27.3 C
Jakarta

M. Saefudin Umar: Perjalanan Transformasi dari Ekstremisme ke Perdamaian

Artikel Trending

KhazanahInspiratifM. Saefudin Umar: Perjalanan Transformasi dari Ekstremisme ke Perdamaian
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – M. Saefudin Umar, yang dikenal dengan nama Abu Fida, adalah salah satu mantan narapidana terorisme di Indonesia yang kini menjadi simbol transformasi dan perdamaian. Sebelumnya, Abu Fida terlibat dalam jaringan ekstremisme dan pernah menjadi deklarator kelompok ISIS di Indonesia pada 2014. Sebagai figur yang pernah berada di pusat ideologi radikal, ia memahami sepenuhnya bagaimana ajaran tersebut menggerus rasa kemanusiaan dan cinta tanah air.

Proses perubahan Abu Fida dimulai saat ia menjalani masa hukuman di penjara. Di balik jeruji, ia mengalami refleksi mendalam tentang nilai-nilai yang pernah ia yakini. Dalam kesendiriannya, ia mulai mempertanyakan pandangan yang dahulu dipegang teguh, terutama setelah menyaksikan dampak destruktif dari ideologi yang ia anut terhadap masyarakat dan keluarganya. Penjara menjadi tempat baginya untuk melakukan introspeksi, membuka ruang bagi kesadaran baru yang membawa perubahan signifikan dalam hidupnya.

Setelah dibebaskan, Abu Fida tidak hanya meninggalkan ideologi radikal, tetapi juga aktif berkontribusi dalam program deradikalisasi. Ia menjadi contoh nyata bagaimana seseorang dapat melepaskan diri dari jerat ekstremisme dan kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Ia berbagi kisah hidupnya dengan harapan dapat mencegah orang lain terjerumus ke jalan yang sama.

Salah satu momen penting dalam perjalanan transformasinya adalah ketika ia memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan di Desa Punggul, Tuban, Jawa Timur. Dalam upacara tersebut, Abu Fida berdiri dengan latar bendera merah putih, simbol yang dahulu ia benci. Dengan suara yang bergetar, ia mengakui bahwa kini bendera itu menjadi simbol persatuan dan harapan baginya. “Dulu saya memandang bendera ini dengan kebencian, tapi hari ini saya berdiri di sini dengan mata berkaca-kaca,” ungkapnya.

Keberanian Abu Fida untuk tampil di depan publik sebagai mantan deklarator ISIS yang telah berubah membawa pesan penting bagi masyarakat. Ia menunjukkan bahwa siapa pun yang bersedia berubah dapat menjadi bagian dari solusi untuk perdamaian. Tindakannya tidak hanya menginspirasi mereka yang pernah terjebak dalam ekstremisme, tetapi juga memberikan harapan kepada keluarga korban terorisme bahwa pelaku pun bisa bertobat.

Abu Fida kini menjadi tokoh yang dihormati dalam kegiatan deradikalisasi di Indonesia. Ia aktif menyampaikan pesan-pesan toleransi, cinta tanah air, dan pentingnya hidup berdampingan secara damai. Dalam berbagai forum, ia berbicara dengan jujur tentang masa lalunya dan bagaimana ia menemukan jalan kembali ke kebangsaan.

BACA JUGA  Siska Nur Azizah: Dari Radikalisme Menuju Ikrar Setia kepada NKRI

Transformasi Abu Fida menjadi bukti keberhasilan program deradikalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan berbagai lembaga terkait. Ia menunjukkan bahwa narapidana terorisme tidak hanya bisa berubah, tetapi juga dapat memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Perannya sebagai agen perdamaian menunjukkan pentingnya pendekatan humanis dalam menangani kasus ekstremisme.

Dalam perjalanan hidupnya yang baru, Abu Fida mengemban misi besar untuk mengubah persepsi masyarakat tentang mantan teroris. Ia percaya bahwa meskipun seseorang pernah melakukan kesalahan besar, ia tetap memiliki kesempatan untuk berubah dan menebus kesalahannya. Misi ini ia jalani dengan penuh komitmen dan ketulusan.

Pengalaman Abu Fida juga mengajarkan bahwa ideologi radikal tidak akan pernah menang melawan cinta terhadap tanah air. Ia mengakui bahwa kesadaran ini datang terlambat dalam hidupnya, tetapi ia bertekad untuk menjadikan sisa hidupnya bermakna bagi masyarakat. Dengan semangat kebangsaan yang baru, ia berupaya membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Sebagai mantan deklarator ISIS, perjalanan Abu Fida tentu tidak mudah. Ia menghadapi stigma dari masyarakat, tantangan emosional, dan perjuangan internal untuk mempertahankan komitmennya terhadap perubahan. Namun, ia berhasil melewati semua itu dengan tekad yang kuat dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

Kisah Abu Fida adalah pengingat bahwa transformasi manusia adalah hal yang mungkin, bahkan bagi mereka yang pernah terlibat dalam tindakan ekstremisme. Ia menjadi bukti bahwa cinta dan perdamaian dapat mengalahkan kebencian, asalkan ada kesediaan untuk berubah dan keinginan untuk memperbaiki diri.

Dalam perannya saat ini, Abu Fida menjadi teladan bagi mereka yang masih terjebak dalam ideologi radikal. Ia menunjukkan bahwa dengan membuka hati dan pikiran, seseorang dapat menemukan jalan keluar dari kegelapan menuju terang. Transformasinya menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, sekaligus pengingat akan pentingnya upaya pencegahan dan penanganan ekstremisme secara menyeluruh.

Kini, Abu Fida terus melangkah dengan penuh harapan. Ia tidak hanya berbicara tentang perdamaian, tetapi juga menjalani hidup yang mencerminkan nilai-nilai tersebut. Dengan semangat baru, ia mengajak masyarakat untuk bersatu dalam keberagaman dan membangun masa depan yang lebih damai. Kisahnya adalah pelajaran berharga tentang pentingnya harapan, kerja keras, dan cinta terhadap sesama.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru