32.9 C
Jakarta

Penulis Wajib Tahu Teknik ATM; Amati, Tiru, Modifikasi

Artikel Trending

KhazanahLiterasiPenulis Wajib Tahu Teknik ATM; Amati, Tiru, Modifikasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sebagai seorang penulis pemula seringkali mendapat pertanyaan dari beberapa rekan yang tertarik dengan dunia jurnalistik mengenai teknik kepenulisan. Apakah menulis itu bakat atau bisa dikembangkan karena berawal dari minat? Mereka mengeluh mengenai bagaimana cara merangkai kata, mengembangkan ide serta awal mulai memulai untuk masuk ke dalam dunia literasi. Hal ini mereka keluhkan karena dilema tersendiri, hati mereka menuntut untuk bisa menghasilkan sebuah artikel. Namun logika mereka bingung ingin memulai kepenulisan dari mana.

Berbagai problem yang dihadapi para penulis pemula, membuat mereka harus mencari cara untuk dapat menyalurkan hobi dan tetap produktif menghasilkan karya. Menulis bukan hanya kegiatan mengetik, melainkan bagaimana seorang penulis menyampaikan pesan kepada pembaca. Tulisan yang disajikan diharapkan dapat menjadi sumber informasi, harapannya bisa menjadi manfaat bagi pembaca. Sehingga kegiatan menulis menjadi ladang jariyah bagi para penulis, ketika penulis sudah meninggal namun  karyanya tetap bisa dinikmati oleh pembaca.

Sebuah proses perjalanan seorang penulis besar pasti berasal dari penulis pemula yang tekun dan istiqomah menulis. Mereka konsisten menulis meskipun tidak mendapatkan royalti dari tulisannya. Itu semua dilakukan karena kecintaan terhadap dunia literasi, ketika itu ditanamkan pada jiwa penulis pemula.

Maka berapapun royalti yang didapat tidak akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas menulis. Mereka beranggapan bahwa menulis adalah bagian dari kehidupan mereka, hingga ada pada satu fase dimana mereka  memegang prinsip “hidup untuk menulis, dan menulis untuk hidup”.

Jadi untuk seseorang yang ingin terjun di dunia jurnalistik maupun literasi, sebaiknya tanamkan rasa cinta terlebih dahulu dalam diri. Hal ini yang akan menjadi pondasi serta terus menjalankan konsistensi dalam menulis. Menurut Tarigan (1986:5) menulis ialah sebuah kegiatan menuangkan ide serta gagasan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai penyampai pesan.

Tujuan dari menulis adalah berbagi informasi, mengekspresikan perasaan dan emosi, serta sebagai sarana protes. Seorang penulis tidak akan bingung menyalurkan aspirasi, kegundahan, dan unek-unek yang ada, hal ini karena mereka memiliki wadah untuk berekspresi dalam setiap lembar bait dan kata.

Kendati demikian untuk sebagian orang kegiatan menulis dianggap sebagai sesuatu yang sulit. Mereka bingung bagaimana merangkai kata menjadi kalimat, menentukan objek dalam tulisan, maupun mengenmbangkan ide yang ada. Terdapat salah satu metode yang dapat digunakan untuk para penulis pemula supaya bisa mengembangkan skill menulis, menumbuhkan minat menulis, serta memunculkan ide khususnya bagi penulis pemula.

Teknik tersebut disebut dengan teknik “ATM” mungkin hal pertama yang akan kamu pikirkan mendengar kata ATM adalah mesin yang mengeluarkan uang. Namun yang kami maksud bukan itu. ATM merupakan kepanjangan dari Amati Tiru Modifikasi.

Mengenal Metode ATM

Amati Tiru Modifikasi (ATM) ialah sebuah cara kreatif bagi para penulis yang hendak mengembangkan skill menulisnya. Metode ini dapat digunakan untuk menggali potensi pada diri penulis. Dengan menerapkan metode ini penulis diharapkan memiliki skill untuk dapat mengamati sebuah tulisan, lalu meniru dengan dimodifikasi.

Jadi yang dilakukan penulis bukan mengcopy paste tulisan orang lain, melainkan mengambil sudut pandang lain dari sebuah masalah yang dihadirkan oleh penulis lain. Teknik ini apabila dikembangkan akan memunculkan semangat menulis yang luar biasa, karena penulis tidak akan kehabisan bahan untuk menulis.

Dilansir dari jurnal Yunita dari Universitas Negeri Makassar mengemukakan bahwa: metode ATM ialah sebuah metode yang terdiri dari tiga aspek dasar yakni amati, tiru, dan modifikasi. Metode ini berasal dari prinsip Ki Hajar Dewantoro yang dikenal dengan 3N (Niteni,Nirokke, Nambahi).  Metode tersebut sangat mirip dengan metode ATM yaitu mengamati, meniru dan memodifikasi. Metode ini adalah solusi praktis bagi para penulis yang bingung menentukan konten. Aplikasikan metode ini disaat penulis buntu dan kebingungan menentukan arah tulisannya.

BACA JUGA  Baca Buku Tapi Lupa Isinya, Rugi Dong?

Metode ATM yaitu sebuah metode pembelajaran yang bisa bermula dari sebuah pengalaman yang dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Metode ini bersumber dari metode field observation atau dikenal sebagai metode observasi lapangan.

Menurut Wright (2000:119) metode observasi lapangan adalah metode pengamatan atas fenomena yang terjadi secara nyata. Ketika metode observasi lapangan dikembangkan maka seorang penulis bisa menerapkan metode ATM. Dengan mengaplikasikan metode ini para penulis dapat meningkatkan kemampuan menulisnya.

Setelah dilakukan pengamatan, langkah selanjutnya adalah meniru. Seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa meniru disini bukan diartikan sebagai mengcopy paste tulisan orang lain. Yang harus ditanamkan oleh para penulis adalah “hukum plagiarisme adalah haram”.

Ketika kita menerapkan prinsip tersebut, maka kita tidak akan semena-mena mengambil tulisan orang lain tanpa proses penyaduran yang sesuai. Proses meniru ini bisa dilakukan dengan meniru struktur tulisan, pokok bahasan, maupun bahasa yang digunakan. Kendati demikian setiap penulis akan memperlihatkan ciri khas tulisannya masing-masing.

Meskipun diberikan tema maupun topik yang sama, setiap penulis akan menyuguhkan tulisan yang berbeda. Sesuai dengan ciri khas yang dimiliki oleh setiap penulis. Ibarat seorang chef yang diberikan singkong sebagai bahan baku. Maka mereka akan mengubah singkok tersebut menjadi berbagai hidangan seperti: getuk, keripik singkong, entho, tiwul, combro, klepon singkong¸ dan berbagai hidangan lainnya.

Dengan bahan baku yang sama dapat dijadikan berbagai kudapan yang sangat menggugah selera. Hal ini disesuaikan dengan orang yang mengolah makanan tersebut. Dalam hal ini kita ibaratkan pengolah tema tersebut adalah seorang penulis.

Setelah dua tahap dilalui yakni tahap observasi atau mengamati, dan tahap meniru. Sekarang saatnya penulis mengenal tahap ketiga yakni modifikasi. Sajikan tulisan yang menarik, dengan bahasa yang mudah dipahami, topik bahasan yang sedang hangat diperbincangkan serta tidak monoton. Modifikasi tulisan yang telah diobservasi atau diamati. Ambil sudut pandang lain yang kiranya bisa menarik pembaca. Tahap ini membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga diterapkan pada tahap terakhir.

Proses modifikasi ini akan menjadi kunci dan ruh dari tulisan yang disajikan. Tulisan yang disajikan bukan berarti sama persis dengan tulisan aslinya, melainkan memiliki berbagai perbedaan yang signifikan. Cari berbagai sumber rujukan seperti dari buku dan jurnal ilmiah yang akan menguatkan argumen dalam tulisan. Sadur beberapa pendapat dari ahli yang dan disesuaikan dengan tulisanmu.

Pada tahap modifikasi ini saatnya penulis mengembangkan skill yang dimiliki, dan harus diingat bahwa teknik ini bukan berarti mengcopy paste atau menyalin keseluruhan tulisan dari orang lain. Karena apabila hal ini dilakukan para penulis sama saja melakukan plagiarisme. Hukum plagiarisme bagi penulis adalah haram, karena apabila ini dilakukan bukan hanya mencederai marwah sebagai seorang penulis. Namun juga mempermalukan dirinya sendiri. Mulailah menulis dari hal yang ada di sekitar, hal yang menarik perhatian dan hal yang diminati.

Anisa Rachma Agustina
Anisa Rachma Agustina
Mahasiswa Prodi PAI, Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru