27.5 C
Jakarta

Pentingnya Peran Perempuan dalam Pendampingan Terorisme

Artikel Trending

KhazanahTelaahPentingnya Peran Perempuan dalam Pendampingan Terorisme
image_pdfDownload PDF

Hakaratuna.comLaure Mulvey menjelaskan teorinya yang ia sebut male gaze. Menurut Mulvey, male gaze menawarkan cara pandang seksualitas yang memberdayakan laki-laki namun mengobjektifikasi perempuan. Perempuan selalu terposisikan sebagai objek pemenuhan hasrat laki-laki maskulin-heteroseksual. Di media, potret perempuan selalu tergambarkan sebagai objek, sehingga perempuan kita tempatkan begitu rendah sebagai pemuas nafsu belaka.

Teori ini dapat kita lihat dalam tiga cara yaitu, laki-laki memandang perempuan. Perempuan memandang diri sendiri. Perempuan memandang perempuan lain. Atas dasar ini, maka perspektif gender sangat penting laki-laki dan perempuan miliki, supaya tidak selalu mengobjektifikasi diri sendiri, atau perempuan lain.

Kenyataan ini juga bisa kita lihat bagaimana potret perempuan dalam iklan rokok, yang sebenarnya tidak ada hubungan antara perempuan dengan rokok dalam scene iklan yang ditampilkan. Di samping itu, berkenaan dengan male gaze ini, berdampak terhadap bagaimana media mencitrakan perempuan.

Dalam iklan-iklan popok, detergen ataupun segala bahan rumah tangga, biasanya yang ditampilkan adalah perempuan. Gambaran iklan ini menjadi salah satu potret bagaimana media menggambarkan perempuan. Fenomena ini juga turut menjadi salah satu faktor
yang membuat budaya patriarki terus mengakar dalam diri masyarakat.

Selain itu, pengelompokan dalam tiga hal ini menjadi salah satu pijakan mengapa kebutuhan perempuan untuk melakukan kaderisasi, pendampingan kepada sesama perempuan, khususnya dalam persoalan terorisme. Kebutuhan akan kehadiran perempuan untuk mendampingi perempuan, menjadi sangat urgen dengan melihat kenyataan bahwa, perempuan memiliki cara yang khusus dan alamiah, dimiliki perempuan sendiri untuk mendampingi sesama perempuan.

Pendampingan Terorisme

Pendampingan terorisme adalah pendekatan yang bertujuan untuk mencegah individu terlibat dalam aktivitas terorisme atau membantu mereka yang sudah terlibat dalam proses deradikalisasi dan reintegrasi ke dalam masyarakat. Dalam upaya ini, peran perempuan dalam pendampingan terorisme semakin diakui dan dipahami. Ada banyak peran yang dimiliki oleh perempuan dan pendampingan terorisme, di antaranya:

Pertama, peran perempuan dalam pencegahan. Perempuan dapat berperan sebagai agen pencegahan terorisme. Mereka memiliki akses ke jaringan keluarga dan komunitas, yang memungkinkan mereka mendeteksi tanda-tanda radikalisasi pada anggota keluarga atau rekan mereka. Melalui pendekatan yang empatik dan berbasis hubungan, perempuan dapat menyediakan dukungan, membantu menyalurkan frustrasi, dan memberikan alternatif positif bagi individu yang rentan terhadap radikalisasi.

BACA JUGA  Perubahan Tanpa Khilafah, Kenapa Tidak?

Kedua, pendampingan perempuan teroris. Perempuan yang terlibat dalam aktivitas terorisme seringkali memiliki motivasi dan peran yang berbeda dibandingkan dengan laki-laki. Pendekatan pendampingan terhadap perempuan teroris harus memahami dan menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Ini melibatkan pendekatan holistik yang mencakup kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial. Pendampingan perempuan teroris juga harus mengakui pengalaman khusus yang mereka alami, termasuk pemahaman tentang peran mereka dalam keluarga dan komunitas.

Ketiga, empowerment dan pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan adalah faktor penting dalam pendampingan terorisme. Memperkuat perempuan memberikan mereka pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya untuk mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan radikalisasi.

Pemberdayaan perempuan juga melibatkan memberikan akses kepada mereka dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga suara mereka didengar dalam upaya pencegahan dan pendampingan terorisme.

Keempat, peran perempuan dalam reintegrasi. Setelah proses deradikalisasi, perempuan yang terlibat dalam terorisme memerlukan pendampingan dalam reintegrasi ke dalam masyarakat. Pendekatan ini mencakup pemulihan sosial, ekonomi, dan psikologis. Perempuan dapat membantu perempuan lain dalam proses reintegrasi, memberikan dukungan sosial dan memfasilitasi akses mereka ke program-program rehabilitasi dan rekonstruksi kehidupan.

Pendekatan perempuan dalam pendampingan terorisme penting dalam menyediakan perspektif yang beragam, memahami kompleksitas isu-isu yang terlibat, dan memberikan solusi yang efektif. Mengakui peran perempuan dalam upaya ini adalah langkah penting dalam membangun strategi holistik yang efektif untuk mencegah dan mengatasi terorisme.

Tidak hanya itu, pemerintah perlu untuk membangun kerja sama semua pihak khususnya berkaitan dengan organisasi para perempuan. Fatayat NU, Aisyiyah, Muslimat NU, IPPNU, PKK, dan seluruh organisasi masyarakat harus mampu bersama-sama untuk berupaya menangkal radikalisme, bahkan berperan dalam pendampingan.

Kehadiran perempuan yang terlibat dalam teroris, tidak untuk dijauhkan, akan tetapi perlu dirangkul dan secara kolektif menguatkan bersama. Kesadaran ini penting dimiliki oleh semua perempuan agar tidak anti terhadap kelompok perempuan yang terlibat dalam teroris, bahkan memiliki kesadaran untuk sama-sama mencegah terlibat dalam terorisme itu sendiri. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru