28.4 C
Jakarta
Array

Radikalisme Racun Mematikan bagi Demokrasi

Artikel Trending

Radikalisme Racun Mematikan bagi Demokrasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta-Jumat (30/8), Megawati Institut menggelar acara bedah buku yang berjudul “Ancaman Radikalisme Dalam Negara Pancasila”. Buku ini adalah kumpulam dari beberapa artikel yang ditulis oleh para pakar dan akademisi.

Benni Sabdo selaku editor dari buku ini menyatakan bahwa buku ini layak dibaca sebagai narasi untuk mengkonter radikalisme. Apalagi radikalisme kian berkembang di negara pancasila ini.

“apapun yang terjadi negara Indonesia harus tetap ada sampai kapanpun”, tutur Benni saat membuka acara bedah buku dengan nada lantangnya.

Bahtiar selaku penulis dan juga pematari dalam acara bedah buku ini berpendapat bahwa ancaman terhadap negara pancasila sekarang ini umumnya tidak berasal dari luar, akan tetapi beasal dari anak bangsa Indonseia sendiri.

Bahtiar juga menyatakan bahwa organisasi pada dasarnya adalah sub dari oraganisasi besar yang bernama negara. oleh karenanya organisasi masyrakat tidak boleh melampaui dari negara tersebut. Dan negara berhak mengatur tiap oraganisasi yang berada dinaunganya dan boleh membubarkan apabila organisasi tersebut bertentangan dengan negara.

Setelah reformasi dibuka, jumlah ormas di Indonesia semakin meningkat, akan tetapi dengan tegas beliau menyatakan bahwa organisasi yang berpaham radikal merupakan racun demokrasi.

“HTI adalah organisasi yang bertentangan dengan ideologi negara makanya wajib dibubarkan, FPI pun demikian akan dibubarkan jika mengganggu ketertiban NKRI”, Ungkap Bahtiar.

Pancasila Sebagai Identitas Bangsa

Margareta Astaman sebagai pembicara kedua menyampaikan gagasannya bahwa ancaman radikalisme adalah ancaman yang yang nyata bagi Indonesia. Ia juga menegaskan ciri fisik yang menjadi identitas suatu bangsa adalah hal yang sangat berbahaya.

“Saya ini lahir di Indonesia. Bapak dan ibu saya juga kelahiran Indonesia. Saya sekolah dan besar juga di Indonesia, tapi saya selalu dianggap china karena mata saya yang sipit. Jelas ini sangat berbahaya jika ciri fisik dijadikan identitas bansa. Harusnya yang jadi identitas negara adalah pancasila dengan nilai-nilainya”, papar Margareta dengan nada celotehan.

Ade Hermanto sebagai pembicara terakhir menyatakan jelas ancaman bangsa kita sekarang adalah radikalisme. Saya ini heran masjid UI itu bekerja sama dengan Arab Saudi. Dan penceramahnya harus mendapatkan sertifikat dari kedutaan Arab Saudi, makanya jelas paparan ceramah di masjid penuh ujaran kebencian.

Namun sejak temuan pemerintah yang menyatakan banyak kampus yang terpapar radikalisme. Pembenahan dalam masjid UI sangat terasa, ungkap Ade dengan semangat.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru