26.7 C
Jakarta

Mantan Panglima Besar NII Kuatkan Ikrar Kembali ke NKRI

Artikel Trending

AkhbarDaerahMantan Panglima Besar NII Kuatkan Ikrar Kembali ke NKRI
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tasikmalaya – Mantan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan, MPKN kedatangan mantan Panglima Besar NII Abu Yaseer beserta jajarannya yakni mantan para Bupati NII Wilayah KW 9 dan KW 7 (Jabar dan DKI- Lampung) untuk silaturahmi sekaligus mengukuhkan kembali Ikrar sumpah setia mereka kepada NKRI yang ditandai dengan penghormatan kepada Bendera Merah Putih, mencium Bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Taman Wisata Batu Mahpar Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Selasa (25/1/22) yang lalu.

Pada saat prosesi acara berlangsung, mereka semua menitikan air mata tanda rasa bangga dan haru kepada ibu pertiwi. Seusai acara, panitia kemudian mengadakan konferensi paers terkait kondisi NII saat ini yang sangat memprihatinkan dan harus diwaspadai oleh seluruh masyarakat Indonesia .

Dalam kesempatan tersebut, Abu Yaseer selaku mantan Panglima Besar NII menyatakan bahwa saat ini dirinya sudah kembali ke pangkuan NKRI bersama dengan rekan-rekannya yang hadir sekitar 20 orang mantan pejabat tinggi NII.

“Kami sudah keluar dari NII sejak tahun 2001 bersama dengan personil dan loyalis saya kira-kira sebanyak 80.000 orang dari keseluruhan 170 ribu anggota yang mana dari 170.000 orang tersebut terbagi menjadi 3 golongan yakni:

Golongan pertama adalah yang sudah tidak mau tahu lagi akan NII bahkan NKRI, kini mereka hanya mementingkan bagaimana cara mereka mengisi perut untuk hari ini dan esok hari.

Golongan kedua yang masih memiliki ideologi radikal, bahkan sebagian sudah menjurus ke terorisme dan ada yang bergabung dengan NII, JI, JAD, bahkan ISIS.

Sementara itu golongan ketiga adalah yang sudah kembali ke pelukan ibu pertiwi, sudah rahmatan lil alamin dan sekarang ikut dengan saya memikirkan bagaimana cara mempertahankan dan mencegah NKRI agar tidak di rusak oleh kelompok NII dan antek-anteknya,” ungkapnya.

Abu Yasir memaparkan bahwa ia terpaksa harus turun gunung mengajak masyarakat Indonesia untuk mewaspadai gerakan NII yang saat ini sudah dianggap sangat serius mengancam NKRI yang jumlahnya saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Padahal begitu banyak instrument pemerintah yang terlibat dalam masalah ini seperti BNPT, DENSUS 88, BIN, BAIS, Kejaksaan dan lain-lain, tapi sepertinya tidak punya dampak apa-apa terhadap perkembangan NII.

” Tahun 2020 saja sudah lebih dari 5 juta personil, hari ini bisa dua kali lipat nya. Bisa 7 juta sampai dengan 10 juta yang tersebar luas di berbagai lini mulai Kyai, Ulama, Habaib, Kalangan Akademisi Kampus, ASN, Pengusaha, Ormas Islam bahkan ada juga masuk ke partai-partai, serta TNI dan POLRI karena mereka punya agenda besar tahun di 2024 mendatang ini dan mereka menggalang kekuatan Bersama kaum radikalisme baik dalam negeri maupun luar negeri. Tujuan gerakan NII bersama kaum radikalis itu sangat jelas yakni ingin merebut kekuasaan menghancurkan keutuhan NKRI dengan menjual dogma-dogma Agama,” paparnya.

” Dan waktu yang sudah mereka agendakan adalah tahun 2024 bersamaan dengan agenda Pilpres, hal inilah yang patut kita waspadai dan harus kita antisipasi sejak dini. Jangan sampai negara kita dijadikan seperti Suriah, Yaman, Afganistan dan negara lainnya yang hancur berkeping keeping,” timpalnya.

Sementara itu, Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan mengungkapkan bahwa kita harus bergerak bersama-sama menumpas sisa-sisa NII dan antek-anteknya yang kini jumlahnya sangat banyak dan tersebar hampir di semua lini. Dari data yang disampaikan oleh Abu Yasir kini anggota NII yang tersebar di seluruh Indonesia sd tahun 2020, sudah mencapai 10 juta orang.

BACA JUGA  Warung NKRI Digital Cara BNPT Kolaborasikan Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Era Digitalisasi

” Saya sangat prihatin dengan kondisi ini, terlebih lagi dari laporan intelejen bahwa tahun 2024 sudah ada agenda internasional dimana agenda tersebut bertujuan untuk membuat NKRI rusuh, merebut kekuasaan dan merebut simpati massa melalui dogma-dogma agama, menjadikan NKRI seperti negara-negara yang sudah berhasil mereka jadikan target seperti Suriah, Irak, Yaman, Libya, Irak , Palestina dan lain-lain,” ungkapnya.

“Untuk itu kita harus betul-betul bisa jadi satu frekuens jika ingin melawan agenda mereka tersebut,” timpalnya.

Menurut mantan Kadiv Humas Polri ini, jika kita masih mencintai NKRI dan masih menginginkan NKRI tetap berdiri sebagai bangsa dan negara yang utuh dan berdaulat, mari kita satukan seluruh komponen kekuatan kita, baik suku, ras, agama, moril maupun materil untuk bersama-sama melawan mereka yang mengusung faham radikalisme dan intoleransi wahabiisme & NII, dimana saat ini salah satu perjuangan bersama itu kebetulan ada di Kota Garut yang diwadahi ALMAGARI.

“Untuk itu mari kita jadikan perjuangan Garut sebagai perjuangan Nasional kita bersama. Jangan biarkan Garut berjuang sendirian sementara mereka lawan kita. Ramai-ramai bersatu padu menghantam Garut. Ingat, satu langkah kecil di Garut, satu langkah lurus di Galunggung akan jadi langkah besar di Indonesia. Mungkin memang harus dimulai dengan Galunggung dan Garut untuk meluruskan darurat NII ini, kembali sebagai Garuda Utama di Indonesia.

Mari kita perangi gerakan mereka sekecil apapun, jangan beri mereka kesempatan walau hanya satu inci sekalipun dan jangan biarkan mereka terus tumbuh dan berkembang menjadi virus yang menggerogoti bangsa dan negara dari dalam yang memang pada kenyataanya mereka sangat anti Pancasila dan UUD1945, sehingga menganggap para pejabat negara pun sebagai Thogut (penyembah berhala),” tandas Abah Anton.

Abah Anton Charliyan menjabarkan sebagaimana yang pernah terjadi di Suriah dan Afganistan dengan gerakan Takfirinya ya g juga sama ada di Indonesia yang kini ramai jadi aksi penolakan bersama masyarakat Garut Jabar yang tergabung dalam komunitas ALMAGARI (Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleran) serta gerakan komunitas SAMMARI ( Solidaritas Aksi Masyarakat Militan Anti Radikalisme & Intoleransi karena mereka sadar akan bahaya NII, yang kira-kira inilah yang akan terjadi apabila Garut menjadi negara NII.

“Kami kedatangan Abu Yaseer bersama jajarannya dan menggelar press conference ini untuk mengetahui lebih jauh mengenai pergerakan NII yang sebenarnya dan agenda ke depannya. Yang jelas agenda besar mereka di tahun 2024 harus bisa memegang tampuk kekuasaan tertinggi baik secara konstitusional maupun inkontitusional yang diduga kuat ada campur tangan kekuatan asing. Lalu apa kira-kira yang terjadi jika golongan mereka berkuasa ? Hal ini mohon dijadikan catatan penting pemerintah dan pemerintah harus betul-betul serius menyikapi kondisi tersebut, jangan dianggap sekedar isu murahan, jangan sampai baru merasa memiliki setelah kehilangan,” pungkasnya.

Seusai menggelar press conference tersebyt, Abu Yaseer bersama dengan mantan para Bupati NII yang hadir dari eks wilayah 1 dan wilayah 7 Jawa Barat dan eks wilayah 9 mengungkapkan bahwa merekapun siap untuk hadirkan seluruh mantan NII yang sudah sadar kembali ke pangkuan NKRI untuk sama-sama sinergi perangi NII, radikalisme dan wahabiisme yang jumlahnya kira-kira 80.000 orang dan siap untuk membantu NKRI bila sewaktu-waktu diperlukan dibawah komando Abah Anton Charliyan untuk menebus kesalahan mereka dimasa lalu dan mami siap berkorban hidup dan mati untuk NKRI.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru