27.5 C
Jakarta

Kekeliruan dalam Gerakan Revolusi Akhlak

Artikel Trending

Milenial IslamKekeliruan dalam Gerakan Revolusi Akhlak
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jagat maya kembali ramai mendiskursuskan tentang kabar kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia, kepulangan itu dalam rangka untuk memimpin revolusi akhlak. Di mana setiap kepemimpinan tentu menunjukkan adanya sebuah gerakan, entah gerakan tersebut untuk revolusi akhlak dalam konteks merubah tatanan agama atau tatanan bernegara.

Munarman juru bicara FPI menuturkan melalui channel YouTube Front TV, revolusi itu adalah perubahan yang cepat itu yang dimaksud, perubahan cepat dalam soal apa? Kalau rezim Pak Jokowi dengan pimpinan Pak jokowi membuat slogan revolusi mental, maka Habib Rizieq menyuarakan, dan membawa, serta akan memimpin revolusi akhlak. (18/10/2020)

Statement tersebut adalah pemelintiran yang shahih, seolah-olah revolusi mental yang digagas oleh pemerintah tidak berhasil merubah perilaku sumber daya manusia (SDM) yang ada di instansi pemerintahan. Mereka menjadikan revolusi akhlak sebagai alat untuk menumbangkan revolusi mental yang di balik tujuan sesungguhnya adalah merebut kekuasaan.

Munarman mengatakan, kata-kata revolusi atau apa ini ketakutan-ketakutan karena memang status quo yang ada coba dipertahankan baik oleh penguasa, maupun taipan-taipan, cukong-cukong, yang menikmati keuntungan struktur sosial politik ekonomi yang ada ini, saya kira upaya melesetkan, menggiring opini supaya miss leading terhadap kata-kata revolusi ini.(Detik.com)

Jelas bahwa gerakan revolusi akhlak ala FPI ini berkedok politis untuk mencari keuntungan sosial politik di tengah-tengah umat Islam. Karena itu, gagasannya menyerang personalitas kepemimpinan Jokowi yang setiap kebijakannya dianggap menindas rakyat. Sehingga, citra yang terbangun di kalangan masyarakat menganggap pemerintah itu bertindak zalim.

Revolusi Akhlak Berkedok Politis

Pun Munarman mengatakan, menjadi akhlak kepada Rasulullah, akhlak yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Akhlak yang dari orang suka bohong direvolusi jadi tidak bohong, orang yang tidak suka salat menjadi orang yang suka salat, orang yang suka khianat jadi tidak khianat, itu yang mau diajak oleh Habib Rizieq, revolusi orang yang terjajah menjadi tidak tertindas, orang yang dizalimi jadi orang yang bebas dari penzaliman.(Detik.com)

Revolusi mental memang pola yang sangat cepat dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, bermoral, dan berintegritas. Perubahan ini, tentu tidak hanya memperbaiki perilaku manusia secara rohani, melainkan juga jasmani. Tindakan tersebut tak jauh beda dengan cara Gus Dur, ketika  mengatakan pentingnya memanusiakan manusia. Dan sangat berbeda tujuannya dengan revolusi akhlak.

BACA JUGA  Trik Memahami Kamuflase HTI Agar Selamat dari Propagandanya

Praktik revolusi akhlak sebenarnya produk gagal yang sebenarnya mereka sendiri melakukan perbuatan akhlak tercela bukan akhlak yang mulia. Misalnya, mereka sering kali menebar fitnah tentang bangkitnya PKI di tubuh pemerintah. Untuk itu, revolusi akhlak yang mereka gagas sangat baik hanya perilaku gerakan mereka yang tak mencerminkan kebaikan.

Perilaku buruk gerakan mereka dapat dijumpai di dunia maya, bagaimana mungkin sebuah gerakan ingin memimpin revolusi akhlak, sementara perilakunya sendiri tercela, seperti mencela orang lain dengan mencaci maki, hingga menfitnah bahwa pemerintah telah berkhianat, dan menindas. Statement yang berlebihan ini merupakan cerminan akhlak tercela.

Dalam pelbagai fenomena, akhlak tercela terjadi di kalangan kelompok Islam radikal sejenis FPI, dan Hizbut Tahrir. Dan mereka mencari konotasi yang tepat menyerang pemerintah/kekuasaan melalui dalil revolusi akhlak. Bahkan, dalam dakwahnya mereka pandai memainkan isu yang provokatif, seperti membenturkan Islam dan Pancasila, dll.

Keislaman Revolusi Mental

Mukhtar Samad dalam bukunya (Gerakan Moral dalam Upaya Revolusi Mental: 2016), ia mengutip keterangan yang termaktub dalam kitab suci al-Qur’an. Sebagaimana akhlak sendiri tersirat dalam kata “khuluq” sebagai kata jamak dari lafadz akhlak. Yang artinya, dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang mulia (QS. Al-Qalam [68]: 4).

Revolusi mental merupakan revolusi akhlak itu sendiri yang menjadikan manusia semakin dimulyakan di muka bumi ini. Dengan akhlak yang mulia, umat Islam lebih bersikap qanaah, tawadhu, wara’, dan yakin. Karakter akhlak ini yang dapat menghindari siapa pun dari perilaku radikal-ekstrem, intoleran, dll. Justru mendamaikan, tapi tidak menebar ujaran kebencian.

Gerakan revolusi mental orientasinya pada perubahan kualitas, dan integritas. Yang sebenarnya manusia bisa semakin bersikap lemah lembut, dan sopan-santun. Maka dari itu, revolusi akhlak hanyalah narasi politis yang mendorong perilaku manusia pada hal-hal sifatnya duaniawi. Sehingga, mereka lebih mengunggulkan sikap emosi dibanding keteguhan hati.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru