30.2 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian IV)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian IV)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

DELAPAN KALI ALLAH MEMERINTAHKANKU

***

Keinginan Senad untuk menunaikan ibadah haji, membuat Aqueena dan anak-anaknya iba sekaligus kebingungan. Mereka begitu kasian setiap kali melihat ayah mereka menitikkan air mata ketika berdoa atau bercerita mengenai keinginannya untuk menunaikan ibadah haji. Namun, sejauh ini –selain doa– mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka berharap ayahnya untuk senantiasa tabah dan bersabar. Mereka tahu mereka hanyalah orang miskin papa. Melakukan ibadah haji bagi mereka laksana mustahil. Jangankan menunaikan ibadah haji, dengan gaji sebagai asisten dosen, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja semua pas-pasan dan bahkan untuk menutupu kebutuhan hidup saja mereka sering gali lubang tutup lubang.

Mereka tidak sanggup untuk membayangkan, apa yang terjadi pada ayahnya, seandainya sampai lanjut usia atau pahitnya sampai meninggal kemudian ayah mereka tidak bisa menunaikan ibadah haji. Seandainya, Allah tidak memberikan karunia rejeki baginya untuk biaya melakukan perjalalanan menuju baitullah. Aqueena dan anak-anaknya menyerahkan semuanya kepada Allah. Hanya Allah yang tahu rahasia semua ini walau mereka tidak tau kelak, apa yang akan terjadi.

Bagi mereka, kesabaran, tawakal, dan doa adalah jalan terbaik di tengah makin kuatnya keinginan Senad untuk menunaikan ibadah haji, sedang saat ini belum ada rejeki yang mereka miliki untuk membayar ongkos naik haji Senad.

Senad sekeluarga bukanlah keluarga berada secara materi, tapi keluasaan dan kekayaan hati kepada Allah adalah sesuatu yang selalu mereka jaga. Kekayaan hati itulah yang senantiasa membuat mereka mempunyai keyakinan, kesabaran dan kebahagiaan menjadi hambaNya betapa pun sulit kondisi kehidupan yang mereka jalani selama ini. Tapi keyakinan membuat mereka menemuka makna dari kehidupan yang mereka jalani.

***

Pagi itu, Senad dan keluarga kecilnya berkumpul di ruangan tamu. Mereka semua baru saja usai menunaikan ibadah subuh berjamaah. Namun pagi itu, tidak seperti biasanya, Senad nampak murung. Usai shalat dia lebih banyak terdiam seakan tengah memikirkan sesuatu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Biasanya sesudah jamaah subuh Senad akan mengajak anggota keluarganya untuk membaca al-Qur’an atau membahas masalah keagamaan.

Aqueena memandang wajah suaminya dengan tatapan iba sekaligus bingung. Ia mendekati suaminya. Mukenah putih bermotif bunga yang membungkus tubuhnya masih sempurna ia kenakan. Wajah cantik dengan mata biru membuat Aqueena nampak suci dengan balutan mukena itu,

“Apa yang terjadi, Abi? Kenapa sedari tadi abi merenung terus” tanya Aqueena lembut sambil menatap Senad penuh kasih sayang. Senad menoleh pelan ke arah isterinya, namun ia masih terdiam. Bola matanya terlihat berputar-putar seakan ingin menggambarkan betapa bingung dirinya.

Engkau tidak akan memercayaiku, Umi, mimpi itu datang kembali!” Sambil matanya tetap lekat menatap wajah isterinya. Aqueena berusaha meyakinkan dirinya,”Mimpi yang mana maksud abi?”

“Allah telah memanggilku, Umi. Allah memerintahkanku untuk menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Allah meyuruhku berjalan kaki melewati Syiria untuk sampai ke Mekkah, Umi!” Aqueena seketika terdiam. Tiba-tiba hatinya dibaluti perasaan bersedih. Ia berpikir keinginan Senad untuk menunaikan ibadah haji terlalu berlebihan sehingga sampai terbawa mimpi. Ia menatap wajah suaminya dengan mata berkaca-kaca. Mata itu seumpama telaga membiru yang menyejukan di mata suaminya. Tatapannya lembut. Lembut sekali, walau kini digenangi air mata.

“Abi, maafkan umi kalau umi lancang. Menurut umi keinginan abi untuk menunaikan ibadah haji terlalu berlebihan sampai terbawa mimpi begitu. Kalau Allah memanggil abi, semua akan dimudahkan abi. Abi yang sabar yah?” Sarannya dengan suara yang lembut berusaha memberikan pengeritan yang baik kepada suaminya.

Senad kembali menatap mata biru isterinya, ia memandang lekat sekali mata biru yang kini sudah menitikkan air mata itu. Diusapnya buliran-buliran bening yang menyusuri pipi putih isterinya. Namun tangan Senad tak mampu menghentikan buliran-buliran bening itu agar tidak terjatuh dan menitik ke mukenah isterinya.

“Umi, ini bukanlah mimpi. Ini merupakan perintah dari Allah. Bagaimana mungkin mimpi yang sama datang berulang-ulang sampai delapan kali pada hal yang sama kecuali itu merupakan perintah yang datangnya dari Allah SWT.” Timpal Senad kepada isterinya. Ia berusaha meyakinkan isterinya kalau ini bukanlah mimpi biasa. Namun ini merupakan perintah dari Allah SWT kepada dirinya.

Aqueena hanya terdiam. Dia tidak mampu untuk berkata apa apa lagi selain merasakan kalau air matanya makin deras menetes. Ia tidak mau membayangkan kesedihan apa lagi yang akan dilihatnya kedepan sesudah kesedihan melihat suaminya seperti ‘orang gila’ karena keinginannya untuk menunaikan ibadah haji. Ia hanya terdiam sambil pikirannya mengembara. Ia berpikir apa gerangan yang akan terjadi ke depan sesudah Senad meyakini bahwa apa yang dialaminya bukanlah mimpi biasa, namun merupakan printah dari Allah SWT.

“Abi ber-istikhoroh-lah, mintalah petunjuk kepada Allah. Semoga apa yang abi katakan benar.” Tukas Aqueena sambil menatap suaminya lemah. Bulu matanya yang lentik sekali-kali terpejam merasakan matanya yang menghangat.

“Andai ini benar perintah Allah umi. Apakah umi ikhlas dan ridha mengijinkan abi untuk pergi menunaikan ibadah haji?” “Umi tidak bisa menjawabnya sekarang abi. Lebih baik abi ber-istikhoroh saja dahulu, semoga Ia memberikan petunjuk yang sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya.” Imbuh Aqueena dengan menahan perasaaan pilu di hatinya.

Andai ini perintah Allah, Aqueena berpikir bahwa ia tidak akan bisa mencegah kepergian suaminya. Namun sebagai seorang isteri dan wanita biasa ia pun tidak akan bisa membayangkan andai suaminya berjalan kaki tanpa perbekalan melewati 7 negara, dua gurun tandus, di tengah musim dingin yang ekstrim di Eropa dan panas yang mendidihkan kulit tanpa perbekalan sama sekali yang dia bawa. ***

Ikuti penulis di:

Wattpad:birulaut_78

Instagram: mujahidin_nur

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru