27.2 C
Jakarta
Array

Ramadhan dan Momentum Perubahan

Artikel Trending

Ramadhan dan Momentum Perubahan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ramadhan tak lama lagi datang. Umat Islam bersiap menjelang. Inilah momentum spesial mendekatkan diri dengan sang pencipta, melakukan perubahan diri, dan melatih keselarasan pikiran-perasaan dan tindakan.

Niat puasa di hati, didukung pikiran positif melewati puasa dengan baik dan bahagia, akan menciptakan sensasi perasaan nyaman, tanpa was-was dan rasa khawatir tergoda dengan hal-hal yang mengganggu kekhidmatan berpuasa. Ketika perasaan bahagia melandasi, tindakan-tindakan kita-pun akan menggambarkan wujud aktualisasi dari apa yang kita pikirkan dan rasakan.

Namun, bulan puasa ramadhan, bukan semata tentang menahan diri dari makan dan minum selama sehari. Selaras secara pikiran-perasaan-tindakan mungkin tidak sulit jika hanya soal sukses menahan asupan makan dan minum.

Bagaimana dengan keselarasan tentang nilai-nilai kesucian, limpahan rahmat, ampunan dan pahala selama ramadhan? Secara pikiran meyakini, secara perasaan menikmati kebahagiaan, namun secara tindakan tidak bisa istiqomah menjalani apa yang dipikirkan dan diyakini.

Akibatnya, banyak tingkah laku kita yang tidak mencerminkan apa yang kita yakini tentang bulan suci ramadhan. Kita masih asyik bergunjing, berkata kotor, bertindak kasar, melukai perasaan orang lain, sengaja berbuat dosa, bahkan bertindak “su’ul adab/akhlak”.

Idealnya, dari waktu ke waktu, ramadhan menjadi momentum perubahan diri yang terus meningkat. Diri sendiri adalah tuan rumah dan penanggungjawab utama perubahan yang diinginkan. Allah SWT akan mendukung apapun perubahan yang diinginkan terjadi pada diri kita sendiri.

“Tuhan tidak merubah keadaan suatu kaum hingga ia merubah keadaannya sendiri” (Ar Ra’d 11). Sayyid Quthb, di Tafsir Fi Zilalil Qur’an, menafsirkan ayat ini: “….Allah tidak akan mengubah nikmat atau bencana, kemuliaan atau kerendahan, kedudukan, atau kehinaan…kecuali jika orang-orang itu mau mengubah perasaan, perbuatan dan kenyataan hidup mereka. Maka, Allah akan mengubah keadaan diri mereka sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam diri dan perbuatan mereka sendiri….”

Jadi, sangat jelas, siapa pihak yang bertanggungjawab terhadap perubahan diri kita sendiri. Bukan Ramadhan, bukan para Ulama’, bukan orang-orang terdekat kita, melainkan diri kita sendiri.

Mari manfaatkan sebaik-baiknya bulan suci ramadhan tahun ini, untuk meningkatkan level keselarasan diri kita. Mulai dari pikiran, perasaan, kemudian mengejawantah dalam tindakan-tindakan nyata keseharian kita. Amiin.

Selamat menyambut Ramadhan 2018.

*Gusrowi, Pengamat Sosial Keagamaan

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru