33.5 C
Jakarta

Mempersiapkan Amal Sebelum Menghadapi Kematian

Artikel Trending

Asas-asas IslamTasawufMempersiapkan Amal Sebelum Menghadapi Kematian
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sudah menjadi teori dan praktek secara riil kehidupan bahwa tiada seorang pun yang mampu meramal kematian secara pasti, kapan waktunya, tempatnya dan sebabnya. Tapi tidak sedikit orang yang masih mengabaikan fakta ini dengan anggapan bahwa umurnya masih muda, badannya masih sehat, sehingga mereka beradalih bahwa umurnya masih panjang untuk berfoya-foya dan berbuat maksiat. Lebih parahnya lagi, mereka beranggapan masih ada kesempatan untuk bertaubat di masa tua, di saat ajal mulai dekat. Mereka mengabaikan fakta atas umur yang tidak pandang bulu, ras, bangsa maupun usia, dengan berasumsi umumnya orang itu meninggal di usia tua renta. Padahal, Allah Swt. sudah menegaskan melalui firman-Nya:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tiada dapat menggundurkanya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (QS. Al-A’raf: 34).

Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa manusia tidak bisa menunda dan menyegerakan batas waktu kedatangan kematianya. Lalu jika sudah tiba waktunya, bagaimana ia akan menghadapi kematian itu sedangkan dirinya masih belum ada persiapan untuk bertemu dengan Tuhannya?

Dalam hal ini, penulis merasa perlu menyampaikan kisah dalam kitab at-Tibr al-Masbuk fi Nasihah al-Muluk karya Hujjatul Islam Imam al-Ghazali. Diceritakan dari Wahab bin Munbih—salah seorang ulama Yahudi yang memeluk agama Islam—ada seorang raja agung yang hendak mengelilingi wilayah kekuasaannya dengan menunggangi kuda kerajaan yang dihiasi tali kekang terbuat dari permata. Dia bangga dengan kesombongan dan keangkuhannya sehingga ia menduga bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang menyamai kekuasaannya.

Di tengah perjalanan, raja itu bertemu dengan seorang laki-laki misterius yang berdiri di hadapan kudanya sambil memegang tali pelana yang terbuat dari permata dan menyapa dengan mengucapkan salam tapi raja tidak menjawabnya. Raja itu berkata: “angkat tanganmu dari tali pelana itu, sebab kamu tidak mengerti milik siapa yang kamu pegang”. Orang itu tidak menghiraukan perintah raja sambil berkata: “saya mempunyai kepentingan kepadamu”.

Raja itu tampak kesal karena perintahnya diabaikan sambil berkata: “tunggu, hingga aku turun baru kamu sampaikan kepentinganmu”. Lalu orang itu berkata: “tidak usah, engkau tidak perlu turun dari kudamu. Aku akan menyampaikan kepentinganku dengan membisikkannya kepadamu”. Seketika itu pula ia membisikkan maksudnya kepada raja:“saya adalah Malaikat Maut yang ditugaskan untuk mencabut nyawamu”.

Mendengar keterangan dan maksud Malaikat Maut, ia merasa sangat cemas terhadap nasibnya yang tidak ada bekal untuk menghadapi kematian, karena ia sudah sangat lama meninggalkan sang pencipta dan menyombongkan dirinya sendiri, sehingga ia ingin kembali ke istananya. lalu dia berkata: “izinkan aku untuk pulang ke istana dalam rangka berpamitan kapada anak-anakku dan istriku”. Tapi Malaikat Maut tidak memberikan kesempatan kepadanya dan berkata: “kamu tidak perlu kembali ke rumahmu karena kamu  telah menyia-nyiakan seluruh umurmu untuk dunia yang fana ini ”. Akhirnya dia meninggal di atas pelana kudanya tanpa membawa bekal sedikit pun untuk bertemu dangan Allah Swt.

BACA JUGA  Suka Melihat Senja Di Sore Hari, Ini Manfaat Melihat Langit Menurut Ulama

Di kesempatan yang lain, seorang laki-laki saleh yang ridha terhadap Tuhanya didatangi seorang laki-laki misterius dengan mengucapkan salam dan berkata:“saya mempunyai kepentingan rahasia kepadamu”. Dengan tenang, orang saleh itu menjawab salamnya dan berkata: “katakanlah kepentingan rahasiamu ditelingaku”. Kemudian orang saleh itu mengetahui bahwa yang datang kepadanya merupakan Malaikat Maut yang ingin mencabut nyawanya. Dengan penuh penghormatan, ia berkata: “selamat datang wahai Malaikat Maut! Saya sangat bahagia atas kedatanganmu, saya sudah menantimu dalam masa yang cukup lama. Sungguh ketidakhadiranmu membuatku semakin lama menunggu dan saya sangat merindukan kehadiranmu”.

Begitulah cara Malaikat Maut mendatangi orang saleh yang ridha terhadap Tuhanya. Ia memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepadanya, bahkan ia memberikan kesempatan untuk memenuhi kepentinganya terlebih dahulu. Namun, orang saleh itu tidak punya kepentingan lain selain kepentingan terhadap Tuhan yang Maha Kuasa. Malaikat itu pun menawarkan diri untuk mencabut nyawa orang saleh itu sesuai dengan cara yang ia inginkan.

Di penghujung hidupnya ini, orang saleh itu meminta kepada Malaikat Maut untuk berwudlu’, kemudian melaksanakan salat dua rakaat dan meminta malaikat maut untuk mengambil nyawanya di  saat sujud terakhirnya. Malaikat itu pun memenuhi permintaannya dengan suka-rela dan orang saleh itu menghadap Tuhanya dalam keadaan sujud. Demikianlah cara tuhan menghormati hambanya yang saleh.

Dari kisah di atas, dapat dipetik kesimpulan bahwa seorang raja yang bergelimang harta dan mendapatkan keagungan dari manusia tapi ia tidak pernah menyibukkan dengan perkara akhiratnya akan merasa cemas disaat bertemu dengan Malaikat Maut. Bahkan permintaan terakhirnya pun tidak diizini oleh Malaikat Maut. Hal ini berbeda dengan orang saleh yang ridha terhadap Tuhanya dan selalu menyibukkan diri untuk mempersiapkan perjumpaan dengan Tuhanya. Ia akan sangat gembira disaat bertemu dengan Malaikat Maut. Bahkan orang saleh itu diizini untuk memenuhi keinginan terakhirnya wafat dalam keadaan beribadah kepada Tuhannya.

Maka dari itu, pesiapkanlah amal ibadahmu tanpa menunggu usia tua renta dan datangya rasa sakit tiba, agar kapan pun dan dimana pun akan tetap siap ketika mendapatkan panggilan dari Malaikat Maut sebagaimana yang dialami oleh orang saleh, bukan seperti raja yang bergelimang harta tapi lupa akan akhiratnya.

Saiful Rijal Assalami, Mahasiswa Jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Pernah nyantri di Ma’had Aly al-Fitroh Surabaya

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru