Harakatuna.com – Genosida rakyat Palestina oleh Israel telah mencapai titik paling memilukan. Para zionis berlagak mencari Hamas, namun mereka membantai wanita dan anak-anak Palestina. Mereka membombardir rumah sakit, kamp pengungsian, dan menentang gencatan senjata. PBB melempem dengan standar ganda. Negara Eropa dan Barat rombongan dukung Israel. Bersamaan, mereka mengancam siapa pun yang stand with Palestine.
Stand with Palestine, hari-hari ini memang menguat di berbagai negara, terutama Asia. Berbeda dengan negara-negara Arab yang hipokrit, seperti Arab Saudi yang memilih bersikap seperti katak mati, dukungan untuk Palestina berdatangan seperti dari Malaysia dan tentu saja Indonesia. Namun apa yang terjadi sangat mengejutkan: Inggris mengancam Malaysia dan AS menekannya juga. Kemanusiaan di Barat memang sudah mati.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim baru-baru ini mengatakan, ihwal keengganan Malaysia menentang tindakan dan menganggap Hamas sebagai teroris. Dubes Malaysia di Washington dipanggil Departemen Luar Negeri AS, dan Kemenlu Malaysia menerima démarche (permohonan perantaraan) dari Kedubes AS di Kuala Lumpur. Namun, Anwar tegas mengatakan, “pandangan kami konsisten,” untuk berdiri bersama Palestina.
Bagaimana dengan Indonesia? Menlu Retno Marsudi memberi pidato yang sangat berkesan di PBB tentang posisi Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina. Artinya, Indonesia dan Malaysia konsisten untuk stand with Palestine. Dan berbeda dari Rusia dan China yang notifnya politik pengaruh, motif Indonesia dan Malaysia murni kemanusiaan. Pada saat yang sama, hegemoni Barat; AS dan Eropa harus ditentang.
Persoalan terorisme memang perlu dilawan. Namun menuduh Palestina sebagai teroris jelas mencederai nilai kemanusiaan, sama buruknya dengan membela zionis yang telah membantai ribuan warga sipil Gaza. Standar ganda Barat dan hegemoni mareka tidak dapat ditoleransi. Sekenanya menuduh yang berbeda sebagai teroris adalah penciptaan islamofobia. Hegemoni AS benar-benar merugikan Islam dan perjuangan kemanusiaan.
AS-Israel dan Terorisme
Dalang teror di Palestina sebenarnya adalah zionisme. Dan kalau ditarik ke dalam konteks politik, AS memegang peran kunci atas terjajahnya Palestina—sebagaimana yang mereka lakukan terhadap negara-negara di Timur Tengah. Presiden AS Joe Biden sejak tahun 70-an sudah menegaskan posisinya untuk Israel. Jadi apa yang terjadi hari ini di Palestina adalah ulah AS-Israel dan propaganda terorisme mereka.
Padahal, teroris sebenarnya adalah AS itu sendiri. Sebagai negara adikuasa, kesewenang-wenangan AS di berbagai negara sudah jelas. Nelson Mandela yang memimpin Kongres Nasional Afrika pernah dicap teroris hanya karena merugikan AS secara politik. Presiden Rusia Vladimir Putin juga dicap teroris karena melakukan invasi atas Ukraina. Ada upaya framing bahwa AS adalah pahlawan dan negara yang menentangnya adalah teroris.
Bagaimana dengan terorisme di dunia Islam yang direspons AS melalui War on Terror? Kalau ditelaah, sebenarnya kelompok teror seperti Al-Qaeda adalah “senjata makan tuan” bagi AS. Mereka mendukung Osama dan gurita bisnisnya untuk mengusir Soviet dari Afghanistan. Setelah Soviet hengkang dan bisnis-politik AS tercapai, Al-Qaeda dicap teroris. Ketika Al-Qaeda benar-benar jadi teroris, AS berlagak seolah pahlawan kemanusiaan.
Apakah AS benar-benar memperjuangkan kemanusiaan? Tidak sama sekali. Jika memang pejuang kemanusiaan dan pahlawan perdamaian, mustahil mereka mendukung Israel. Baik AS maupun Israel semacam digerakkan oleh satu spirit besar di belakang mereka, entah iluminati atau bahkan satanisme—elite global. Yang jelas, mempercayai AS-Israel sebagai pahlawan kemanusiaan adalah kesalahan fatal. Siapa yang dirugikan? Umat Islam.
Di sinilah umat Islam mesti sadar akan eksistensinya. Umat harus cerdas agar tidak selalu dikibuli Barat. Islam telah dirugikan oleh fenomena islamofobia, juga dirugikan oleh stigma terorisme. Sekarang Palestina tengah berusaha diratakan dengan tanah; dibantai seluruh masyarakatnya, dan hegemoni AS bersikap masa bodoh dengan kemanusiaan. Lalu kapan umat Islam hendak menentang hegemoni tersebut dan membela kemanusiaan Palestina?
Umat Islam, Cerdaslah!
Adalah mengherankan bahwa sebagian umat Islam menganggap konflik Israel sebagai konflik non-agama yang kemudian mendegradasi persatuan kemanusiaan. Umat Muslim susah bersatu karena ‘mental kerupuk’ semacam itu: lebih suka didominasi AS daripada bersimpati atas dasar keimanan dan kemanusiaan. Singkatnya, hegemoni Barat membuat sebagian kalangan umat Islam buta dalam melihat Palestina.
Padahal, hanya butuh empati untuk melihat Palestina. Hamas boleh jadi salah dengan gerakannya yang ekstrem, namun apakah memihak Israel adalah pilihan terbaik? Ini yang perlu disikapi dengan cerdas. Yang Namanya okupasi, apalagi genosida, itu tidak dibenarkan dan merupakan kejahatan kemanusiaan. AS adalah dalangnya: mereka teriak teroris atas invasi Rusia pada Ukraina namun malah mendukung zionis.
Ironisnya, di Indonesia sendiri, dukungan atas zionis juga tinggi. Ironisnya lagi, mereka Muslim. Harus disebut apakah mental semacam itu, yang membenarkan pembantaian masyarakat sipil hanya karena framing media Barat? Di sini perlu ditegaskan bahwa stand with Israel merupakan wujud matinya kemanusiaan (the death of humanity). Padahal, Palestina hari ini ibarat Indonesia di zaman kolonial.
Jika tidak dapat berjuang secara langsung untuk membela Palestina, bersimpati dapat menjadi alternatif bersamaan dengan prinsip untuk tidak membenarkan Israel. Hegemoni AS, jika dibiarkan, akan merambah ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dapat dilihat misalnya Malaysia yang tengah ditekan karena sikapnya. Bagaimana mungkin hegemoni AS yang telah mencederai kemanusiaan itu dibiarkan? Umat Islam, cerdaslah!
Wallahu A’lam bi ash-Shawab…