30.8 C
Jakarta
Array

Mabok Agama Islam Abal-abal Rasa Pakistan

Artikel Trending

Mabok Agama Islam Abal-abal Rasa Pakistan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Salah satu negara yang paling parah mengalami “mabok agama” di dunia ini adalah Pakistan, salah satu negeri yang termasuk paling miskin dan paling terbelakang di dunia. Menurut Prosperity Index yang dirilis oleh Legatum Institute yang berbasis di London, Pakistan menempati posisi 130 dari 142 negara di dunia dalam hal kemakmuran dan kebahagiaan. Pakistan juga termasuk ke dalam 5 negara di dunia yang dianggap sebagai negara yang paling miskin, paling tidak sehat, paling tidak bahagia, dan paling tidak aman di dunia bersama dengan Suriah, Yaman, Nigeria dan Liberia.

Sebagai gambarannya, banyak terjadi peristiwa pembunuhan yang sadis dan konyol hanya karena sikap fanatisme dalam beragama. Salah satu yang fenomenal adalah ketika seorang anak wanita bernama Malala Yousafzai ditembak kepala dan lehernya oleh kelompok radikal Taliban hanya karena menuntut hak bersekolah bagi anak-anak perempuan. Taliban sebagai kelompok radikal yang berpengaruh di Pakistan menganggap bahwa wanita tidak berhak atas pendidikan dan aktifitas di luar rumah.

Masih di Pakistan juga, Qandeel Baloch, gadis 26 tahun, tewas dibunuh oleh kakak kandungnya sendiri, Waseem Azeem hanya gara-gara adiknya tersebut suka selfie dan upload foto di media sosial. Si pembunuh sama sekali tidak menyesali perbuatannya bahkan merasa bangga karena dalam pandangannya wanita yang baik seharusnya hanya berdiam diri di rumah saja dan tidak pamer kecantikannya.

Sepasang suami istri di Kashmir, Pakistan juga membunuh anak perempuan mereka yang berusia 16 tahun dengan menyiram air keras demi menjaga kehormatan keluarga. Anosh / Anusha Zafar, gadis 16 tahun, disiram cairan asam cuka (acid) oleh kedua orang tuanya karena melirik pemuda yang berkendaraan motor. Anosh dipukuli orangtuanya dan 60% tubuhnya mengalami luka bakar serta meninggal sehari setelah kejadian. Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan melaporkan sebanyak kurang lebih 1000 perempuan Pakistan tewas dibunuh per tahun karena alasan “kehormatan”.

900 wanita Pakistan mengalami kekerasan seksual dan mencoba bunuh diri. Banyak wanita Pakistan yang dibunuh ayahnya atau saudaranya sendiri karena dianggap “tidak berpakaian sopan, berkelakuan buruk dan merendahkan martabat keluarga”. Seorang pria menembak mati dua saudara perempuannya di Sargodha, Punjab karena dianggap berkelakuan buruk, dan 3 gadis remaja dibunuh oleh sepupu pria mereka karena dianggap “merusak martabat keluarga” mereka di Pakpattan, Punjab.

Seorang wanita bernama Farzana Parveen dihukum mati dengan cara dirajam yaitu dilempari batu sampai mati secara ramai-ramai oleh keluarganya sendiri karena menikah dengan orang yang tak disetujui keluarganya. Juga ada seorang wanita hamil berusia 27 tahun yang dirajam, dihukum mati dan dilempari batu oleh keluarga besarnya sendiri karena pindah agama menjadi Kristen.

Intoleransi beragama juga banyak terjadi di Pakistan. Di sana pernah terjadi bom bunuh diri yang menewaskan 69 orang dan ratusan luka-luka dengan korban terbanyak adalah adalah wanita dan anak-anak yang sedang menikmati liburan Hari Raya Paskah di taman kota Lahore. Serangan bom juga pernah mengguncang sebuah perayaan agama di kuil aliran agama tertentu di Balochistan, Pakistan, yang menewaskan 52 orang dan korban luka yang mencapai 105 orang. Bom juga pernah diledakkan di sebuah rumah sakit di Quetta, di Pakistan selatan yang menewaskan setidaknya 70 orang. Thaliban juga pernah menyerang dan menembaki sebuah sekolah di Peshawar yang menewaskan 132 siswa anak-anak serta 9 staf dan pengajar karena mungkin bersekolah dianggap sebagai sesuatu yang haram oleh Taliban.

Pembunuhan karena kasus “penistaan agama” yang melibatkan seorang gubernur juga pernah terjadi di Pakistan. Salman Taseer, gubenur propinsi Punjab di Pakistan dibunuh pada tahun 2011 karena dia dianggap menentang hukum penistaan agama di Pakistan. Kasus penistaan agama ini bermula dari hal yang sangat sepele. Aasiya Noreen, perempuan Katolik yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani meminum dari gelas yang sama dengan perempuan-perempuan lain yang beragama muslim dalam suatu acara panen bersama. Terjadilah percekcokan karena mereka yang muslim menganggap orang yang bukan Muslim itu kotor, sehingga tidak boleh minum dari gelas yang sama dengan mereka. Dalam adu mulut itu Aasiya dituduh mengatakan sesuatu yang menghina Nabi. Di Pakistan, hal yang demikian ini juga berarti bel kematian sudah pasti berbunyi.

Kasus ini memancing kemarahan yang meluas di masyarakat Pakistan dan wanita itupun dihukum mati. Seorang menteri untuk urusan minoritas yang kebetulan beragama Kristen, Shahbaz Bhatti, juga mati dibunuh. Salman Taseer, Gubernur Punjab yang mengajukan petisi agar wanita itu dibebaskan juga dibunuh. Dia dibunuh oleh pengawalnya sendiri, Malik Mumtaz Qadri, dengan 27 kali tembakan AK-47. Malik Mumtaz Qadri juga akhirnya dihukum mati. Tapi reaksi publik Pakistan sangat mengejutkan. Ratusan ribu orang turun ke jalan untuk mengiringi dan mengelu-elukan pemakaman Malik Mumtaz Qadri yang dianggap sebagai pahlawan agama. Ini mungkin adalah prosesi kematian terbesar untuk seorang pembunuh.

Peristiwa terbaru adalah seorang mahasiswa jurnalistik bernama Mashal Khan yang dikeroyok, disiksa dan dibunuh karena dianggap menista agama. Ada juga sepasang suami istri yang dibunuh dan jasadnya dibakar massa karena dianggap menghina agama. Juga ada seorang polisi yang membunuh seseorang dengan kapak karena dianggap menghina agama. Juga terjadi tiga orang perempuan yang membunuh seorang pria karena dianggap menista agama.

Di Indonesia isu “penistaan agama” ini juga pernah menjadi bahan perbincangan yang ramai. Teroris pembunuh dan pemenggal kepala seperti Santoso, Imam Samudra dan lain-lain juga dielu-elukan dan dianggap sebagai pahlawan agama yang konon mayatnya berbau wangi. Bangkitnya kelompok radikal di Indonesia memicu kekhawatiran bahwa Indonesia kelak akan mengikuti jejak Pakistan dan berubah menjadi Indonistan. Kalo Indonesia sudah menjadi Indonistan maka Anda terutama cewek harus hati-hati karena Anda bisa dibunuh hanya karena suka foto selfie dan upload di medsos. Anda yang punya anak juga harus hati-hati karena anak Anda bisa ditembak kepalanya di sekolah. Anda juga harus hati-hati ketika sedang merayakan hari raya di taman kota karena bisa kena bom.

Anehnya, meski disebut sebagai salah satu negara paling miskin dan paling terbelakang di dunia tapi Pakistan dianggap juga sebagai salah satu negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia yaitu memiliki 120 hulu ledak nuklir. Negara menghabiskan biaya yang besar untuk menciptakan alat pembunuh massal sementara rakyatnya dibiarkan kelaparan, miskin, bodoh, terbelakang dan tertindas.

Eropa abad pertengahan juga pernah mabok agama sangat parah. Ilmuwan Giordano Bruno dibakar hidup-hidup hanya karena bilang bumi mengitari matahari dan berbeda dengan dogma gereja saat itu. Banyak wanita dibakar hidup-hidup hanya karena dianggap penyihir tanpa perlu bukti, pengadilan dan pembelaan diri. Joan of Arc pahlawan wanita dari Prancis juga dibakar hidup-hidup oleh pihak gereja.

Saat ini kondisi negara kita memang belum separah seperti Pakistan yang masih primitif, barbar dan biadab. Di abad 21 yang adalah abad penjelajahan ruang angkasa, mereka masih memiliki pola pikir jumud ala abad pertengahan. Tapi jika kelompok radikal terus dibiarkan berkembang, menyebarkan kebencian, memaksakan kehendak hingga akhirnya bisa menguasai pemerintahan maka bukan hal yang mustahil jika lambat laun Indonesiapun akan berubah dan bertransformasi menjadi Indonistan. ANDA mau? Saya mah ogaah……

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru