33 C
Jakarta

Pelatihan Menulis Tafsir Tematik di IAIN Samarinda

Artikel Trending

AkhbarDaerahPelatihan Menulis Tafsir Tematik di IAIN Samarinda
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Banjarmasin – Jurusan Al-Qur’an dan Hadis Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUAD) IAIN Samarinda mengadakan acara “Pelatihan Menulis Tafsir Tematik”. Acara ini berlangsung selama 3 hari, mulai hari Rabu sampai hari Jum’at bertepatan pada tanggal 11-13 Maret 2020.

Acara yang bertempat di Ruang Rapat Kampus 1 IAIN Samarinda dimulai dengan pembukaan yang dihadiri oleh dekan FUAD IAIN Samarinda Dr. Hj Noorthaibah, M.Ag., sekretaris jurusan Qur’an Hadis Hudriansyah, Lc., MA., pemateri Khalilullah, S.Ag., M.Ag. beserta 25 peserta yang merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, baik semester 2 maupun semester 4.

Pada pembukaan ini Bu Noorthaibah menyampaikan motivasi pentingnya menulis. “Semua yang terucap akan hilang, sedang yang tertulis akan abadi. Tahu Imam Al-Ghazali? Al-Ghazali masih dikenang namanya sampai sekarang, karena dia menulis. Salah satu karyanya, kitab Ihya’ Ulum al-Din.

Tak banyak yang disampaikan oleh Bu Noorthaibah. Dia hanya menghimbau semua peserta memanfaatkan waktu selama 3 hari fokus belajar kepenulisan. Sehingga, nanti peserta terbantu dalam penulisan tugas akhir kuliah, yaitu penulisan skripsi. Setelah itu, Bu Noorthaibah membuka acara kepenulisan ini dengan pembacaan surah al-Fatihah.

Sesaat pembukaan selesai, Pak Hudri mengingatkan komitmen peserta dalam mengikuti acara kepenulisan ini. “Peserta telah dibebaskan dari beban perkuliahan selama tiga hari. Saya minta semua peserta mengikuti pelatihan ini dengan serius dari awal sampai akhir. Tidak boleh absen satu hari pun.”

Pelatihan ini dilaksanakan secara rutin dari pagi sampai sore, mulai jam 08.00 sampai 16.30. Pemateri Khalilullah menyampaikan 3 materi yang berbeda selama 3 hari. Pada hari pertama peserta ditraining belajar tentang menulis opini. Pada hari kedua peserta mulai dilatih menulis opini berbasis tafsir tematik. Pada hari terakhir peserta diajak menulis buku berbasis tafsir tematik. Penyampaian materi hanya berlangsung pada pagi hari sampai menjelang zuhur. Sedang, habis zuhur sampai sore peserta dibimbing praktikum dari materi yang disampaikan di pagi hari.

“Menulis itu bukan bakat, tapi kebiasaan. Siapa pun bisa menulis,” ucap Khalil memberikan semangat kepada peserta.

Memang benar menulis itu menyenangkan. Seperti yang tertulis dalam slide, Khalil menyampaikan, “Menulis opini tak ubahnya melakukan ”rekreasi intelektual”: mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan.”

BACA JUGA  Dukung Pemilu 2024, Mantan Napiter Minta Berantas Radikalisme dan Terorisme

Dalam menulis opini tentunya membutuhkan teknik. Khalil menyampaikan bahwa teknik menulis opini tidak begitu rumit seperti yang kebanyakan orang bayangkan. Menulis opini cukup mengikuti beberapa langkah: menentukan tema, mengumpulkan referensi, baru membuat outline yang mencakup pendahuluan, pembahasan/isi, dan penutup.

Satu hari berlangsung. Peserta telah diperkenalkan dengan bentuk tulisan opini dan teknik menulisnya beserta mempraktekkan langsung, sehingga masing-masing dua puluh lima peserta berlatih menulis satu opini dengan tema yang berbeda, seperti tema perempuan, pendidikan, lingkungan, dan lain-lain.

Pada hari kedua, peserta diperkenalkan dengan teknik menulis tafsir tematik. Pertemuan kedua ini merupakan pertemuan inti. Pada pertemuan ini peserta akan belajar menulis tafsir tematik. “Menulis tafsir tematik itu tidak jauh berbeda dengan menulis opini. Perbedaannya hanya sedikit saja,” tutur pemateri yang pernah menulis buku Tafsir Lokal di Era Kontemporer Indonesia.

Teknik menulis tafsir tematik, seperti yang dijelaskan dalam slide yang dipaparkan oleh pemateri, antara lain: menentukan tema, menghimpun ayat tentang tema yang dipilih, menganalisis ayat demi ayat sambil memperhatikan Sabab Nuzul-nya, memahami Munasabah-nya, melengkapi dengan literatur lain, seperti hadis, astar sahabat, dst., baru terakhir menyisihkan ayat yang telah terwakilkan dan mengelompokkan antara yang umum dan yang khusus, atau yang bertentangan.

Pak Hudri mengharapkan, “Semua peserta selesai kegiatan sudah mahir menulis. Saya mengharapkan acara ini dapat menghasilkan karya berupa tulisan opini dan buku.”

Mengingat imbauan sekretaris jurusan Qur’an dan hadis itu, pelatihan ini masih harus dilengkapi dengan materi yang ketiga, yaitu penulisan buku berbasis tafsir tematik. “Menulis buku mudah banget. Ada beberapa cara yang harus ditempuh: menemukan ide, pertimbangkan pembaca, tentukan tema, ikuti alur menulis tafsir tematik, menyiapkan peralatan dan tempat menulis, dan menetapkan jadwal menulis,” jelas Khalil pada slide yang terbentang lebar di hadapan peserta.

Peserta pelatihan ini coba mempraktekkan teori yang didapatkan dalam bentuk penulisan buku yang ditulis secara kolektif. Tema yang diangkat dalam buku ini tentang kisah-kisah cinta dalam Al-Qur’an. Selain itu, peserta telah menghasilkan tulisan-tulisan opini berbasis tafsir tematik yang ditulis secara individual.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru