30.8 C
Jakarta
Array

Pergeseran Eksistensi Ibadah Haji

Artikel Trending

Pergeseran Eksistensi Ibadah Haji
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebentara lagi Mekkah al-Mukarramah akan diramaikan dengan lantunan-lantutan talbiah dari muslim-muslim penjuru dunia. Di Indonesia akhir-akhir ini, aktivitas berbagai persiapan dan pemberangkatan jama’ah haji sudah mulai kelihatan. Rasa bahagia jelas menghampiri jamaah haji, khususnya bagi mereka yang berada di negara yang jauh dari Mekkah. Karena bagi yang daerahnya jauh dari Mekkah, biaya merupakan faktor utama dalam pemberangkatan haji.

Biaya pemberangkatan yang mahal menjadikan ibadah haji identik dengan kemewahannya tersendiri. Kesempatan mewah ini membuat orang yang mampu menunaikan ibadah haji acap kali digunakan sebagai ajang pamer. Entah caranya dengan selfie atau live video yang kemudian mengunggahnya ke media sosial. Alangkah ruginya kita melakukan amal ibadah haji dengan bersusah payah, mengerahkan banyak pengorbanan fisik dan materi, namun kemabrurannya hilang karena kesalahan motivasi atau niat, seperti riya’ (pamer), ‘ujub (membanggakan diri sendiri), takabbur (sombong), dan sebagainya.

Fenomena ini memberikan peluang bagi pelaku untuk tetap eksis dan mendokumentasikannya. Adanya fenomena ini juga dapat mengakibatkan banyak hujatan karena mempunyai tendensi negatif dan melanggar norma. Musim haji tahun 2015 contohnya, ketika crane di Masjidil Haram roboh, banyak jamaah haji yang mendokumentasikan musibah itu dengan ber-selfie dan meng-uploadnya di akun media sosial mereka.

Padahal jika melihat kisah tentang ibadah haji yang terjadi pada zaman Rasulullah saw.Ada orang miskin yang ingin menunaikan ibadah haji, ia rupanya telah mengumpulkan semua biaya ibadah haji itu selama 20 tahun. Namun, ketika dalam perjalanan mulia menuju Mekkah, ia menyaksikan banyak kaum muslimin yang sedang dilanda kemiskinan di mana-mana. Tidak tega melihat saudara-saudaranya yang seiman sedang membutuhkan bantuan, ia pun kemudian mengurungkan niatnya untuk ziarah ke Mekkah. Selanjutnya ia bagi-bagikan semua hartanya kepada mereka. Persoalan itu kemudian sampai ke telinga Nabi dan Nabi pun haru mendengarnya. Selanjutnya nabi bersabda “hajimu sah dan kamu berhak masuk surga”.

Dari kisah di atas menunjukkan bahwa rukun Islam kelima itu bukan hanya ibadah yang kaitannya dengan Allah (hablum minallah) saja. Sebab, ibadah haji menuntut juga terwujudnya kesolehan sosial (hablum minannas), sehingga dengan perpaduan kedua ini dapat mewujudkan kehidupan manusia aman dan damai.

Untuk itu agar bisa mendapatkan label haji mabrur, maka sebelum berangkat haji kita harus bertobat dan benar-benar menata niatnya. Apa tujuan kita berangkat ke Mekkah? Agar ingin mendapatkan tambahan gelar haji atau ingin menjalankan perintah Allah.

Jadi, barang siapa yang telah sukses memenuhi perintah Allah tersebut ia akan mendapatkan haji yang mabrur, di antara tandanya adalah sepulang haji ia tidak akan mengulang maksiat dan dosa-dosa yang lalu. Ia akan tampil sebagai muslim yang shalih dan muslimah yang shalihah. Sekembalinya mereka, bertambah banyaklah muslim dan muslimah yang taat di sebuah negara. Negara itu juga akan semakin aman, makmur, dan sentosa. Wa Allahu ‘Alamu bi al-Shawab.

Kodrat Alamsyah, Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Mahasiswa UIN Walisongo

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru