Harakatuna.com. Malang – Indonesia memiliki tidak kurang dari 478 suku, 742 bahasa/dialek dan enam agama yang diakui. Keberagaman tersebut bisa menjadi api pemantik intoleran berujung konflik apabila tidak dikelola dengan baik. Salah satu upaya menangkalnya dengan menghadirkan Desa Pancasila di berbagai daerah di Indonesia.
Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang (UM), Abd. Mu’id Aris Shofa mengatakan, survei Wahid Institute menunjukkan tingkat intoleran mencapai 54 persen pada tahun 2020, meningkat dari sebelumnya 46 persen. Selain itu, 68 persen siswa rohis setuju dengan konsep negara khilafah Islamiyah.
“Menghadapi fenomena ini, saya berinisiatif menulis tentang praktik toleransi di Jawa Timur, khususnya tentang Desa Pancasila. Jika kita lihat di Jawa Timur khususnya Kota Malang, dari berbagai survei persentase toleransi sudah tergolong bagus,” seru Shofa.
Lebih lanjut, Shofa menyampaikan, saat ini, Kota Singkawang di Kalimantan menjadi kota paling toleran di Indonesia. Di sana ada tiga suku dan agama berbeda tetapi tetap menjaga toleransi antar-sesama.
“Untuk mengatasi intoleransi di Indonesia maka dapat dilakukan melalui Desa Pancasila. Desa Pancasila merupakan suatu desa terdiri dari berbagai agama dan suku yang hidup berdampingan secara harmonis. Tanpa adanya konflik dan diskriminasi sehingga menjadi wujud nyata dari praktik toleransi di tingkat lokal,” terangnya.
Desa Pancasila nantinya bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia dalam menghadapi tantangan toleransi. Seperti Desa Pancasila di Lamongan, saat Terawih dijaga umat muslim bahkan agama lainnya.
“Pendidikan toleransi perlu dimulai sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah hingga masyarakat. Toleransi tidak sekadar menghormati keberagaman. Namun juga memahami, menghargai dan bekerja sama dengan sesama tanpa memandang perbedaan,” bebernya.
Terakhir, Shofa menuturkan, pola pikir atau paradigma tentang agama paling benar menyebabkan seseorang menjadi intoleran. Maka dengan hadirnya Desa Pancasila di berbagai daerah dapat merubah paradigma masyarakat. Sehingga bisa menciptakan toleransi antar umat dan suku.