28.9 C
Jakarta

Tips Konsisten dalam Menulis, Pegiat Literasi Harus Tahu Ini

Artikel Trending

KhazanahLiterasiTips Konsisten dalam Menulis, Pegiat Literasi Harus Tahu Ini
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Salah satu tantangan terbesar seorang penulis adalah konsisten dalam menulis. Membangun mental konsisten dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dan tekad yang tidak setengah-setengah. Akan tetapi, terkadang banyak jebakan di tengah perjalanan yang membuat seseorang merasa kelelahan dan mulai menyerah dengan keadaan. Membuat diri bertanggung jawab dengan apa yang dilakoni saat ini diperlukan visi dan misi yang kuat.

Bukan sekadar mengangankan belaka, apalagi membayangkan menjadi orang lain yang begitu setia pada profesinya. Dalam hal ini, seseorang mesti menyentuh hatinya untuk menganggap bahwa menulis bukan hanya menumpahkan rasa dan asa. Namun, ada hal sakral yang hendaknya disadari.

Bila berkaca pada sosok penulis inspiratif, kita akan tertampar oleh semangatnya. Siapa sosok inspiratif tersebut? Tentu saja kita sudah tidak asing lagi dengan J.K. Rowling. Seorang penulis yang pernah mengalami masa-masa kelam dalam hidupnya. Mulai dari kegagalan dalam pernikahan di usia muda, ditinggal selamanya oleh sang ibu, hidup dengan keadaan yang sangat pas-pasan dan harus menghidupi putri semata wayangnya.

Belum lagi, tulisan-tulisan yang dihasilkannya mengalami banyak penolakan dari berbagai penerbit. Lelah, menyerah, bahkan hampir bunuh diri. Namun, sosok J.K. Rowling mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidup karena melihat putri kesayangannya. Ia kembali memupuk semangat menulis dan mengirimkan naskah Harry Potter kepada penerbit.

Tidak ada kata menyerah hingga akhirnya naskah Harry Potter diterima oleh Christopher Little dari Bloomsbury. Pada mulanya, sang editor menyarankan agar J.K. Rowling mencari pekerjaan lain dan tidak berharap lebih pada naskah tersebut. Sebab, dengan berbagai pertimbangan saat itu, bahwa dimungkinkan bukunya kurang laris.

Kenyataannya buku Harry Potter menjadi buku terlaris di dunia sepanjang masa hingga telah direinkarnasi menjadi sebuah film yang sangat bagus. J.K. Rowling tidak lagi kekurangan secara ekonomi, tetapi dedikasinya dalam dunia menulis masih terus dirawat dengan sangat baik. Baginya, menulis telah mendarah daging. Hal ini bisa dijadikan sebagai pembentukan jiwa seorang penulis. Jadi, hikmah apa saja yang bisa kita ambil dari cerita J.K. Rowling?

Jadikanlah menulis sebagai kebutuhan. Bayangkanlah sesuatu yang kita butuhkan setiap harinya, tentu saja sesuatu tersebut harus ada dan bisa dinikmati. Misalnya, kita butuh makan agar tubuh berenergi. Sama halnya dengan menulis, jadikanlah hal itu sebagai kebutuhan agar kita selalu merasa ingin menekuri menulis dan menikmati setiap detik yang terlewati dengan menulis. Bukankah sebuah kebutuhan tidak bisa terlewatkan meskipun sehari saja? Cobalah untuk memposisikan menulis sebagai kebutuhan agar kita bisa berbagi kepada orang lain.

Jadikanlah menulis sebagai bagian dari hidup. Saat kita merasa bahwa menulis itu bagian penting dalam hidup, maka apapun halangannya, seseorang akan tetap memilih untuk menulis. Tidak bisa terelakkan, kita akan sangat menyayangi apa saja yang ada di dalam hidup. Misalnya, sayang kepada pasangan, anak, keluarga, dan siapa pun. Jika menulis sudah menjadi bagian dari hidup, maka seseorang akan merasa kehilangan ketika tidak menulis. Ia akan berusaha untuk tetap menulis dan memberikan yang terbaik dalam aktivitasnya.

Jadikanlah menulis sebagai sesuatu yang membahagiakan. Seseorang bebas memilih kebahagiaannya. Misalnya, bahagia ketika bisa berkumpul dengan keluarga yang lengkap atau bahagia karena bisa melewati masa-masa mendebarkan. Begitu pula dengan menulis, biarkan hatimu dipenuhi rasa bahagia saat menyulam kata demi kata menjadi kalimat indah. Biarkanlah kebahagiaan menyelimuti hati dan membuang beban yang menumpuk selama ini. Barangkali sedang mengalami keresahan, maka tuangkanlah resah itu dalam balutan tulisan yang menyentuh hati. Setelahnya, kamu bisa tersenyum melihat ketegaran diri.

Jadikanlah menulis sebagai hal yang paling ditunggu. Menunggu sesuatu yang membahagiakan tentu saja menjadi momen spesial tersendiri. Seperti halnya menunggu waktu menulis di sela kesibukan kewajiban bekerja. Biarkanlah dirimu lebur dalam perasaan menggetarkan. Ialah saat bisa berkencan dengan tulisan-tulisan manis yang sudah setia berada di file tersimpan. Kamu selalu merasa rindu untuk berjumpa dengan menulis dan membiarkan imajinasi bekerja melanglang ke angkasa. Pun dengan kemampuan dalam menjaga orisinalitas karya yang dihasilkan.

BACA JUGA  Sastra Terjemahan: Dari Diplomasi Kultural Hingga Soal Garapan

Beberapa hal di atas dapat dijadikan sebagai penjaga ‘kewarasan’ penulis. Tentu saja untuk menjaga keseimbangan dan ‘kewarasan’ dibutuhkan serangkaian pembentuk kepribadian jiwa penulis. Setelah mengetahui pembentukan jiwa, lalu apa saja hal yang harus dilakukan agar seseorang bisa konsisten dalam menulis?

Tulislah apa saja yang terbesit di kepala. Adapun untuk melenturkan jemari dalam menulis, kita perlu mencoba langkah sederhana. Ialah dengan menulis apa saja yang bergemuruh di kepala. Misalnya, saat ini sedang terpikirkan bagaimana caranya menghalau rasa malas. Maka, mulailah dengan mendeskripsikan rasa malas itu. Contoh lainnya, baru saja melihat potret diri di masa kecil, deskripsikan tiap detail gambar yang dilihat. Dengan demikian, kita bisa bebas menceritakan apa saja dan melatih keterampilan menulis.

Fokuslah menulis, jangan sambal mengedit. Terkadang, jemari kita sangat gatal untuk mengedit tulisan yang berantakan atau merasa kurang sreg dengan apa yang sedang dituliskan. Namun, jika masih terjebak dalam menulis sambil mengedit, maka akan kesulitan menyelesaikan tulisan. Saat mengedit tulisan, bisa saja kamu mencoba untuk menghapus keseluruhan tulisan karena dirasa kurang gereget. Oleh karena itu, hindari menulis sambil mengedit. Fokus saja pada gagasan yang sedang dituangkan, langkah mengedit bisa dilakukan diakhir setelah semuanya selesai.

Buatlah jadwal tetap untuk menulis. Pengaturan jadwal yang berantakan membuat seseorang kesulitan menemukan feel saat menulis. Oleh sebab itu, ada baiknya menetapkan jadwal menulis dengan sebaik-baiknya, disesuaikan dengan diri sendiri. Catatlah jadwal keseharian dan selipkan waktu untuk menulis.

Pilihlah waktu ternyaman. Pilihan waktu yang tepat tentu saja akan membantu kelancaran dalam menulis. Sisihkan waktu untuk menulis dan pertajamlah kemampuan menulis dengan baik. Misalnya, kamu bisa memilih waktu ternyaman sebelum waktu subuh. Di sepertiga malam selepas salat sunah. Kamu bisa menggunakan cara 15-15-30. Apa artinya? 15 menit pertama untuk berzikir dan salat sunah, 15 menit selanjutnya untuk membaca buku, 30 menit kemudian untuk menulis. Jika kamu nyaman dengan cara demikian, lakukanlah dengan konsisten.

Perbanyak mengeksplorasi diri. Seorang penulis tidak hanya menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan saja, tetapi ia juga perlu mengeksplorasi diri dengan berbagai situasi dan kondisi di sekitarnya. Mengeksplorasi bahan bacaan, meningkatkan kualitas menulis, dan berbagai hal relevan lainnya. Dengan demikian, selalu ada ide untuk menulis dan terhindar dari kebuntuan. Setelahnya, akan terbit konsistensi dalam menulis karena sudah memiliki bekal.

Jangan biarkan distraksi lingkungan mendominasi diri. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi seorang penulis. Oleh karena itu, hindari distraksi lingkungan yang negatif, bergeserlah pada lingkungan yang bisa mendukungmu untuk terus menulis.

Jangan banyak beralasan. Bom yang akan meledak tepat pada waktunya ialah sebuah alasan untuk tidak menulis. Seorang penulis yang ingin memelihara konsistensinya, tidak akan banyak beralasan. Ia justru akan mencari berbagai cara untuk bisa menulis dan menyelesaikan tulisannya hingga bisa dibaca oleh orang lain. Jangan biarkan mental ‘alasan sibuk atau alasan tidak ada waktu’ membuatmu terlena.

Demikianlah beberapa hal yang bisa menjadi pemantik untuk menjaga konsistensi seseorang dalam menulis. Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan dengan semestinya.

Devi Ardiyanti
Devi Ardiyanti
Penulis profesional dan tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Puluhan bukunya sudah tersebar di Gramedia seluruh Indonesia. Sangat menyukai dunia literasi dan travelling.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru