30.8 C
Jakarta
Array

Generasi Millenial dan Nasib Indonesia

Artikel Trending

Generasi Millenial dan Nasib Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Berbicara soal generasi millenial memang tidak ada habisnya. Generasi yang pertama kali diembuskan pada tahun 1923 oleh Karl Mannheim ini, hidup di zaman kemajuan industri dan teknologi saat ini memiliki ciri khas tersendiri dibanding generasi sebelumnya. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari gaya hidup dan corak pemikiran yang cenderung pragmatis, karena generasi millenial tidak bisa terlepas dari gadget. Hal demikian selaras dengan pernyataan Solikhin—pengamat generasi muda—bahwa, dalam keseharian generasi millenial tidak bisa terlepas dari gadget, maka ketergantungan ini harus disikapi dengan baik dan benar.

Di era millenial saat ini, timbul banyak kekhawatiran khususnya terhadap pemuda. Seperti berubahnya tingkah laku mereka ke arah yang cenderung negatif. Sehingga budaya Indonesia pun secara perlahan mulai hilang dan tergantikan oleh budaya barat. Dari mulai dari pengaruh pakaian, bahasa, dan lain sebagainya. Beberapa fenomena di atas merupakan perubahan besar yang tidak dapat kita hindari, tapi harus disikapi dengan bijak.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa generasi millenial merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa, sehingga maju mundurnya suatu bangsa ditentukan kualitas mereka. Tujuan besar Indonesia yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan Indonesia adil serta makmur dapat terwujud apabila seluruh komponen bangsa mendukung, termasuk generasi muda. Maka, pemuda punya peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa.

Terbukti bahwa generasi millenial banyak yang memiliki kualitas yang baik, berkompeten dengan segala bidangnya, namun kebanyakan mereka kurang memiliki daya juang, kurang tangguh di beberapa aspek. Hal demikian selaras dengan pernyataan Ali Damsuki (2018), bahwa kebanyakan pemuda sekarang mempunyai keinginan untuk terus berganti pekerjaan, dalam waktu beberapa bulan saja. Ini jelas berbeda dengan generasi pendahulu mereka.

Bagaimana tidak, selain rasa ingin selalu tahu, dan haus tentang apapun yang ada di dunia ini, masalah teknologi juga yang menjadi penyebab seringnya mereka berpindah pekerjaan. Gadget-lah yang membuat generasi ini dengan mudahnya mengakses segala informasi. Sehingga lebih mengetahui berbagai hal-hal baru, berbagai macam informasi seperti pendidikan, gaya hidup, lowongan pekerjaan, dan lainnya.

Selain itu, generasi ini selalu menginginkan kenyamanan. sehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seringnya pindah pekerjaan. Mereka tidak ingin bekerja dengan peraturan yang ketat seperti waktu kerja, ataupun pekerjaan yang dinilai menyulitkan, yang nantinya membuat mereka tidak nyaman. Maka, dipilihlah pekerjaan di tempat yang nyaman, menyenangkan serta menghasilkan. Faktor informasi yang dengan mudahnya mereka dapatkan menjadi salah satu penyebabnya.

Teknologi memang baik, dalam kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari yang namanya teknologi. Dengannya lebih memudahkan kita untuk mencari informasi, berkomunikasi jarak jauh, dan hal positif lainnya. Tapi yang perlu diingat bahwa, jangan sampai dengan adanya kemudahan teknologi tersebut membuat kita melakukan sesuatu seenaknya, lalai akan tugas dan tanggungjawab, juga pada akhirnya moral kita semakin menurun.

Justru dengan teknologi yang semakin mudah, seharusanya kita bisa memanfaatkan sebaik-baiknya dizaman yang serba mudah ini. Misalnya, dengan semakin mudahnya kita untuk mengeluarkan ide-ide, mudah dalam berkarya dan menerapkan nilai-nilai normatif, mengikuti perkembangan zaman dengan baik. Dalam bidang pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing suatu bangsa dengan mencerdaskan generasi mudanya, yaitu yang luas wawasannya, produktif, dan punya keahlian yang mumpuni.

Untuk bisa mencerdaskan, dan membangun karakter pada generasi muda, bukan suatu perkara mudah. Dibutuhkan beberapa faktor yang memang bisa dilakukan demi terwujudnya pemuda yang ideal, berkarakter. Dimulai dari sektor lingkungan misalanya, pemuda harus pandai menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Berbagai macam bentuk pergaulan harus diperhatikan, karena lingkungan yang baik akan mencerminkan perilaku seseorang.

Untuk itu, seluruh masyarakat khususnya pemuda harus bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan, apalagi disaat menghadapi era globalisasi saat ini. Dengan begitu, generasi millenial yang berkompeten dapat terwujud. Akan tetapi perlu diingat, bahwa selain berkompeten para pemuda juga harus berkarakter, karena dengan modal pendidikan saja belum cukup, dibutuhkan keimanan dan ketaqwaan guna membentengi diri dari perbuatan yang tidak diinginkan.

Berapa banyak pejabat yang berpendidikan tinggi, berpangkat tinggi justru malah korupsi. Hal demikian disebabkan mereka belum menanamkan keimanan dalam diri dan tidak menyadari bahwa segala perbuatan mereka selalu diawasi oleh Tuhan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, yang diharapkan adalah dapat tertanamnya nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam setiap individu. Begitu sulitnya mencari pekerjaan saat ini, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki ketrampilan yang cukup.

Generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan Bangsa Indonesia ke depan, dituntut harus memiliki kompetensi dalam bidangnya masing-masing. Untuk itu, dengan bakat yang dimiliki oleh generasi millenial menjadikannya semakin termotivasi untuk berkompetisi. Maka, sudah saatnya para pemuda membiasakan untuk menyelesaikan urusan pribadi sendiri, agar terbiasa menghadapi berbagai persoalan.

Oleh : Muhammad Ikhsan Hidayat, peneliti Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LESAN) Semarang.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru