34.8 C
Jakarta

Politik Gagasan, Anak Muda, dan Pemilu Damai

Artikel Trending

KhazanahOpiniPolitik Gagasan, Anak Muda, dan Pemilu Damai
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kekhawatiran yang sering kali muncul pada masa-masa Pemilu yaitu terjadinya perpecahan di tengah masyarakat. Saat ini masa kampanye telah dimulai, beda pilihan adalah hal yang wajar dan lumrah.

Jangan sampai perbedaan tersebut menimbulkan disharmonisasi serta permusuhan. Oleh karena itu, proses Pemilu senantiasa mengedepankan agenda politik gagasan bukan sentimen antar masing-masing kubu pasangan.

Bawaslu, KPU, aparatur penegak hukum, juga semua paslon telah melakukan deklarasi pemilu damai. Banyak pihak yang berharap bukan hanya sekedar formalitas semata. Para elite mampu menjadi teladan dalam mencegah terjadinya kecurangan.

Dengan demikian maka upaya Pemilu damai bisa tercapai, sehingga pesan-pesan tersebut terserap sampai di tingkat akar rumput masyarakat. Karena biasanya mereka yang paling rentan terseret dalam pusaran konflik.

Mengantisipasi hal demikian, Ketua Umum PBNU turut mengimbau agar masyarakat jangan diajak ribut-ribut, bertengkar atau berkelahi pada masa-masa kampanye.

Pemilu yang mengedepankan politik gagasan dapat meminimalisir terjadinya konflik narasi pertengkaran yang sudah sering kita saksikan dalam beberapa Pemilu belakangan.

Narasi saling serang bahkan tidak sedikit memunculkan kampanye hitam (black campaign) antar satu kubu dengan kubu yang lainnya. Akibatnya hanya melahirkan benih-benih permusuhan yang dapat merembet sampai di lingkup keluarga.

Masyarakat sudah seharusnya diberikan pendidikan politik yang menjunjung gagasan-gagasan demi kebaikan bangsa ke depannya. Sebagaimana republik ini didirikan lahir dari gagasan para pendiri bangsa.

Baik dari golongan tua maupun muda mereka telah meletakkan budaya berfikir sebagai pilihan jalan dalam menuntun kita sebagai bangsa yang bermartabat bagi seluruh rakyatnya.

Saat ini jumlah suara pemilih muda dari Gen Z dan Milenial paling mendominasi kurang lebih sekitar 56 persen. Pemilu hakikatnya turut menyiapkan generasi muda menyongsong masa depan membawa Indonesia yang semakin membaik dari waktu ke waktu.

Oleh karenanya, mereka perlu dilibatkan saling bertukar gagasan karena anak muda menjadi penentu 100 tahun Indonesia merdeka di tahun 2045.

BACA JUGA  Menjaga Toleransi: Refleksi Keberagaman di Bulan Ramadan

Nalar kritis, kreatif dan inovatif menjadi karakter yang melekat pada generasi muda, meskipun ada juga yang masih meragukannya di tengah arus budaya serba instan yang menginginkan apa-apa segera tercapai.

Terlepas dari masing-masing penilaian, sepanjang sejarah mereka mempunyai keberanian dan anti kemapanan demi sebuah perbaikan.

Anak muda bukan sekdaar dijadikan objek kontestasi para elite untuk mendulang elektabilitasnya. Sudah semestinya mendapatkan ruang dan kesempatan yang seluas-luasnya terlibat langsung dalam Pemilu yang sehat dan bermartabat.

Memberikan ruang kepada anak muda bukan berarti dengan memoles penampilan fisik semata. Lebih dari itu, menawarkan gagasan-gagasan solutif dan realistis itulah yang lebih utama.

Anak muda dapat menjadi agen pemilu damai. Tercapainya pemilu yang damai ketika semua berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkan. Para pemuda turut serta mengkritisi setiap gagasan yang ditawarkan dengan tetap melihat rekam jejak langkah-langkah politik para kandidat pada masa lalunya.

Pertanyaanya apakah para kandidat telah siap menghadirkan ruang gagasan yang seluas-luasnya bagi para anak muda dan seluruh masyarakat Indonesia?

Atau jangan-jangan hanya menjebak dengan gimik-gimik politik yang minim subtansi semata. Pemilu setidaknya mampu memberikan ruang edukasi yang luas kepada seluruh pemilik suara.

Pemilu juga menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, sehingga dapat menutup ruang-ruang sentimen yang bisa melahirkan perpecahan sesama anak bangsa.

Pemilu kali ini hendaklah bisa belajar dari pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya, yang lebih terkesan mengedankan sentimen dibadingkan beradu gagasan. Tahun 2024 saatnya menjadi ruang bagi para anak muda dan seluruh masyarakat untuk memberikan penilaian.

Kritis pada gagasan, peka pada rekam jejak, serta menanggalkan sentimen-sentimen kebencian. Para elite mampu menghadirkan kepercayaan kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan demikian diharapkan pemilu damai dapat terwujudkan.

Nor Kholis
Nor Kholis
Peminat Kajian Keislaman dan Kebudayaan

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru