senad bisa leluasa berjalan dan memandang jauh ke depan.

Mobil berwarna putih bertuliskan Police Border  emigrasi sudah nampak dengan dijaga oleh aparat kepolisian bersenjata lengkap. Polisi-polisi muda berbadan tegap dengan tatapan tajam itu berdiri sepanjang hari untuk melakukan pemeriksaan paspor dan dokumen-dokumen keemigrasian orang-orang yang akan memasuki atau keluar dari negaranya. Mereka mengenakan seragam serba hitam, menegaskan lajimnya kebanyakan polisi-polisi di Eropa timur. Terkesan galak dan tegas.

Serbia merupakan negara kedua yang dilalui oleh Senad dalam perjalanannya menuju ke Mekah. Negara yang berbatasan dengan Hungaria di sebelah utara, di bagian timur berbatasan dengan Rumania dan Bulgaria, di sebelah selatan berbatasan dengan Macedonia, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Bosnia, Kroasia dan Montenegro. Ini adalah negara pertama dari dua negara yang akan dilaluinya yang mayoritas penduduknya bergama Kristen.

Dari jauh, para penjaga perbatasan itu dapat melihat kelibat bayangan Senad dengan bendera Bosnia berkibar-kibar di punggungnya. Laki-laki paruh baya itu berjalan santai di tengah deru angin dingin yang menerpa tubuhnya. Sebelum melihat Senad secara langsung, aparat penjaga perbatasan sudah melihat pemberitaan  di media elektronik mau pun membaca melalui media cetak mengenai perjalanan panjang dan beresiko yang tengah ditempuhnya menuju Mekah. Karenanya, mereka merasa beruntung sekali bisa bertemua dan melihat secara langsung orang tersebut. Ketika Senad sudah benar-benar akan memasuki pos penjagaan, mereka buru-buru mengucapkan salam kepada Senad,

Asalamualaikum,” ucap mereka penuh hormat. Walau mereka bukanlah muslim.

Walaikumsalam,” jawab Senad tidak kalah hormatnya. Seseorang yang diyakini Senad sebagai kepala pos penjagaan perbatasan mendekati Senad, dan memberikan perintah kepada anak buahnya,

“Jangan mempersulit administrasi orang Bosnia ini. Bagaimana pun dia bisa saja meninggal dalam perjalanan.” Ucapnya memerintahkan anak-anak buahnya yang bertugas melakukan pemeriksaan administrasi hari itu. Sejurus kemudian aparat-aparat bersenjata lengkap itu mempersilahkan Senad untuk melanjutkan perjalanannya sambil tersenyum ramah. Senad membalas senyum mereka sambil tak lupa mengucapkan terimakasih atas kebaikan mereka.***

DUA MATA AIR AJAIB

Josanicka Banya City Center

Malam harinya, sesudah Senad melewati perbatasan Bosnia-Serbia, tepat pukul 20.00 pada bulan Desember 2011 Senad menginjakkan kaki di tanah di daerah Josanicka Banya, yang berada di distrik, Raska, Serbia. Sebuah daerah berbukit dan banyak dibentangi oleh hutan lebat yang menghijau. Ketika memasuki daerah ini, kesan indah, sejuk, dan teduh segera menyergap mata. Di kanan kiri jalan ditumbuhi dengan rerimbunan pohon atau pun bentangan taman bunga yang indah dan cantik.

Udara begitu cerah dan desiran angin malam itu begitu lembut menerpa muka Senad, cuaca nampak begitu bersahabat ketika Senad harus melewati belantara hutan yang berada di wilayah yang konon disebut kota SPA di Serbia ini. Karenanya, nama kota kecil ini disebut Josanicka Banya. Banya konon berarti SPA, sebuah nama yang unik dan mempunyai makna yang unik dan indah.

Di sebuah hutan yang tidak begitu lebat, Senad berjalan dengan hanya dibantu oleh terangnya sinar rembulan. Dia menyibak dedaunan dan ranting-ranting kecil yang berkembang tak beraturan dan menghalangi jalannya. Ketika Senad sudah menempuh setengah perjalanan memasuki hutan itu, Senad tiba-tiba terdiam. Dia melihat dua mata air yang begitu jernih dan indah mengalir begitu derasnya seakan ingin memberikan kehidupan di sekitar. Dari permukaan muka air tanahnya (akuifer) dan dari permukaan tanahnya terlihat bahwa mata air itu adalah mata air perennial atau mata air yang terus menerus mengalir. Gemercik mata air itu seakan menjadi sebuah irama yang begitu indah di tengah kesenyapan hutan yang tak bertuan seperti ini.

Cahya rembulan yang memendar-mendar di atas mata air itu makin mempercantik  dua mata air yang mengalir berdampingan. Senad mendekatkan dirinya ke mata air pertama, ia memandangi mata air itu dengan perasaan bahagia, indah sekali, gumannya di dalam hati. Pendaran cahaya rembulan memantul-mantul di atasnya, Senad sesaat menengadahkan matanya ke langit. Ia melihat langit begitu cerah dan putih. Begitu memesona pemandangan malam itu.

Ia pun membungkuk dan perlahan-lahan menyelupkan tangannya di mata air pertama. Dingin sekali. Ia merasa tangannya seakan dimasukan ke dalam bongkahan salju.  Tak kuat menahan rasa dingin, ia pun buru-buru menarik tangannya untuk kemudian matanya tertumpu pada mata air kedua yang terletak bersebelahan dengan mata air pertama.

Ketika matanya menatap mata air kedua, ia berkesimpulan bahwa temperatur di mata air kedua tidak akan jauh berbeda dengan mata air pertama. Tanpa berpikir panjang, ia pun menyelupkan tanganya ke mata air yang kedua, dan sungguh betapa terkejutnya Senad, ketika dia memasukan tangannya ke mata air kedua, ia merasakan air di mata air itu seperti mendidih dan berusaha untuk membakar tanganya. Ia pun buru-buru menarik tanganya dan meniup-niupnya untuk menghilangkan rasa panas yang tertinggal.

Senad mengucapkan tasbih, sambil matanya masih tetap tertuju pada dua mata air itu, ia betul-betul takjub kepada ciptaan Allah tersebut, beberapa saat sesudah ia puas memandangi mata air itu, ia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu sambil mulutnya tiada henti bertasbih kepadaNya. Sesudah keluar dari hutan itu dia mendapatkan informasi dari penduduk setempat bahwa suhu air pada mata air yang kedua mencapai 78.5  derajat celcius. ***

Ikuti penulis di:

Wattpad:birulaut_78

Instagram: mujahidin_nur

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru