27.2 C
Jakarta
Array

Hati : Tempat Mengenal Allah (1)

Artikel Trending

Hati : Tempat Mengenal Allah (1)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hakikat dari hati adalah tak terlihat dan samar bagi panca indera manusia. Namun keberadaan hati dapat dirasakan. Keberadaan hati pun termasuk perkara ghaib bagi manusia, sama halnya dengan ruh. Oleh sebab itu,al-Ghazali menempatkan hati sebagai hakikat ruh. Dan ia menyebut hati sebagai bagian jenis malaikat. Karena, hati merupakan suatu bentuk yang abstrak bagi manusia atau tak dapat dilihat oleh panca indera.[1]

Hati juga merupakan tempat memperolehnya pengetahuan hakiki setelah panca indera. Jika saja Allah tidak menciptakan hati bagi manusia, maka seseorang tidak akan mengetahui sesuatu sampai hakikatnya. Sebagaimana firman Allah Swt :

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS An-Nahl [16] : 78).

Ulama mengatakan hati merupakan tempatnya akal (fikiran), dan hati memiliki cahaya sebagai daya yang karenanya akal bisa berfikir.[2] Jadi, tanpa hati berserta cahayanya seorang manusia tidak dapat berfikir, serta tidak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan. Oleh sebab itu, hati adalah instrumen terpenting dalam diri manusia. Objeknya tidak hanya kepada hal-hal yang bersifat profan , namun nilai objektifitas dari hati adalah untuk mencapai perkara yang bersifat spiritual dan sakral, seperti halnya ketulusan atau keikhlasan dan rasa syukur, bahkan untuk mengenal Allah (al-ma’rifah) sebagaimana nanti akan dijelaskan.

Oleh karena itu, tanpa mengupayakan hati dapat menjerumuskan manusia ke dalam lembah kesesatan. Hal ini terjadi ketika orang-orang musyrik mendustakan kebenaran Rasulullah Saw sehingga membawa mereka ke dalam azab yang pedih. Sebagaimana telah Allah abadikan di dalam Al-Quran :

“ Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka (musyrikin) dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 7).

Oleh sebab itu hati merupakan sarana vital dalam menerima suatu kebenaran. Seseorang tanpa mengupayakan hatinya dalam kebaikan maka akan terjatuh ke dalam kekufuran. Sebaliknya, bila mengupayakannya dalam kebaikan akan menghantarkannya ke dalam rasa syukur dan jalan keselamatan. (Anas Muhammad)

[1] Lihat kitab Kimya’ Sa’adah, al-Ghazali.

[2] Lihat kitab Jauhar at-Tauhid, Ibrahim al-Baijuri, hal-99

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru