32.1 C
Jakarta

Kontra-Radikalisme: Media Podcast Sarana Melawan Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahPerspektifKontra-Radikalisme: Media Podcast Sarana Melawan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Meningkatnya perkembangan dalam bidang teknologi di zaman globalisasi serta ditambahnya dengan kemudahan akses informasi serta memiliki jangkauan yang luas, membentuk juga kemunculan berbagai gerakan mengenai paham radikal.

Selain paham radikal dalam kehidupan keseharian, radikalisme juga menyebar di dunia maya. Radikalisme saat ini terlihat mempengaruhi perubahan pandangan masyarakat secara menyeluruh serta dengan cepat yang mengarahkan menuju tindakan ekstrem dan mengarah kepada kekerasan. Dunia maya sangat berpengaruh kepada tiap individu dan sangat berpengaruh terhadap pemikiran masyarakat saat ini.

Berdasarkan sumber data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahwa proses radikalisasi di Indonesia sesungguhnya muncul dari dua sisi, yaitu melalui radikalisasi dari propaganda ideologi radikal yang disebarkan secara online yang diantaranya media sosial dan internet.

Selanjutnya radikalisasi melalui kontak langsung atau interkasi secara langsung yang dapat terjadi karena adanya hubungan kekerabatan atau pertemanan dengan mereka yang merupakan bagian dari kelompok radikal.

Akan tetapi kedua hal tersebut tentunya perlu kajian secara mendalam, sebagaimana dalam memahami sebuah proses radikalisasi adalah dengan cara memahami akar permasalahan tersebut. Setelah memahami mengenai akar masalahnya, maka upaya kontra radikalisasi dapat terbentuk dari sebuah sisi kelemahannya melalui berbagai pendekatan.

Dampak perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mengarah kepada spketrum penyebaran paham radikal yang memanfaatkan media dalam internet karena memiliki aspek yang cenderung cepat, efektif, murah, dan relatif aman untuk memberikan pengaruh terkait paham dan memberikan pengaruh kepada ideologi.

Hal ini menghasilkan potensi pergerakan serta ancaman radikalisme yang tampak semakin sempit apabila ditinjau secara geografis, namun propaganda ideologi yang ada sebagai cikal bakal yang lebih luas karena memanfaatkan akses media sosial.

Banyak orang bertanya kenapa saat ini masih ditemukannya teroris sedangkan dari hal tersebut teroris itu pasti radikal akan tetapi ketika orang itu radikal belum tentu dia menjadi teroris, kenapa dia menjadi radikal?

Hal ini karena banyak dimensi yang meliputi didalamnya, untuk mengurai hal tersebut perlu sebuah perumusan kebijakan yang akurat. Sayangnya akar permasalahan yang menyebabkan radikalisme itu mudah tersebar dan memapari banyak orang dengan cara membungkus bahasanya melalui tafsiran keagamaan yang kemudian memanfaatkan media sosial untuk berselancar dan mencari generasi muda.

Mengapa sasaran dari radikalisme cenderung mengarah kepada generasi muda?

Hal itu dikarenakan anak muda lebih memiliki sifat militansi, jangka masa kerja panjang, pantang menyerah, dan memiliki ego yang masih tinggi yang nantinya dijadikan sebagai jati diri dalam menentukan langkah awal dalam menjajaki masa depan.

Apapun narasi yang dikemas dengan bahasa agama itu bisa menjadi radikal dengan pemahaman syariah itu nilai bukan hukum, dan islam itu diturunkan bukan hanya kepada sebagian orang akan tetapi kepada seluruh makhluk sehingga hal ini di artikan salah oleh kaum radikal.

Hal tersebut di manfaatkan penuh oleh kelompok radikal ini untuk merangkul melalui narasi pembenaran mengenai agama dan nilai sehingga upayanya menjadi sebuah dukungan terhadap ideologi radikal yang nantinya apabila diteruskan akan mengarah kepada tindakan lanjutan yaitu mempercayai dan melakukan tindakan ekstrem.

BACA JUGA  Melihat Lebaran dengan Spirit Memerangi Intoleransi dan Radikalisme

Berdasarkan ancaman radikalisme melalui perkembangan teknologi juga perlu dilakukan upaya dalam hal pencegahan dan penanggulangan atas radikalisme serta turunan potensi pergerakan yang telah menyebar dari pemahaman teror.

Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan teknologi informasi telah memberikan ruang positif dalam pergerakan pencegahan dan penanggulangan untuk counter dampak negatif dari keterbukaan informasi yaitu radikalisme.

Salah satu model informasi berupa podcast yang merupakan dialog antara narasumber dan pewawancara dengan menggunakan media kamera yang kemudian di input melalui sosial media serta hal tersebut memiliki pengaruh masif terhadap masyarakat karena media tersebut di tampilkan di sosial media yang memiliki cakupan yang luas.

Pemanfaatan podcast sebagai media yang menyebarluaskan konten audio visual tergolong baru dan telah mengalami ketenarannya di kalangan masyarakat di Indonesia. Pembuatan konten podcast tersebut dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan eks-napiter yang telah terderadikalisasi tujuannya sharing informasi mengenai pengalaman serta kesalahan yang telah dilalui yang nantinya dapat memberikan wawasan dan harapannya dapat memberikan wawasan sebagai kekebalan diri dalam menolak paham radikal yang menyebar di media sosial.

Akan tetapi bagaiamanakah konten tersebut dapat memberikan imun terhadap individu mengenai kontra radikalisme?

Konsep podcast dapat berjalan dengan efektif apabila tersedianya konten dan sumber-sumber yang memadai dan memiliki substansi yang sifatnya lebih kepada spektrum dalam jangkauan luas.

Meliputi narasi dengan memberikan kajian-kajian dan diskusi terhadap permasalahan radikalisme serta solusi untuk menghindar dari radikalisme, adanya perpaduan sumber-sumber yang benar-benar tersedia, narasumber yang memiliki pengaruh dan pengikut yang besar, pemahaman yang mendalam terhadap kontra-radikalisme serta terhadap tujuan, dan kolaborasi yang sesuai dalam kegiatan podcast sehingga interaksi yang dibangun memiliki menghasilkan kenyaman bagi pendengar.

Tujuannya memberikan pengaruh kepada masyarakat yang terpapar dan terhadap masyarakat umum, maupun yang rentan akan paham ideologi sebagai upaya pencegahan.

Banyak kanal YouTube maupun di berbagai platform yang telah membawakan podcast dengan tema pembahasan mengenai radikalisme seperti Najwa Shihab dengan pembahasan Jihad Dalam Islam: Radikalisme Tanpa Kebodohan, Deddy Corbuzier mengenai konspirasi terorisme di Indonesia dengan, serta diikuti banyak kanal dari berbagai rumah moderasi maupun instansi yang membawakan tema mengenai radikalisme. 

Sehingga dari banyaknya konten yang telah memuat substansi mengenai sadar akan bahaya radikalisme ini menunjukkan sebuah langkah awal dalam pencegahan dan langkah pemberantasan terhadap paham radikal yang dapat menggerus generasi bangsa terutama kepada remaja yang memiliki kerentanan diri yang tinggi dan mudah terpengaruh oleh faktor eksternal.

Dalam kesimpulannya hadirnya podcast yang kemudian dimanfaatkan menjadi media edukasi dan kontra-radikalisme melalui perspektif komunikasi, hal ini lebih mudah diterima dengan menunjukan suatu pengalaman yang salah dan kemudian diluruskan dengan hal yang benar sehingga interaksi dalam podcast menghasilkan sebuah kebenaran terhadap pemahaman dengan hal yang telah diklarifikasi antara narasumber dan pewawancara.

Denny Firdaus
Denny Firdaus
Sarjana Sosiologi Universitas Airlangga Surabaya, Penulis buku,Podcaster, Duta Wisata Jawa Timur.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru